Webinar Moya Institute, Imron Cotan:Banyak Tantangan Untuk Parpol Baru di Pemilu 2024
JAKARTA — Pemerhati isu-isu global dan strategis, Prof. Imron Cotan menyatakan bahwa terdapat banyak tantangan yang harus dilewati parpol baru untuk bisa bersaing dengan parpol lama.
Menurutnya, kehadiran gagasan baru di tengah masyarakat yang dimiliki oleh parpol baru tentu akan menjadikan peluang tersendiri.
Prof. Imron mengatakan hendaknya Parpol baru juga bisa menghadirkan solusi bari para Milenial dan Gen Z, lantaran jumlahnya dalam Pemilu sangat besar, yakni sekitar 50 persen dari 206 juta pemilih.
Lebih lanjut, penting pula bagi parpol baru dan parpol non-parlemen untuk bisa memiliki tokoh lokal berwawasan nasional dan global sehingga bisa memecah dominasi elit politik yang bertumpuk di kota besar dan biasanya di Pulau Jawa.
Gen Z dan Milenial juga ternyata tidak memiliki pilihan dengan ideologi yang jelas, melainkan mereka kebanyakan hanya terpaku pada media sosial dan gadget saja.
“Hal penting yang perlu dicatat adalah Generasi Milenial dan Generasi Z, terdeteksi tidak memiliki pilihan ideologi yang ‘fixed’, selain terpaku pada gadget,” jelasnya di acara webinar nasional yang digelar Moya Institute, bertema ‘Tantangan dan Peluang Parpol Baru pada Pemilu 2024” di Jakarta, Jumat (22/7).
Tentunya itu akan menjadi peluang tersendiri yang harus bisa dimanfaatkan oleh parpol baru.
“Jika mampu menarik dukungan generasi muda tersebut memanfaatkan gadget, parpol baru memiliki potensi untuk menyundul eksistensi parpol yang telah lahir lebih dahulu”, ujar Prof. Imron.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gelora, Mahfudz Siddiq menuturkan bahwa Pemilu serentak menjadi tantangan tersendiri dan cenderung akan menguntungkan parpol yang memiliki dan mengusung nama Capres tertentu.
“Parpol yang punya capres lebih diuntungkan sebab dapat mendongkrak elektabilitas partainya, berbeda dengan parpol baru,” katanya
Kemudian, Ketua Harian Partai Perindo, Tuan Guru Bajang Zainul Mazdi menyebutkan bahwa sebenarnya parpol baru dan parpol non-parlemen masih memiliki peluang untuk bisa lolos threshold selama mereka memiliki program yang bersentuhan dengan rakyat kecil.
“Hal ini membuktikan penerimaan publik terhadap parpol baru terus ada, yakni menjalankan program-program yang langsung menyentuh kehidupan kalangan bawah, pungkas Zainul.
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia, Djayadi Hanan menjelaskan bahwa berdasarkan kajian sejak Pemilu 2024, terdapat beberapa faktor yang bisa dimanfaatkan oleh parpol baru.
Faktor tersebut yakni mereka memiliki tokoh yang bisa memayungi semua dapil, citra parpolnya yang baik, perputaran mesin parpol, bagaimana kemampuan memahami peta persaingan antar paopol, adanya kharisma kandidat di tingkat lokal.
Bagi Djayadi, hendaknya parpol baru tidak hanya bergantung kepada satu strategi saja untuk bisa meraup suara.