Vaksinasi dan Prokes 5M Efektif Turunkan Kasus Baru Covid-19
Oleh: Abie)*
Pemerintah terus mengoptimalkan penanganan pandemi Covid-19 dengan menggencarkan vaksinasi Covid-19 demi terciptanya kekebalan direktif. Kendati demikian, masyarakat pun diimbau untuk tetap mematuhi Prokes 5M mengingat belum semua orang mendapatkan vaksin Covid-19.
Pandemi Covid-19 masih menjadi perhatian masyarakat luas, baik dalam negeri maupun dunia Internasional. Berbagai bidang perlahan-lahan mulai berbenah, terutama masalah Kesehatan melalui program vaksinasi.
Pro kontra terkait efektifitas program vaksinasi Covid-19, mengisi diskusi di ruang-ruang publik. Pro kontra tersebut muncul akibat bias informasi dan juga maraknya info hoax yang beredar di tengah-tengah masyarakat.
Tulisan ini tidak akan membahas pro-kontra tersebut, namun akan sedikit mengulas dan mengkalkulasi efektifitas program vaksinasi dalam upaya mengakhri pandemi Covid-19 khususnya di Indonesia.
Pertanyaan yang mungkin muncul dalam benak anda seberapa efektif kah program vaksinasi covid-19 dalam menyelesaikan pandemi ini? Efektif atau tidak, perlu ditekankan lagi bahwa vaksinasi hanya sebagai katalisator penyelesaian pandemi, penerapan protokol Kesehatan masih dibutuhkan dan memegang peranan penting dalam upaya menuntaskan pandemi covid-19.
Mengapa demikian? berdasarkan keterangan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Dr Ir Penny K Lukito, Efikasi Vaksin Sinovac yang digunakan pemerintah pada Tahap I sebesar 65,3 %. Hal tersebut berdasarkan Hasil analisis terhadap efikasi vaksin CoronaVac dari uji klinik di Bandung dan menunjukkan efek vaksin sebesar 65,3 %. Artinya jika dikalkulasikan secara matematis potensi masyarakat yang sudah divaksin bisa tertular Covid-19 adalah 35%. Dengan demikian masyarakat yang sudah mendapat vaksinasi masih berpotensi untuk tertular Covid-19, sehingga harus tetap menerapkan protokol Kesehatan.
Kemudian, dalam kalkulasi efektifikas program vaksinasi dalam menyelesaikan pandemic covid-19 perlu dikaji capaian program vaksin terhadap jumlah masyarakat yang potensi/rentan terhadap penularan covid-19. Hal ini diperlukan dalam upaya pembentukan herd immunity.
Capaian vaksinasi covid-19 dalam upaya membangun herd immunity tidak harus mencapai 100 %, karena cukup 70 % sasaran vaksinasi terhadap masyarakat maka cukup untuk membuat virus covid-19 stres dalam perkembangbiakannya. Hal tersebut disampaiakan oleh ahli bioteknologi dari Universitas Putra Malaysia yaitu Assoc. Prof. Bimo Ario Tejo, PhD. Menurut Prof. Riyanto dalam acara diskusi bertajuk Ada Apa Dengan Vaksin?” pada Minggu 7 Februari 2021.
Bimo Ario juga menjelaskan bahwa syarat terjadinya herd immunity adalah apabila angka efikasi vaksin dan jumlah rakyat yang mau divaksin cukup tinggi. “Apabila angka efikasi vaksin terlalu rendah, maka jumlah rakyat yang divaksin harus tinggi, dan juga kebalikannya, apabila angka efikasi vaksin tinggi, maka jumlah rakyat yang divaksin bisa lebih rendah” Bimo Ario menekankan.
Apabila angka efikasi vaksin di Indonesia sekitar 65,3 %, perhitungan yang muncul untuk terciptanya herd immunity adalah diperlukan sekitar 189 juta penduduk untuk pemerintah dapat melakukan vaksinasi.
Angka tersebut diperoleh dari persentasi 70 % dikalikan dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini. Berdasarkan data BPS hasil Sensus Penduduk, jumlah masyarakat Indonesia saat ini sebesar 271.349.889 jiwa (jumlah penduduk Indonesia sampai dengan Desember 2020). Sehingga diperoleh angka sekitar 189 juta jiwa yang harusnya menjadi sasaran vaksin untuk mencapai angka 70 %. Angka tersebut tentunya tidak mutlak karena pemerintah menetapkan sasaran vaksinasi covid-19 sebesar 181.554.465 jiwa.
Jika mengenyampingkan faktor-faktor eksternal lainnya, untuk membuat pembahasan ini lebih simple. Optimisme keberhasilan program vaksinasi semakin menguat karena persentasi masyarakat yang menolak vaksinasi berdasarkan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dirilis pada Selasa 23 Maret 2021 hanya sebesar 29 %. Sehingga potensi masyarakat yang dapat divaksin sebesar 71 %. Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat enggan untuk divaksin, namun salah satu penyebab terbesar diduga akibat hoax.
Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap program vaksinasi covid-19, literasi harus gencar dilaksanakan sehingga sasaran vaksin nantinya bisa lebih besar. disamping itu, pemerintah juga terus berupaya agar distribusi vaksin covid-19 berjalan dengan optimal,
Menurut pengakuan Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes RI, Indonesia menempati urutan ke-8 sebagai negara yang melakukan vaksinasi terbanyak untuk masyarakat nya. Karena, hingga saat ini tercatat ada 130 negara yang masih belum bisa melaksanakan vaksinasi.
Disamping itu, melihat capaian program vaksinasi ke 1 sampai dengan saat ini sebesar 5 juta lebih. Sehingga untuk mencapai angka 181 juta jiwa bukan hal yang mustahil.
Untuk itu, keberhasilan program vaksinasi dalam upaya menyelesaikan pandemi covid-19 di Indonesia perlu memperhatikan beberap faktor, diantaranya penguatan/disiplin protokol Kesehatan, literasi berita/info hoax soal vaksin untuk meningkatkan jumlah penerima vaksin dan percepatan pelaksanaan/capaian sasaran vaksin covid-19. Dengan demikian program vaksinasi covid-19 akan semakin berpeluang besar dalam menyelesaikan pandemi covid-19.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini