Tunda Mudik Cegah Kenaikan Kasus Baru Covid-19
Oleh : Aldia Putra )*
Masyarakat harus rela menunda mudik tahun ini karena masih dalam kungkungan pandemi. Jangan nekat pulang kampung karena akan membahayakan diri sendiri dan orang lain, karena terkena resiko besar untuk kena corona. Sabarlah dan berlebaran di rumah, dan jangan malah mudik sembunyi-sembunyi.
Kita telah setahun melewati masa pandemi dan sayangnya pasien corona masih banyak. Oleh karena itu, pemerintah dengan tegas melarang mudik lebaran pada tanggal 6 hingga 17 mei 2021. Tak hanya PNS, anggota TNI dan Polri, tetapi juga seluruh masyarakat dilarang keras untuk pulang kampung. Selain itu, cuti lebaran hanya diberikan selama 2 hari.
Dokter Wiku Adisasmito, juru bicara Tim Satgas Covid menyatakan bahwa pelarangan mudik karena melihat dari beberapa bulan ke belakang. Saat ada libur panjang yang berdekatan (long weekend), kasus corona langsung melonjak. Oleh karena itu, pemerintah memutuskan untuk melarang mudik, demi keselamatan banyak orang.
Pelarangan ini harap dimengerti oleh masyarakat. Memang pada awalnya ada yang kecewa karena gagal mudik untuk kedua kalinya. Namun alangkah lebih baik untuk menahan diri. Karena mudik akan membuat mobilitas masyarakat naik drastis. Sedangkan hal ini akan memicu naiknya jumlah pasien corona, dan masa pandemi akan lebih lama dilalui.
Menurut data dari Tim Satgas Covid-19, per 11 april 2021 pasien corona di Indonesia masih 4.127 orang per hari. Sehingga total jumlah pasien 1,5 juta orang. Jumlah pasien sebanyak ini tentu mengkhawatirkan. Lagipula, kita tentu tidak mau jadi pasien selanjutnya, bukan? Ketika daya tahan tubuh turun dan darah mengental, maka resiko kematian karena corona akan mengancam.
Kalaupun tidak kena corona saat itu juga, maka pemudik beresiko membawa virus ke kampung halaman. Apakah kita tega menularkannya ke orang tua yang sudah tua di desa, lalu mereka sakit karena kena corona? Jawabannya tentu tidak. Kita harus memahami bahwa pelarangan ini bukan hanya demi keselamatan sendiri, tetapi untuk kesehatan bersama.
Dokter Riris Andono Ahmad, Epidemiolog dari UGM menyatakan bahwa pelarangan mudik karena banyak yang kurang disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Dalam artian, memang orang Indonesia masih banyak yang malas pakai masker dan menaati protokol kesehatan lainnya. Sehingga lebih baik mudik dilarang, daripada ada serangan covid gelombang kedua.
Contoh dari longgarnya penerapan protokol kesehatan saat perjalanan jauh misalnya adalah hanya memakai masker ketika ada petugas, tetapi setelah itu dilepas. Jumlah orang juga tak dibatasi sehingga berdesak-desakan, padahal seharusnya kapasitas maksimal penumpang adalah 50%. Sehingga ditakutkan mereka akan membentuk klaster corona baru.
Selain itu, ketika ada masyarakat yang nekat mudik, virus covid-19 bisa mengintai saat beristirahat di rest area. Kebanyakan mereka numpang ke kamar kecil lalu selonjoran sambil makan bekal. Saat itu masker pasti dibuka dan ada resiko penularan dari orang lain di sana. Karena menurut penelitian WHO, corona bisa menular lewat udara yang kotor, seperti di rest area yang ramai.
Oleh karena itu, lebih baik kita menuruti pemerintah dan tidak mudik tahun ini. Daripada saat sampai di kampung halaman malah harus isolasi mandiri dan terkapaar karena kena gejala corona, serta tidak bisa menikmati indahnya lebaran. Sabarlah dan tunggu sampai pandemi benar-benar selesai.
Jangan malah nekat pulang kampung dan mencari jalan tikus, karena ada banyak petugas yang berjaga untuk menghalau. Begitu juga dengan rute via udara, hampir semua maskapai tidak beroperasi untuk mendukung pelarangan mudik. Tidak pulang kampung bukan berarti tidak lebaran, karena kita bisa salat ied di masjid mana saja.