Waspadai Golput pada Pemilu 2024, Ganggu Penegakan Demokrasi di Indonesia
Oleh : Maya Naura Lingga )*
Seluruh masyarakat hendaknya harus meningkatkan kewaspadaan diri mereka untuk tidak melakukan golput dan juga tidak mudah termakan oleh isu apapun termasuk ajakan untuk melakukan golput pada Pemilu 2024 nanti. Pasalnya, jika angka golput tinggi, maka jelas akan sangat mengganggu seluruh proses penegakan asas demokrasi di Indonesia sendiri dan banyak sekali merugikan masyarakat sendiri.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Republik Indonesia (Menko Polhukam RI), Mahfud MD menyerukan kepada segenap elemen masyarakat dari berbagai kalangan dan latar belakang untuk terus dan tetap menggunakan hak pilih mereka atau tidak menjadi golongan putih (golput) pada pelaksanaan pesta demokrasi dan kontestasi politik dalam Pemilihan Umum (Pemilu) pada tahun 2024 mendatang.
Pasalnya, ketika misalnya banyak diantara masyarakat yang justru jauh lebih memilih untuk melakukan golput, maka jelas saja yang dirugikan adalah masyarakat sendiri lantaran mereka tidak bisa ikut dan berpartisipasi langsung secara aktif dalam pelaksanaan Pemilu mendatang. Sebab, sebenarnya dari perhelatan pesta demokrasi itu mampu untuk menghalangi orang yang lebih jahat atau buruk untuk memimpin, sehingga kelak, bangsa ini hanya akan dipimpin oleh pemimpin yang memang berkualitas sebagaimana pilihan rakyat.
Karena beberapa ciri dari seorang calon pemimpin yang baik adalah ketika dirinya bukan hanya sekedar mampu untuk terus mendengarkan seluruh aspirasi dari rakyatnya saja, akan tetapi juga dibutuhkan adanya kedewasaan dan juga kematangan, khususnya pada tingkat partai politik (Parpol) di kalangan elite hingga akar rumput agar proses demokrasi yang berlangsung setiap lima tahun sekali itu bisa berjalan dengan lancar dan aman.
Senada, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Provinsi Jawa Tengah (Jateng) melarang keras seluruh warga mereka untuk mengambil sikap menjadi golongan putih alias melakukan golput pada Pemilu 2024 mendatang. Karena dengan itu, maka menjadi salah satu upaya dari masyarakat untuk bisa bersumbangsih dalam terwujudnya era Indonesia Emas pada tahun 2045 nanti.
Maka dari itu, Ketua LDII Jawa Tengah, Singgih Tri Sulistiyono menegaskan bahwa seluruh elemen warga di LDII harus menggunakan hak pilih yang mereka miliki dalam pelaksanaan Pemilu 2024 mendatang. Karena sejatinya, dengan menggunakan hak pilih itu, maka penerapan asas demokrasi di Indonesia juga dijalankan dengan jauh lebih maksimal karena masyarakat bisa menentukan hak pilihan mereka sendiri serta aktif dalam menggunakan berbagai hak politik tersebut. Sebagai salah satu kriteria dari warga negara yang baik, tentunya jangan sampai melakukan golput.
Beberapa anggapan keliru yang biasanya dimiliki oleh masyarakat yang memilih melakukan golput adalah bahwa seolah satu suara yang dimilikinya sama sekali tidak berpengaruh dan berdampak apapun. Padahal, jelas sekali jika pemikiran demikian terus dimiliki, justru akan semakin memperbanyak kemungkinan masyarakat yang melakukan golput.
Untuk itu, tatkala banyak diantara masyarakat yang kemudian melakukan golput, kehilangan satu suara saja memang sangat bisa menjadi sebuah penentu kemenangan dari pihak tertentu dan bisa saja mengubah negara ini dalam upayanya untuk menjadi jauh lebih maju dan jauh lebih baik lagi ke depannya.
Sehingga, jelas sekali bahwa dengan tingginya angka golput dari masyarakat dalam Pemilu 2024 mendatang, akan sangat memberikan berbagai macam dampak yang sangat negatif bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Salah satunya adalah jelas bahwa angka golput yang tinggi akan sangat mengganggu penerapan asas demokrasi di dalam negeri.
Seharusnya negara demokrasi, maka berarti negara tersebut mampu melibatkan seluruh warganya dalam membuat dan mengambil keputusan, baik itu secara langsung ataupun secara perwakilan. Namun, dengan tingginya angka golput yang terjadi, maka sama saja menunjukkan bahwa masyarakat sama sekali tidak lagi bisa merasakan adanya penerapan asas demokrasi tersebut, melainkan mereka akan jauh menjadi lebih apatis terhadap pemimpin yang dicalonkan, termasuk juga apatis kepada keberlangsungan negara nantinya.
Selain itu, dengan masyarakat lebih memilih untuk melakukan golput, maka mereka juga akan sangat mengganggu kemungkinan bagi terpilihnya calon pemimpin yang sebenarnya sangat layak dan menjadi sosok paling ideal untuk memimpin Tanah Air dengan segenap program kerja nyatanya yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sendiri.
Karena, pastinya dalam kontestasi Pemilu 2024 mendatang, para calon yang melaju memiliki dan menawarkan berbagai macam tawaran gagasan atau ide yang menarik mengenai bagaimana visi dan misi hingga seperti apa program kerja yang hendak mereka lakukan ketika berhasil memimpin. Namun sayangnya, sebaik apapun program kerja yang sudah dimiliki oleh para calon, tentu tidak akan bisa optimal dan tidak bisa terlaksana jika dirinya tidak terpilih hanya akibat tingginya angka golput.
Upaya penegakan asas demokrasi di Indonesia akan sangat terganggu dan juga terancam dengan tingginya angka golput yang dilakukan oleh masyarakat dalam gelaran Pemilu 2024 mendatang. Maka dari itu, semua pihak hendaknya harus terus mewaspadai diri dan jangan sampai terjebak dalam narasi ajakan untuk golput dalam bentuk apapun karena sangat merugikan.
)* Penulis adalah kontributor Ruang Baca Nusantara