Tokoh Adat Papua Imbau KST Hentikan Aksi Teror
Oleh :Alfred Jigibalom )*
Para tokoh adat dan juga tokoh masyarakat di Bumi Cenderawasih mengimbau kepada KST Papua agar segera menghentikan seluruh aksi teror yang telah mereka lakukan. Bahkan para tokoh adat ini menolak tegas keberadaan KST dan OPM yang sangat mengancam kesatuan dan persatuan NKRI.
Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua diduga telah melakukan aksi penembakan terhadap Sahar, seorang warga sipil yang berprofesi sebagai seorang pekerja bengkel di kawasan Bilogai, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua Tengah pada Senin tanggal 30 Januari 2023 kemarin.
Terkait hal tersebut, Kepala Satgas Damai Cartenz, Kombes Faisal Ramadhani mengonfirmasi bahwa memang benar korban telah ditembak dan terkena tembakan tersebut di bagian punggungnya. Kemudian, untuk saat ini korban sendiri sedang dirawat di Puskesmas Sugapa. Diketahui pula bahwa insiden penembakan itu terjadi pada sekitar pukul 15:00 Waktu Indonesia bagian Timur (WIT).
Tidak bisa dipungkiri bahwa aksi teror yang dilakukan oleh KST Papua terus saja terjadi dan menjadi sebuah rentetan. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh kelompok yang manamakan diri mereka sebagai Kodap XXXV/Bintang Timur, yang merupakan sebuah organisasi pimpinan Ananias Ati Mimin di Distrik Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Tengah.
Bahkan, seluruh rentetan kekejaman dan kekejian hingga tindakan teror tersebut terus terjadi sejak awal tahun 2023 ini, yang mana memang seluruh aksi dari KST Papua tersebut snugguh sangat membuat resah warga di wilayah Bumi Cenderawasih sendiri. Diketahui bahwa aksi teror yang dilakukan oleh KST di Kabupaten Pegunungan Bintang diantaranya adalah terjadi sejak tanggal 7 Januari 2023. Kala itu mereka melakukan penembakan pada seorang tukang ojek yang pada akhirnya mampu memicu terjadinya kontak tembak dengan para aparat keamanan yang terdiri dari personel gabungan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).
Berselang dua hari setelah kejadian tersebut, yakni tepatnya pada tanggal 9 Januari 2023, KST Papua melakukan pembakaran pada Sekolah Menegah Kejuruan (SMKN) 1 Oksibil dan juga kembali melakukan penembakan pada pesawat kargo Ikairos. Kemudian, setelah itu, tepatnya pada hari Rabu tanggal 11 Januari 2023 mereka juga melakukan pembakaran pada Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Distrik Oksibil.
Mengenai seluruh rentetan kejadian dan aksi kekejaman yang dilakukan oleh Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua, Danrem 172/PWY, Brigjen TNI Jo Sembiring berharap supaya para tokoh adat dan juga para tokoh agama serta seluruh elemen masyarakat mampu turut serta dalam mengambil peran sehingga para pelaku bisa menyerahkan diri mereka.
Menurutnya, pihak aparat keamanan memang sangat memerlukan bantuan dari para tokoh adat dan juga para tokoh agama hingga seluruh elemen masyarakat untuk meminta agar KST Papua bisa segera menghentikan aksi teror yang telah mereka lakukan selama ini dan segera menyerahkan diri secepatnya untuk mempertanggungjawabkan segala kejahatan yang telah dilakukannya selama ini.
Danrem, Jo Sembiring, menambahkan bahwa jauh lebih baik kepada KST Papua untuk menyerahkan diri mereka sekarang juga, sebelum nantinya para aparat keamanan melakukan penegakan hukum secara tegas, terarah dan juga terukur dalam rangka menumpas seluruh KST Papua.
Mengetahui bahwa aksi teror terus saja dilangsungkan oleh KST Papua, tokoh masyarakat Bumi Cenderawasih, Yanto Eluay menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati. Dirinya juga menegaskan bahwa Papua sendiri sudah berintegrasi dengan Indonesia bahkan sejak penentuan pendapat rakyat pada tahun 1969 silam. Sehingga memang sama sekali tidak ada tempat bagi KST dan Organisasi Papua Merdeka (OPM) baik di Papua maupun di Indonesia.
Yanto Eluay bersama dengan tokoh-tokoh masyarakat Papua lainnya seperti Herman Yoku, Sem Kogoya dan Max Ohee bersatu dan menegaskan akan penolakannya terhadap KST dan juga OPM. Bukan hanya itu, namun mereka juga menolak adanya pendapat yang mengungkapkan bahwa seolah-olah pada tanggal 1 Juli adalah hari kelahiran OPM, serta sama sekali tidak ada satupun warga di Papua yang turut merayakannya.
Seluruh masyarakat di Bumi Cenderawasih sendiri sangatlah menghormati apa yang telah dikatakan oleh para tokoh adat, tokoh masyarakat dan juga mereka sangat mengikuti instruksi agar tidak mudah terpicu oleh isu-isu yang dengan sengaja terus disebarluaskan oleh KST.
Para masyarakat sendiri juga sudah memahami bahwa KST dan OPM adalah kelompok yang memiliki paham salah besar, karena mereka sangat ingin untuk membelot dan juga mengajak kepada masyarakat di Bumi Cenderawasih untuk turut serta menolaknya. Agar KST segera menghentikan seluruh tindakan mereka, para tokoh adat di Bumi Cenderawasih melakukan imbauan dengan tegas dan menolak keberadaan KST Papua tersebut.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Bali