Wujudkan Pemilu Damai Bebas Teror
Oleh : Bimo Ariyan Beeran )*
Pemilihan umum (Pemilu) memang masih 1 tahun lagi tetapi wajib disiapkan dari sekarang agar nantinya berjalan dengan baik. Pemerintah, KPU, dan segenap pihak lain berkomitmen untuk mensukseskan Pemilu 2024 yang damai dan bebas teror. Pengamanan makin diperketat agar acara 5 tahun sekali ini berlangsung dengan lancar tanpa ada ancaman dari kelompok radikal dan teroris.
Pemilu adalah gelaran akbar yang diselenggarakan 5 tahun sekali dan masyarakat menantinya dengan antusias, karena ingin mendapatkan calon pemimpin baru. Sejak era reformasi para WNI dibebaskan untuk memilih calon presidennya sendiri, bukan seperti dulu yang memilih partai dan calonnya itu-itu saja. Pemilu menjadi ajang yang mendebarkan karena hasilnya bisa saja di luar prediksi.
Ketika Pemilu berlangsung di era reformasi maka lebih menegangkan. Bukan hanya karena banyak calon presiden baru. Namun juga karena ada potensi serangan dari kelompok radikal dan teroris. Jangan sampai Pemilu kacau-balau gara-gara ulah teroris atau berakhir dengan peristiwa berdarah.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyiapkan sejumlah langkah mencegah ancaman terorisme menjelang Pemilu 2024. Lembaga ini menggandeng KPU (Komisi Pemilihan Umum) hingga para peserta Pemilu mencegah penyebaran paham intoleran dan terorisme.
Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar menyatakan bahwa iklim demokrasi yang harus bebas dari pengaruh paham-paham intoleran, terorisme. Ia ingin indeks demokrasi di Indonesia semakin baik dan semua pihak harus mematuhi aturan dalam pesta demokrasi.
Komjen Pol Boy Rafli Amar melanjutkan, ia ingin pesta demokrasi dilaksanakan dengan penuh penghormatan terhadap nilai-nilai budaya bangsa, nilai-nilai hukum yang berlaku di Indonesia, dan tentunya nilai-nilai yang memenuhi kaidah bahwa demokrasi itu dilaksanakan dengan baik.
Dalam artian, Pemilu adalah momen yang sangat penting bagi Indonesia untuk memilih presiden dan anggota legislatif yang baru. Jangan sampai Pemilu dikacaukan oleh ulah kelompok radikal dan teroris. Mereka mengerti bahwa saat Pemilu warga berkumpul untuk memilih calon presiden dan berpotensi keramaian, sehingga menjadi sasaran empuk dari penyerangan dan pengeboman.
BNPT tentu sudah mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi sebelum dan ketika Pemilu. Oleh karena itu pengamanan makin diperketat, baik saat calon presiden atau calon anggota legislatif berkampanye, maupun ketika pencoblosan dimulai. Tak hanya hansip dan satpam yang dikerahkan tetapi juga aparat keamanan untuk memastikan bahwa masyarakat benar-benar bebas dari ancaman serangan teroris.
Sementara itu, Densus 88 bergerak cepat dalam penangkapan teroris sebagai upaya pencegahan serangan sebelum Pemilu 2024. Seorang terduga teroris ditangkap di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Penangkapan terduga teroris ini dilakukan pada Minggu pagi, 22 Januari 2023.
Karopenmas Div Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan menyatakan bahwa pada hari Minggu, 22 Januari 2023 pukul 06.00-09.00 WIB telah dilakukan penangkapan terhadap 1 orang target tindak pidana terorisme berinisial AW (39). AW merupakan simpatisan ISIS yang aktif memposting gambar dan video propaganda terorisme di media sosial.
Penangkapan anggota teroris merupakan tindakan preventif sebelum Pemilu 2024. Apalagi sebentar lagi masa kampanye sehingga pengamanan betul-betul diperketat. Jangan sampai banyak teroris berkeliaran sehingga meresahkan warga dan mengacaukan kampanye dan Pemilu 2024.
Densus 88 bisa saja melakukan penangkapan berikutnya agar tidak ada teroris yang menggangu keamanan rakyat dan berusaha menggagalkan Pemilu 2024. Masyarakat tidak perlu khawatir karena Pemilu dipastikan berlangsung dengan aman. Oleh karena itu penangkapan dan penyelidikan kaasus terorisme akan tetap berlanjut.
Ketika ada teroris ditangkap bukan berarti aparat paranoid. Justru mereka harus dicokok secepat mungkin. Penyebabnya karena pengaruh mereka besar sekali di masyarakat, terutama di media sosial. Anggota kelompok teroris makin rajin mengunggah foto dan berita hoaks sehingga rakyat Indonesia jadi antipasti terhadap Pemilu, dan akhirnya golput (golongan putih). Jika hal ini terjadi maka Pemilu bisa gagal.
Jika berkaca pada Pemilu tahun 2019 dan 2014 maka kelompok teroris melebarkan sayap. Mereka tak hanya melakukan serangan berupa pelemparan bom Molotov atau pengeboman. Namun juga merambah ke dunia maya. Hoaks dan propaganda sengaja ditebarkan agar masyarakat bermusuhan dan akhirnya jadi memusuhi pemerintah.
Permusuhan wajib dihapuskan karena bisa dimanfaatkan oleh anggota kelompok teroris yang jadi provokator, yang ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan. Jangan sampai ada kekacauan sosial gara-gara ulah mereka. Oleh karena itu masyarakat wajib berperan besar untuk menciptakan Pemilu damai, agar tidak ada kerusuhan yang berujung pada tawuran dan bisa memakan korban.
Pemilu 2024 harus berlangsung dengan damai dan bebas teror. Untuk itu ada tindakan preventif dari Densus 88 agar tidak ada anggota kelompok teroris yang berkeliaran, lalu mencegah suksesnya Pemilu mendatang. Meski Pemilu masih setahun lagi tetapi persiapannya harus benar-benar matang, termasuk faktor keamanan dari teroris.
)* Penulis adalah kontributor Ruang Baca Nusantara