WWF ke -10 Perkenalkan Subak Sebagai Pengelolaan Air Berbasis Kearifan Lokal
Nusa Dua – Bali memiliki pola pengelolaan air bernama Subak yang diperkenalkan dalam World Water Forum (WWF) ke 10. Subak dengan nuansa kearifan lokal yang kuat menunjukkan prinsip kebersamaan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyararakat dalam sistem pengelolaan air berkelanjutan.
Hal tersebut disampaikan Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Hilmar Farid dalam konfrensi pers di Media Center WWF ke -10 yang didampingi Dirjen IKP Usman Kansong.
“Sistem Subak di Bali atau sistem pengelolaan air tradisional yang berakar kuat pada filosofi dan budaya masyarakat adat, dan kaitannya erat dengan Jalur Rempah. Hal ini sejalan dengan tema utama WWF yaitu “Air untuk Kemakmuran Bersama,” ujar Hilmar Selasa (21/5)
Penyelesaian permasalahan terkait tata kelola air tidak mungkin hanya melibatkan satu bidang keilmuan, oleh karena itu membutuhkan koordinasi dari seluruh stakeholder.
Dalam hal ini, Subak di Bali juga melibatkan pengelola Pura Ulun di Danau Batur Bali bersama masyarakat di tingkat lokal.
Pengenalan sistem pengairan Subak juga memberikan manfaat positif lainnya terutama dari sisi pariwisata karena dapat meningkatkan minat wisatawan.
Hal tersebut karena Subak merupakan dari implementasi pembangunan yang mengoordinasikan manajemen air, daratan dan sumber daya untuk memaksimalkan kesejahteraan sosial maupun ekonomi tanpa menyisihkan lingkungan hidup.
Pelaksanaan World Water Forum ke 10 saat ini tengah berlangsung di Kawasan Nusa Dua, Bali.
Dalam gelaran acara yang berlangsung sejak 18-25 Mei 2024, WWF ke-10 mengangkat tema “Water for Shared Prosperity” atau air bagi kemakmuran bersama yang sangat relevan dengan kondisi saat ini.