UU Cipta Kerja dan Kartu Prakerja Saling Melengkapi
Oleh : Satria Wibowo )*
Pemerintah membuat UU Cipta Kerja dan kartu prakerja sekaligus, untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Kedua program ini memang saling melengkapi, karena lulusan kartu prakerja akan jadi calon pegawai potensial. Sehingga bisa lebih cepat direkrut oleh perusahaan. Sedangkan perusahaan tersebut adalah hasil dari investasi, berkat klaster investasi di UU Cipta Kerja.
Kartu prakerja adalah program yang dijanjikan oleh Presiden Jokowi, kala beliau berkampanye untuk Pemilu tahun 2019 (periode kedua). Saat menjabat sebagai Presiden (lagi), janji itu benar-benar dikabulkan. Kartu prakerja di-launching dan menolong banyak orang, karena mereka akan mendapat bantuan berupa pelatihan dan uang saku.
Keberadaan kartu ini sangat cocok untuk mengatasi dampak pandemi. Walau awalnya kartu prakerja ditujukan untuk para lulusan SMA atau perguruan tinggi yang masih menganggur, tetapi kartu ini juga bisa digunakan oleh orang yang baru saja dipecat. Memang saat pandemi banyak perusahaan yang mengurangi jumlah karyawan, demi efisiensi, karena keuntungannya menurun drastis.
Para pengangguran akan mendapat manfaat kartu prakerja dan ini bukanlah bantuan cuma-cuma yang dinyinyiri oleh banyak orang. Karena uang yang diberikan tidak ditransfer begitu saja. Melainkan digunakan untuk menebus kelas yang harus diikuti oleh pemilik kartu prakerja.
Kelas-kelas yang disediakan oleh program kartu prakerja bermacam-macam, mulai dari digital marketing, kelas bahasa, wirausaha, dll. Pemilik kartu ini bisa memilih kelas mana yang paling mereka minati, dan bisa dilakukan via online. Sehingga aman untuk mengikutinya, karena tidak usah berdesakan di ruang kelas, dan menghindari kemungkinan penularan corona saat ada kerumunan.
Kartu prakerja juga saling melengkapi dengan UU Cipta Kerja. Menurut Yose Rizal Damuri, Kepala Departemen CSIS, program kartu pra kerja sudah berjalan dengan baik. Juga melengkapi satu sama lain dengan UU Cipta Kerja. Karena program pra kerja berusaha meningkatkan keterampilan tenaga kerja, agar sesuai dengan permintaan.
Yose Rizal melanjutkan, permintaan tenaga kerja terus naik dan sebanding dengan tingkatan investasi di Indonesia. Dalam artian, UU Cipta Kerja memiliki klaster investasi, sehingga memudahkan para penanam modal asing. Mereka membuat pabrik baru di Indonesia dan butuh banyak pekerja.
Pemilik pabrik akan mencari pegawai baru yang sesuai dengan standar mereka, dan lulusan program prakerja memiliki kompetensi yang baik. Sehingga akan direkrut dengan cepat, karena mereka sudah memenuhi syarat. Para lulusan program prakerja akan bebas dari kondisi menganggur, dan senang karena mendapatkan pekerjaan yang sudah lama diidam-idamkan.
Peningkatan kompetensi merupakan misi terpenting dalam program kartu prakerja. Karena seorang lulusan SMU atau perguruan tinggi tidak bisa hanya ‘menjual’ nilai yang tertera dalam ijazah. Mereka dituntut untuk terampil dalam mengoperasikan komputer, berbahasa inggris dengan baik, bisa marketing, mahir graphic design, dll.
Jika sudah lulus dari program prakerja, maka keterampilan mereka akan meningkat. Sehingga bisa menjadi pelamar yang memiliki skill mumpuni, dan dengan mudah mendapatkan pekerjaan baru. Sehingga dapurnya akan terselamatkan, karena punya gaji bulanan.
Kalaupun belum ada lowongan, maka lulusan kartu prakerja bisa mempergunakan keterampilannya untuk membuka usaha sendiri. Misalnya dengan berdagang online atau membuat sebuah kursusan. Mereka bisa berdikari dan bebas dari status pengangguran, serta menjadi wirausaha yang tangguh.
Kartu prakerja dan UU Cipta Kerja saling berkaitan dan melengkapi. Karena program kartu prakerja membantu peningkatan skill para pemuda, dan UU Cipta Kerja membuat banyaknya perusahaan hasil investasi. Ketika perusahaan itu butuh karyawan, maka akan merekrut alumni kartu prakerja. Kedua program ini membantu masyarakat, agar taraf hidupnya membaik.
)* Penulis adalah warganet tinggal di Semarang