Polemik Politik

Waspada Gelombang Kedua Penyebaran Covid-19

Oleh : Rengganis Kusuma Dewi )*

Masa pandemi belum berakhir dan saat ini warga dunia patut waspada ketika ada potensi serangan corona gelombang kedua di Eropa. Bahkan di Prancis diperintahkan untuk lockdown selama minimal 2 minggu. Orang Indonesia juga harus melindungi diri karena vaksin covid-19 belum dikeluarkan secara resmi.

Virus covid-19 yang berasal dari Wuhan, Tiongkok, menyebar ke seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah sudah berusaha menahan penularan penyakit corona dengan berbagai cara, dengan memplokamirkan protokol kesehatan. Juga membentuk tm satgas covid agar memperingatkan masyarakat atas bahaya penyakit ini.

Sekarang di negeri asal corona, sudah dinyatakan bersih, namun sayangnya ada ancaman serangan penyakit gelombang kedua di Eropa. Presiden Jokowi dalam pidatonya menyatakan bahwa saat ini di Prancis, Italia, Spanyol, dan Jerman ada kenaikan jumlah pasien corona.  Beliau mengingatkan agar seluruh warga negara Indonesia berhati-hati.

Presiden menambahkan, kewaspadaan patut ditingkatkan walau kasus aktif corona di Indonesia relatif rendah, yakni 13,78 %. Angka ini lebih sedikit dari rata-rata kasus aktif corona di dunia, yakni 25,22%. Kasus aktif yang rendah masih harus ditekan sampai 0%, agar pandemi bisa lekas berakhir.

Sementara itu, tingkat kesembuhan di Indonesia 82,84% dan angka ini lebih tinggi dari tingkat kesembuhan corona di duna, yakni 72%. Namun walau kasus aktif covid rendah dan tingkat kesembuhannya cukup tinggi, kita jangan jumawa. Karena bisa jadi ada serangan gelombang kedua seperti yang terjadi di Eropa.

Di Prancis dan negara Eropa lain memang serangan corona sempat mereda, tak heran sekolah dan tempat umum lain dibuka kembali. Namun sayang setelah itu ditemukan kasus covid-19 yang baru, entah dari kebiasaan masyarakatnya atau imunitas tubuh yang belum membaik. Sekarang Prancis masih di-lockdown total.

Walau benua Eropa letaknya relatif jauh dari Asia Tenggara, namun bukan berarti serangan corona tidak akan terjadi lagi. Karena tingginya penularan bukan dari lokasi negara, namun dari kebiasaan dan pola hidup masyarakat. Apakah mereka mematuhi protokol kesehatan dan menuruti aturan pemerintah yang lainnya.

Masyarakat masih harus mematuhi protokol kesehatan seperti pakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak. Semua itu terlihat sepele tapi wajib dilakukan demi keselamatan kita sendiri. Jangan berpikir bahwa pakai masker membuat susah bernapas, karena ada masker kain atau masker bedah yang berpori dan pemakainya bisa menghirup udara dengan lega.

Begitu pula dengan kebiasaan untuk cuci tangan. Yang perlu diubah adalah mindset masyarakat. Cuci tangan hanya perlu waktu kurang dari semenit tapi mampu mematikan kuman dan virus. Jangan meremehkan cuci tangan, karena pada pegangan pintu dan benda lain yang sering disentuh banyak orang, berpotensi membawa virus covid-19.

Jauhi juga kerumunan dan ingat untuk jaga jarak minimal 1,5 meter. Ketika mengantri di Bank atau tempat umum lain, jangan sengaja duduk di kursi yang ditanda silang, karena dimaksudkan untuk menjaga jarak. Ingatlah penelitian WHO yang menyatakan bahwa corona bisa menular lewat udara, jadi selalu hindari kerumunan dan jangan duduk berdempetan.

Mematuhi protokol kesehatan memang melelahkan, tapi penting dilakukan agar kita semua bebas corona. Lebih baik mengoleksi masker, hand sanitizer, sarung tangan, dan perangkat lain. Juga menghindari undangan arisan atau pernikahan, yang mengumpulkan banyak orang. Daripada nanti tertular corona dan mati merana.

Jika semua orang disiplin dan mematuhi protokol kesehatan, maka penularan corona di Indonesia bisa berkurang drastis. Sehingga kita tidak perlu takut akan ada serangan covid-19 gelombang kedua. Kehidupan akan normal kembali dan masyarakat tak perlu takut akan corona.

)* Penulis adalah kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI)

Show More

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih