TNI-Polri Agar Antisipasi Kerusuhan Jelang HUT OPM
Oleh : Rebecca Marian )*
1 Desember sering diperingati sebagai perayaan HUT Organisasi Papua Merdeka (OPM). TNI/Polri diharapkan agar mengantisipasi potensi kerusuhan dan kekerasan mengingat seringnya kelompok tersebut melakukan tindakan keji menjelang perayaan ulang tahunnya.
Meski pihak pemerintahan mengaku tak ada antisipasi khusus guna berjaga-jaga menjelang HUT OPM tanggal 1 Desember mendatang, namun kewaspadaan tetap ditingkatkan. Bukan tanpa alasan, mengingat sikap separatisme tingkat tinggi OPM yang akan nekat berbuat apa saja demi mewujudkan tujuannya. Yakni, terbebas dari NKRI dan berdiri sendiri.
Menko Polhukam, Mahfud MD mengimbau kepada seluruh pihak untuk mewaspadai propaganda politik yang mungkin dimunculkan guna membuat kekisruhan di Papua pada peringatan ulang tahun Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 1 Desember 2019 nanti.
Menurutnya, hal itu penting untuk menjadi perhatian agar Papua berhati-hati secara politis sebab dari segi keamanannya telah memenuhi standar. Yang dikhawatirkan ialah, provokasi-provokasi serta berita yang tidak benar dan menimbulkan kegaduhan. Dirinya mengklaim jika aparat keamanan telah menyiapkan strategi jika saja terjadi hal yang tidak diinginkan menjelang momentum HUT OPM.
Pendekatan keamanan yang dilakukan aparat dipastikan sesuai standard operation procedure (SOP). Jika terdapat pelanggaran SOP maka akan segera ditindak termasuk jika dilakukan oleh pihak internal aparat.
Mahfud tak merincikan secara jelas langkah-langkah yang akan dilakukan oleh aparat guna mengantisipasi terjadinya kerusuhan. Dirinya mengakui hal ini adalah rahasia. Pihaknya menjelaskan perihal penolakan MRP (Majelis Rakyat Papua) akan rencana pemekaran di wilayah Bumi Cendrawasih. Dia menilai bahwa rencana tersebut adalah permintaan dari rakyat Papua sendiri kepada presiden Jokowi beberapa waktu silam. Jika ternyata dalam pelaksanaannya ada pihak yang tak setuju hal ini wajar adanya. Sebab, memang dari awal aneka pembangunan di sejumlah sektor di Papua mengalami proses intimidasi hingga kekerasan.
Berbicara tentang OPM tentunya masih ingat pentolan tokoh separatisme Benny Wenda. Benny yang diduga mendalangi sejumlah kerusuhan ini dikabarkan mendatangi sidang PBB di New York beberapa waktu lalu. Benny disebutkan tengah melakukan upaya lobi agar komisioner HAM PBB dapat berkunjung ke Indonesia serta melihat langsung kondisi di Papua. Memanasnya kondisi Di Papua dan juga Papua Barat ini diduga adanya campur tangan Benny didalamnya.
Dirinya dianggap menyebarkan konten provokatif serta hoaks di dunia internet khususnya media sosial, sambungan telepon, dan aplikasi pesan WhatsApp berkenaan dengan Papu.a Bahkan, konten ini juga dilemparkan kepada sejumlah petinggi di negara kawasan Pasifik.
Namun, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo menyatakan, plihak kepolisian sulit memproses hukum lantaran kewarganegaraan Benny serta tempat kejadian perbuatan pidananya berada di London, Inggris.
Tokoh OPM lain yang dikenal ekstrim dan keji ialah Goliat Tabuni. Goliat yang didapuk sebagai panglima tertinggi organisasi ini tak segan membantai warga, terlebih yang tidak mendukung gerakan yang menaunginya. Ia juga dinilai punya nyali melawan aparat. Seolah ia tak gentar demi mewujudkan cita-cita agar Papua bisa direbut dari NKRI. Kabar terbaru menyebutkan Goliat menembak Briptu Hedar, salah satu anggota Polri ketika melakukan penyelidikan terkait OPM ini. Aksi ini diduga sebagai tindak balas dendam, sebab banyak anggota Goliat yang tewas ditangan aparat.
Pergerakkan pentolan OPM ini dinilai cukup licin. Sehingga upaya penangkapannya cukup menguras tenaga dan pikiran. Meski demikian, gabungan TNI – Polri terus bergerak guna meringkus beserta para anggota kelompok garis keras ini.
Berdasarkan hal inilah seluruh aparat TNI dan Polri harus mengambil langkah antisipasi. mengingat tokoh-tokoh separatis ini tega berbuat apa saja demi meluluskan tujuannya. Bukan tak mungkin jika momentum HUT OPM akan digunakan sebagai alasan guna melakukan hal-hal diluar dugaan. Khawatirnya, rakyat sipil yang tak tahu apa-apa akan menjadi korban keberingasan Organisasi ini. Sebab, OPM seringkali melakukan ancaman dengan aksi penyanderaan korban untuk mengintimidasi aparat keamanan.
Memang tak mudah, namun peningkatan kewaspadaan menjelang hari rawan ini patut diperhatikan. Sehingga keamanan dan kenyamanam warga masyarakat dapat terus terjaga secara optimal. Harapannya pemerintah dan juga aparat mampu memukul mundur para tokoh OPM dan juga antek-anteknya. Agar mereka sadar, bahwa tidak akan ada yang bisa memisahkan Papua dari NKRI!
)* Penulis adalah mahasiswi Papua tinggal di Jakarta