Tokoh Masyarakat Adat Papua Tolak HUT OPM
Oleh : Timotius Gobay )*
Tokoh masyarakat adat Papua tegas menolak Hari Ulang Tahun Organisasi Papua Merdeka (HUT OPM) yang akan dilaksanakan pada tanggal 1 Desember. Papua merupakan bagian integral Indonesia, sehingga acara tersebut sudah pasti ditolak masyarakat.
Papua adalah wilayah yang dilimpahi dengan kekayaan alam yang cantik, tetapi sayang ada potensi gangguan yang jika dibiarkan bisa menghancurkannya. Gangguan tersebut berasal dari organisasi Papua merdeka dan kaki tangannya alias kelompok separatis dan teroris. Mereka ngotot ingin memerdekakan diri dan menolak hasil Pepera (penentuan pendapat rakyat).
Organisasi Papua merdeka membuat berbagai kekacauan di Bumi cendrawasih. Apalagi jelang ulang tahun mereka tanggal 1 desember. Biasanya ada tradisi ‘turun gunung’ untuk merayakannya, dengan menampakkan diri di depan publik. Dikhawatirkan saat hari yang menegangkan tersebut, maka kelompok separatis dan teroris yang jadi kaki tangan OPM akan membuat kekacauan.
Saat organisasi Papua merdeka ingin merayakan ulang tahun, mereka merasa percaya diri karena yakin akan didukung oleh masyarakat di Bumi Cendrawasih. Sayangnya hal ini tidak terjadi karena warga tidak mendukung OPM. Para tokoh masyarakat juga antipati dan menganggap hari ulang tahun OPM tidak istimewa.
Tokoh masyarakat Keerom Herman Yoku menyatakan bahwa ia menolak hari ulang tahun OPM tanggal 1 desember. Seluruh elemen masyarakat di Papua dan di seluruh Indonesia juga wajib menolaknya. Bahkan Herman meminta aparat menindak tegas kelompok yang sedang merayakan hari ulang tahun OPM, karena melanggar hukum dan sama saja dengan memicu pembelotan.
Pernyataan Herman Yoku dihormati dan ditaati oleh masyarakat Papua. Mereka sendiri juga tidak mau terlibat dengan organisasi Papua merdeka dan merayakan hari ulang tahunnya. Janji untuk referendum hanya ada di angan-angan, karena merupakan mimpi kosong. Membuat negara baru tidak berarti ada kemakmuran, karena pemimpinnya belum memiliki kecakapan dalam bidang ekonomi dan lain-lain.
Selain itu, masyarakat juga meragukan kepemimpinan organisasi Papua merdeka. Buktinya saat akan merayakan ulang tahun, bukannya berbagi sembako, malah meneror warga sipil. Hal ini menunjukkan ketidakbecusan mereka dalam manajemen negara, karena hanya bisa menakut-nakuti tanpa memberi solusi pasti.
Masyarakat tidak bisa dikibuli lagi. Hasil penentuan pendapat rakyat (pepera) sudah fix, lagipula pepera sudah puluhan tahun lalu dan dinyatakan valid, masyarakat di Papua (dulu Irian Jaya) sudah memilih Indonesia. Lagipula menurut hukum internasional, bekas jajahan Belanda otomatis menjadi wilayah Indonesia, termasuk juga Papua.
Herman Yoku ketika mengeluarkan statement, didampingi oleh mantan kombatan (prajurit perang) kelompok separatis dan teroris (KST) yang merupakan kaki tangan OPM. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya dari dalam KST sendiri ada pergolakan. Di mana mereka merasa perbuatannya selama ini sia-sia dan ada rencana untuk menyerahkan diri ke pihak berwajib, karena merasa OPM sudah membuat banyak kesalahan.
Ketika ada mantan kombatan KST maka menunjukkan bahwa kekuatan organisasi Papua merdeka semakin berkurang. Mereka tidak bisa mengibuli kader baru dengan janji surga, yang menyatakan bahwa kemerdekaan adalah masa bebas dan bisa meningkatkan finansial. Kenyataannya, ketika mereka belum merdeka, malah terpaksa hidup seadanya dan bergerilya di hutan dan pegunungan.
Penolakan dari tokoh masyarakat adat Papua tentang perayaan hari ulang tahun organisasi Papua merdeka tanggal 1 desember nanti, otomatis jadi viral. Hal ini menunjukkan bahwa rakyat di Bumi Cendrawasih sendiri tidak suka akan keberadaan OPM. Mereka ingin hidup damai dan cinta Indonesia, serta tidak mau untuk diajak merayakan ulang tahun kelompok separatis.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Gorontalo