Polemik Politik

Webinar Moya Institute, Tokoh Politik Sebut Gen Z dan Capres Dongkrak Elektabilitas Partai

Jakarta – Gelaran Pemilu 2024 sudah didepan mata. Partai politik (parpol) baru harus menghadapi berbagai tantangan untuk meningkatkan elektabilitas partai. Antara lain dengan mendapatkan perhatian gen-Z serta mendukung Capres tertentu.

Sekretaris Jenderal Partai Gelora Mahfudz Siddiq mengatakan bahwa pada dasarnya, Calon Presiden (Capres) akan mampu mendongkrak elektabilitas suatu parpol. Berbeda dengan parpol baru, dimana menuntut upaya ekstra untuk melakukan sosialisasi.

“Salah-satunya caranya memang ikut-ikutan meng-endorse capres tertentu,” kata Mahfudz dalam Webinar Nasional yang digelar Moya Institute, Jumat (21/7).

Dirinya menambahkan bahwa, Pilpres dan Pileg tahun 2024 yang digelar bersamaan waktunya membuat perhatian masyarakat secara besar lebih terkonsentrasi pada Pilpres dan meminggirkan isu tentang siapa saja yang akan lolos ke parlemen melalui Pileg.

Sementara itu, dalam Webinar yang mengangkat tema “Tantangan dan Peluang Parpol Baru pada Pemilu 2024”, narasumber lainnya, Pemerhati Isu Global dan Strategis, Prof Dubes Imron Cotan menyebutkan bahwa parpol baru atau parpol non-parlemen dihadapkan pada pertarungan elektoral yang sengit melawan parpol-parpol yang sudah eksis sebelumnya.

“Untuk bisa merebut dukungan pemilih dan lolos electoral threshold, parpol baru dan parpol non-parlemen ditantang untuk bisa menghadirkan gagasan-gagasan baru dan segar, serta menawarkan solusi bagi persoalan yang dihadapi Generasi Milenial dan Generasi Z,” ungkapnya.

Selain itu, katanya, penonjolan tokoh lokal berwawasan nasional dan global juga penting.

“Pemberdayaan tokoh lokal berwawasan nasional, seperti Tuan Guru Bajang dari NTB dibutuhkan. Penetapan prinsip “Think Nationally, Act Locally” dalam rekrutmen politisi bisa memecah dominasi elit politik yang menumpuk di Pulau Jawa,” tutur Imron.

Sementara itu, Ketua Harian Partai Perindo Tuan Guru Bajang Zainul Mazdi menyebut, di tengah berbagai tantangan yang ada, parpol baru masih memiliki peluang dan kesempatan besar untuk dapat lolos ke parlemen atau meraih kursi di DPR.

“Contoh partai saya sendiri Perindo yang dalam 1,5 tahun terakhir mengalami elektabilitas naik dan itu terus meningkat hingga saat ini. Apalagi Perindo menjalankan program-program yang langsung menyentuh kehidupan kalangan bawah,” kata Zainul.

Menurut Zainul, peluang besar parpol baru pada era disrupsi adalah menjangkau pemilih Generasi Milenial dan Generasi Z.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Djayadi Hanan mengungkap tujuh faktor yang pengaruhi suara ke parpol yaitu mempunyai tokoh yang memayungi semua dapil; citra parpol; perputaran mesin parpol; kemampuan memahami peta persaingan antar-parpol; kharisma kandidat di tingkat lokal; menyadari karakteristik pemilih; dan efek Pemilu.

Direktur Eksekutif Moya Institute Hery Sucipto, menyampaikan harapnnya agar pemilu berlangsung secara demokratis, damai, dan dewasa sekaligus menghadirkan pemimpin yang mumpuni.

“Parpol lama dan baru sama-sama memiliki tantangan dan peluang. Narasi baru yang diusung mereka akan memberikan dampak yang berbeda. Identifikasi isu menjadi hal yang
paling utama untuk meyakinkan pemilih,” pungkas Hery.

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih