Tokoh Papua Kecam Aksi Keji KST Papua
Oleh : Levi Raema Wenda)*
Tokoh masyarakat di Papua mengecam aksi keji yang kerap kali dilakukan oleh Kelompok Separatis Teroris (KST) Papua. Hal ini karena aksi kejam yang tak kunjung usai terus dilakukan oleh KST Papua demi mencapai tujuan utama mereka, memisahkan Papua dari Indonesia.
KST Papua seolah tidak pernah merasa cukup dan jera dalam melancarkan serangan terornya di Papua. Teror yang tidak pandang bulu kepada siapapun targetnya, baik itu TNI/Polri, masyarakat pendatang, ataupun Orang Asli Papua (OAP) sekalipun. Teror seakan sudah menjadi wujud identitas yang dapat disematkan kepada KST Papua, karena rentetan aksinya kepada Masyarakat Papua.
Kali ini aksi keji KST Papua menyasar warga di Kampung Nogolait, Kabupaten Nduga, Papua. Serangan sadis yang dilakukan oleh KST Papua kali ini dilakukan dengan menganiaya dan menembak 10 orang masyarakat sipil, dengan dua diantaranya merupakan tokoh agama yakni seorang Ustadz, dan seorang Pendeta.
Wakil Ketua Satuan Tugas (Wakasatgas) Hubungan Masyarakat (Humas) Operasi Damai Cartenz, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Arif Irawan dalam keterangan persnya memberikan informasi seputar kronologi kejadian. Diketahui kejadian bermula saat seorang anggota KST Papua memasuki kios milik salah seorang warga berinisial H pada Sabtu 16 Juli 2022 yang lalu. Pihak KST Papua kemudian meminta orang di dalam kios untuk keluar sambil menghamburkan barang-barang yang ada di kios.
AKBP Arif menambahkan saat kejadian tiba-tiba datang 20 orang anggota KST Papua ke lokasi tersebut sambil menenteng senjata laras panjang. Pihak KST Papua kemudian memukul dan melepaskan tembakan kepada lima pria yang sebelumnya berada di kios, hingga kelima pria tersebut meninggal dunia. Aparat yang menerima informasi pembantaian keji itu kemudian tiba di lokasi kejadian, hingga akhirnya menemukan 10 orang telah meninggal dunia, dengan dua orang lainnya mengalami luka berat.
Dari peristiwa keji yang dilakukan KST Papua tersebut, diketahui bahwa Ustadz Daeng Marannu, dan Pendeta Elias Serbaye turut menjadi korban jiwa. Keduanya menjadi korban saat hendak melerai penganiayaan yang dilakukan oleh KST Papua, demikian keterangan dari Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Papua, Komisaris Besar (Kombes) Ahmad Musthofa Kamal.
Kombes Ahmad Musthofa menyampaikan bahwa mendiang Ustadz Daeng Marannu terakhir melakukan pengabdiannya dengan mengisi khutbah Idul Adha di Mesjid Kenyam. Sementara itu Pendeta Elias sehari-hari sibuk sebagai pelayan gereja di Kampung Yereitama, Ditrik Pija, Kabupaten Nduga. Kejadian yang menimpa Ustadz Daeng Marannu, Pendeta Elias Sarbaye, serta korban-korban lainnya turut mendapat simpati dari berbagai pihak. Kecaman juga turut diberikan oleh banyak tokoh-tokoh di Papua, hingga warganet di dunia maya.
Ketua I Persekutuan Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII), Pendeta Petrus Bonyadone sangat menyayangkan peristiwa pilu itu terjadi. Dirinya mengatakan bahwa Pendeta bekerja dan melayani umat dengan berada di tengah-tengah masyarakat tanpa memiliki kepentingan tertentu. Sudah semestinya mereka dilindungi, bukan dijadikan korban. Pendeta Petrus menambahkan bahwa kejadian ini merupakan kasus kejahatan yang harus ditangani dengan serius oleh pihak berwajib. Dirinya berharap semua pihak dapat bekerjasama menyelesaikan kasus tersebut, mulai dari tokoh adat, agama, hingga pemerintahan juga aparat TNI-Polri.
Tokoh Adat Papua, Yanto Eluay turut memberikan tanggapannya terhadap teror keji KST Papua ini. Yanto Eluay menyebutkan bahwa KST Papua tidak seharusnya melakukan tindakan keji dan tidak manusiawi terhadap warga sipil. Dirinya mengecam tindakan KST Papua sekaligus menyayangkan dan prihatin atas peristiwa yang terus berulang ini. Kemudian dirinya menyampaikan rasa duka cita yang mandalam kepada keluarga yang ditinggalkan, dan berharap keluarga diberikan ketabahan.
Sebagai tokoh adat, Yanto Eluay menegaskan kepada Orang Papua yang berbeda pemikiran atau yang tidak mengakui status politik Papua dalam NKRI untuk menyikapinya dengan cara-cara yang bermartabat. Dia juga berharap pemerintah dan aparat keamanan di wilayah rawan untuk selalu menjalin komunikasi yang baik dan mampu memberikan deteksi agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi.
Aksi keji dan tidak berkeperimanusiaan dari KST Papua pimpinan Egianus Kogoya ini juga mendapat sorotan dan kecaman dari warganet di platform sosial media Twitter. Tercatat jumlah postingan mencapai 8.797 tweet telah disematkan oleh netizen untuk mengomentari dan mengutuk kejadian biadab tersebut.
Komandan Pangkalan Udara (Lanud) Yohanis Kapiyau Letnan Kolonel Penerbang (Letkol Pnb) Slamet Suhartono mengatakan bahwa semua korban penembakan telah dievakuasi menggunakan empat armada, yaitu satu pesawat milik Rimbun Air dan tiga helikopter milik TNI-Polri, yakni helikopter Caracal TNI-AU, helikopter Bell milik Penerbang Angkatan Darat (Penerbad), dan helikopter Polri.
Tak terhitung banyaknya aksi keji dan mengerikan yang dilakukan KST Papua di Bumi Cenderawasih. Teror tidak berdasar dengan dalih memperoleh kemerdekaan adalah suatu hal yang tecela dan sepatutnya dilawan. Dukungan dari berbagai pihak terus mengalir kepada aparat penegak hukum untuk terus menindak tegas perilaku biadab dari KST Papua. Semoga suatu saat pihak KST Papua sadar bahwa upaya mereka selama ini hanya akan merugikan Papua, dan kelak mereka akan kembali kepada Indonesia untuk membangun Papua dengan jalan damai, bukan dengan kekerasan.
)* Penulis adalah Pengamat Papua, mantan jurnalis media lokal di Papua.