Wacana Lengserkan Jokowi Hanya Dagangan Politik
Oleh : Muhammad Yasin )*
Wacana Lengserkan Jokowi Hanya merupakan dagangan para Petualang Politik. Mereka memanfaatkan situasi pandemi untuk kepentingan politik dan kekuasaan, semua kebijakan pemerintah dinilai jelek, padahal Presiden Jokowi sukses turunkan lonjakan kasus Covid-19.
Pandemi membuat keadaan emosi orang bermacam-macam, ada yang tenang tetapi ada yang berdarah panas. Mereka merasa sumpek dengan keadaan tetapi gagal move on dan akhirnya menyalahkan pemerintah. Sampai-sampai segala program pemerintah dicela dan ngotot untuk memakzulkan Presiden Jokowi, karena dinilai memiliki kinerja yang kurang baik, terutama saat pandemi.
Padahal pandemi bukan alasan untuk memakzulkan Presiden. Ahli hukum Suparji Ahmad menyatakan bahwa pemakzulan presiden amat diragukan, apalagi jika alasannya karena kegagalan dalam mengatasi efek covid-19. Hal ini tidak cukup kuat untuk menggulingkan presiden secara sah di mata hukum.
Masyarakat juga tidak setuju jika Presiden diberhentikan begitu saja, apalagi sejak awal pandemi beliau benar-benar serius untuk mengatasinya. Mulai dari program stay at home, PSBB, PPKM, hingga vaksinasi nasional. Bahkan injeksi vaksin juga diberikan dengan gratis. Dengan pemberian fasiltias-fasilitas seperti ini, apakah Presiden Jokowi bersalah sehingga layak dimakzulkan? Tentu jawabannya tidak.
Sementara itu, pengamat politik J Kristiadi menyatakan bahwa isu penggulingan presiden adalah dagangan orang-orang yang memiliki ambisi petualangan politik. Mereka sudah kebelet ingin maju di pilpres tahun 2024 dan tidak sabar lagi. Dalam artian, mencari jalan pintas dengan pemakzulan adalah langkah yang diambil dan sayangnya tidak disetujui oleh rakyat, karena mereka jadi fans berat Presiden Jokowi.
Sejak tahun 2014 suhu politik memang memanas karena seolah-olah kita terbagi jadi 2 kubu. Mereka yang dulunya tidak mendukung bapak Jokowi (sejak periode pertama) merasa malu dan menumpahkan kekesalannya, lalu menyerang dengan cara mencari-cari kesalahan beliau. Sehingga mereka selalu nyinyir dan berkomentar secara frontal.
Segala program pemerintah disalahkan, termasuk penanggulangan corona, padahal keputusan ini diambil dengan matang dan sudah ada saran dari berbagai ahli di bidangnya. Mereka yang berteriak-teriak untuk memakzulkan presiden sebenarnya ingin mengobati sakit hati karena idolanya gagal jadi RI-1, lalu berbalik dan bermanuver. Mereka jadi oposisi dan memberi kritik pedas tiada henti tanpa solusi.
Politisi Moch Eksan menyatakan bahwa wacana impeachment tidak lebih dari kegenitan politik. Ia menjelaskan pemakzulan tidak bisa dilakukan begitu saja, tetapi prosesnya: hak pendapat DPR RI yang menyatakan bahwa Presiden melanggar hukum, melakukan korupsi, atau hal tercela lain. Lantas dibawa ke Mahkamah Konstitusi dan jika disetujui akan diadakan sidang istimewa MPR RI.
Pemakzulan akan mustahil terjadi karena Presiden Jokowi terbukti tidak pernah korupsi atau melanggar hukum. Jika beliau tidak bersalah, mengapa malah ada yang ngotot untuk dimakzulkan? Justru yang ingin menggulingkan presiden-lah yang bersalah karena selalu mencerca dan mencari kesalahan bapak Jokowi, padahal sudah banyak program pemerintah yang bermanfaat bagi rakyat.
Masyarakat tentu tak setuju akan wacana penggulingan presiden karena sejak tahun 2014, mereka sangat percaya akan kinerja bapak Jokowi. Sebagai presiden yang merakyat, beliau selalu blusukan untuk melihat langsung kehidupan di tengah masyarakat sehingga tahu langkah apa yang harus diambil untuk memakmurkan mereka. Bukan sekadar duduk di istana lalu mendengar laporan dari bawahan.
Pemakzulan presiden adalah ide yang sangat buruk karena beliau sangat dicintai rakyat. Apalagi jika alasannya adalah pandemi covid-19. Berbagai program yang dibuat oleh pemerintah sudah ampuh untuk menekan jumlah pasien dan menolong warga sipil. Sehingga salah besar jika presiden dituduh kurang bisa menangani efek buruk pandemi.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini