Konflik Internal PAN Menguat, Kubu Prabowo-Sandi Makin Terpecah
Oleh : Mira Adriadna )*
Konflik internal terus menguat di dalam partai koalisi Prabowo-Sandi. Memang sudah terlihat bahwa tidak semua pihak anggota partai menyetujui keputusan pemilihan Capres dan Cawapres pasangan tersebut. Hal tersebut terlihat dari adanya perpecahan suara antara Pro Jokowi dan Pro Prabowo di dalam kubu Partai Amanat Nasional (PAN).
Lima pendiri PAN yakni Abdillah Toha, Albert Hasibuan, Goenawan Mohamad, Toeti Heraty, dan Zumrotin, sebelumnya mendesak Amien Rais mundur dari jabatannya di PAN dan perpolitikan nasional melalui sebuah surat terbuka, karena Amien Rais dinilai melanggar prinsip dasar pendirian PAN. Selain itu, Amien dinilai telah mendukung dan berperan aktif dalam politisi yang ingin membangkitkan Orde Baru. Padahal, sebagai tokoh reformasi yang ikut berperan dalam mengakhiri kekuasaan Orde Baru, Amin Rais saat ini malah bersimpati, mendukung, dan bergabung dengan politisi yang beraspirasi mengembalikan kekuatan Orde Baru ke kancah politik Indonesia yang dianggap sangat ironis sekali. Masyrakat telah membayangkan bahwa Orde Baru yang ditakutkan akan datang apabila Prabowo terpilih menjadi Presiden Indonesia nantinya.
Selain itu, anak dari Albert Hasibuan yakni Bara Hasiabuan yang menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PAN juga turut didesak untuk mundur, akibat sikap politiknya membela para pengurus daerah yang melakukan deklarasi untuk mendukung Jokowi. Dalam kasus ini, Bara menyatakan tidak setuju jika partai asal memecat kader yang memiliki sikap berbeda. Bara menilai langkah Muhidin merupakan salah satu strategi agar PAN bisa diterima di semua daerah. Jika ingin mendapatkan dukungan dari masyarakat setempat, pengurus PAN di daerah harus mengikuti suara konstituen di sana.
Atas sikapnya yang dianggap berbeda oleh elite partai PAN, Ketua DPP PAN Yandri Susanto menyatakan akan memecat Bara Hasibuan apabila terus melakukan sikap yang tidak sejalan dengan keputusan akhir partai PAN dalam membela pasangan Prabowo-Sandi. Hal ini memberikan sinyal bahwa internal dari kubu sebelah sedang mengalami guncangan-guncangan karena pilihan politik, dan tidak realistis nya pilihan-pilihan mereka dengan kondisi Pilpres sekarang.
Mungkin rakyat bisa berifikir kembali, konflik intenal di dalam partai PAN bisa berarti keputusan memilih pasangan Prabowo-Sandi sudah merupakan hanya keputusan dari elite partai untuk sebuah kepentingan yang mungkin akan didapatkan dari Paslon nomor urut 02. Atau bisa berarti ada sesuatu hal yang tidak dapat diterima oleh seluruh anggota partai apabila Prabowo-Sandi terpilih menjadi Capres dan Cawapres nantinya. Tidak solidnya anggota partai kubu no 2 mungkin bisa menjadi pertimbangan bagi rakyat untuk berfikir kembali dan menganalisa karakteristik dari masing-masing pasangan calon sebelum menetapkan pemimpin yang pantas pada 17 April 2019 nantinya.
)* Penulis adalah Pemerhati Politik