Tolak Provokasi dan Ciptakan Persatuan Pasca Pemilu
Oleh : Naomi Leah Christine )*
Pasca pemilu, Indonesia berada pada periode penting di mana upaya untuk mempertahankan stabilitas dan persatuan nasional menjadi krusial. Dalam menghadapi beragam dinamika politik pasca-pemilu, penolakan terhadap segala bentuk provokasi menjadi keharusan mutlak.
Setelah berbagai kampanye dan pemilihan, saatnya bagi semua pihak untuk menempatkan kepentingan negara di atas segalanya. Kesadaran akan pentingnya menjaga persatuan, terutama di tengah perbedaan pandangan politik, akan menjadi landasan yang kokoh bagi kemajuan bersama.
Di tengah tantangan pasca-pemilu, pemerintah, partai politik, dan masyarakat sipil memiliki peran penting dalam menggalang solidaritas nasional. Momen ini bukanlah saat untuk memperkuat polarisasi atau konflik, melainkan untuk membangun jembatan dialog dan kerjasama yang lebih kuat.
Dalam keberagaman yang kaya, kekuatan sejati bangsa Indonesia terletak pada kemampuannya untuk menyatukan perbedaan menjadi kekuatan bersama dalam mencapai cita-cita bersama. Oleh karena itu, tantangan ini membutuhkan komitmen bersama dari semua elemen masyarakat untuk menolak segala bentuk provokasi yang dapat mengganggu kedamaian dan persatuan yang telah kita bangun.
Apresiasi dari berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri, terhadap pelaksanaan Pemilu 2024 harus menjadi pemicu bagi kita untuk terus menjaga kestabilan politik. Meskipun masih dalam proses rekapitulasi oleh KPU dan beberapa daerah mengalami PSU, PSL, dan PSS, kita harus tetap tenang dan bijaksana dalam menyikapi situasi politik saat ini.
Direktur Eksekutif Asian Network for Free Election (Anfrel), Rohana Hettiarachchi, memberikan apresiasi terhadap upaya KPU dalam menyelenggarakan pemilihan umum terbesar keempat di dunia secara administratif.
Demikian pula, perwakilan dari Parlemen Tanzania, Elibarki Immanuel Kingu, memberikan ucapan selamat kepada Indonesia karena berhasil menyelenggarakan salah satu pemilu terbesar di dunia dengan penuh kredibilitas, transparansi, keberdemokratisan, dan kedamaian. Apresiasi ini menegaskan bahwa pelaksanaan Pemilu 2024 mencerminkan komitmen bersama dalam memelihara demokrasi.
Namun, di sisi lain, kita dihadapkan pada tantangan berat dalam memelihara stabilitas politik dan sosial pasca-Pemilu 2024 ini. Masyarakat harus mampu menahan diri dari terpancingnya provokasi dan penyebaran berita hoaks yang dapat mengancam harmoni di tengah-tengah kita. Keberhasilan Pemilu tidak boleh dirusak oleh konflik politik yang tidak produktif.
Tidak hanya itu, kehati-hatian dalam menyebarkan informasi, terutama yang tidak dapat diverifikasi kebenarannya, juga harus diutamakan. Menyebarkan informasi yang belum diverifikasi dapat memperparah situasi dan meningkatkan ketegangan di kalangan masyarakat. Jangan sampai kita menjadi bagian dari perpecahan gara-gara menyebarkan informasi yang tidak benar.
Para pimpinan universitas di Indonesia telah mengajak seluruh pihak untuk bersatu kembali pasca Pemilihan Presiden 2024. Mereka meyakini bahwa masyarakat telah menggunakan hak suaranya secara demokratis. Semua kandidat presiden, calon legislatif, dan peserta Pemilu 2024 perlu bersikap bijaksana dalam menanti hasil penghitungan suara dan rekapitulasi oleh KPU. Prioritas saat ini adalah menjaga harmoni dan kedamaian.
Menjaga stabilitas politik dan persatuan bangsa pasca-Pemilu adalah tanggung jawab bersama. Tidak hanya tanggung jawab pemerintah atau lembaga pemilu, tetapi juga tanggung jawab setiap individu dalam masyarakat. Kedewasaan politik kita akan diuji pada saat-saat seperti ini.
Sebelumnya, terdapat kabar tentang sejumlah alumni Universitas Indonesia yang akan melakukan demonstrasi untuk menolak indikasi kecurangan dalam Pilpres 2024. Namun, kita harus menolak keras segala bentuk provokasi dan mengutamakan dialog sebagai sarana penyelesaian perbedaan pendapat.
Para rektor juga menyerukan untuk menghindari penyebaran provokasi, fitnah, dan berita palsu selama proses penghitungan dan rekapitulasi suara berlangsung. Pesan perdamaian ini disampaikan secara terpisah oleh Rektor Universitas Airlangga, Mohammad Nasih, Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas), Jamaluddin, dan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang, Nyanyu Khodijah.
Nasih menyatakan bahwa Pemilu lima tahunan ini merupakan kemenangan bagi rakyat Indonesia, bukan hanya bagi pasangan calon atau partai politik. Dia juga mengucapkan selamat kepada seluruh warga Indonesia, tanpa memandang pilihan politik mereka dalam Pemilu 2024. Menurutnya, pemenang dalam pemilu ini bukanlah pasangan calon atau partai politik tertentu, melainkan seluruh masyarakat Indonesia.
Tolak provokasi dan optimalkan persatuan pasca-Pemilu 2024 menjadi panggilan bersama bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dalam menjaga kondusivitas bangsa, kita telah menghadapi berbagai tantangan dan cobaan. Namun, semangat untuk membangun Indonesia yang lebih maju dan berdaulat harus tetap menyala di hati setiap individu.
Dalam proses ini, kolaborasi antara pemerintah, lembaga pemilu, masyarakat sipil, akademisi, pemuda, dan pemuka agama sangatlah penting. Semua pihak harus bersatu padu dalam memelihara stabilitas politik dan sosial, serta mengedepankan nilai-nilai persatuan dan kesatuan.
Melalui penolakan terhadap provokasi dan penyebaran hoaks, kita dapat membuktikan bahwa Indonesia adalah negara yang matang dalam menjalankan proses demokrasi. Dengan mengutamakan jalur hukum yang berlaku, kita dapat menyelesaikan segala perbedaan secara adil dan damai.
Momentum pasca-Pemilu adalah saatnya bagi kita semua untuk menyatukan tekad dan membangun masa depan yang gemilang. Mari kita bersama-sama menghadapi setiap tantangan dengan keberanian dan integritas. Dengan menjaga persatuan dan kesatuan, kita akan mampu mengatasi segala rintangan dan mencapai cita-cita bersama sebagai bangsa Indonesia yang kuat dan berdaulat.
)* Analis pada Lembaga Media Inti Nesia