Kubu Prabowo Terima Dukungan PKI dan HTI
Oleh : Rizal Arifin )*
Amnesia seolah sudah mewabah, endemik di sebagian kolong-kolong pengumpul suara. Iyakan saja, lupakan yang dulu, yang penting dapat suara. Itu gambaran kejam politik yang dipertontonkan. Pemilu sebagai media pendidikan politik hanya sebuah ilusi. Tak sedikit yang mengorbankan kehormatan menjadi kaum munafik atau bahkan menghancurkan anugerah keberagaman demi dukungan di beberapa menit di bilik suara.
Gelaran Pilpres 2019 semakin mendekat, berbagai elemen sudah menyatakan preferensi politiknya. Namun diam-diam ada yang membuka hati kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang sudah ditetapkan menjadi organisasi masyarakat (Ormas) terlarang dan anti Pancasila. Adalah Hashim Djojohadikusumo, adik kandung Capres Prabowo Subianto yang juga Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. Ia menyatakan dirinya menerima dukungan dari pihak mana pun terkait pencapresan Prabowo Subianto. Bahkan, ia juga mengatakan Prabowo menerima dukungan dari pihak-pihak yang dianggap kontroversial mulai HTI, FPI hingga anak cucu PKI.
“Ada yang bertanya begitu, saya bilang, saya dan kami akan terima dukungan dari mana pun kecuali iblis, kecuali setan, yang lain kami terima, Prabowo terima, bahkan anak dan cucu PKI, pun cicit PKI kami akan terima dukungannya”, ujar Hashim.
Sebagai politisi, Hashim menerima dukungan dari pihak manapun dianggap sebagai hal lumrah. Namun, perlu ditegaskan bahwa di negeri ini Pancasila harga mati. Tidak bisa ditawar sedikitpun, dengan alasan apapun, apalagi demi kepentingan politik praktis.
Ada pepatah Cina klasik, “tidak ada makan siang yang gratis”. Ada timbal balik yang didapatkan. Patut diduga ada sesuatu yang dijanjikan oleh Hashim Djojohadikusumo kepada kelompok anti Pancasila apabila memberikan dukungan kepada Prabowo. Tidaklah berlebihan jika Prabowo dianggap tengah mengancam keutuhan NKRI. Wajar jika Prabowo tidak diberikan tempat dalam nalar.
Sikap ksatria Prabowo sebagai seorang mantan prajurit layak dipertanyakan. Jiwa gagah dan pantang menyerah mempertahankan Pancasila semestinya terpatri erat. Atau memang politik telah membutakannya, bagaimanapun caranya yang penting dapat suara. Prabowo sedang terjebak dalam jurang pragmatisme. Sebenarnya pragmatisme dalam politik masih bisa ditolerir, tapi jika menyangkut pokok dasar berbangsa, apakah rela mengorbankan Pancasila?
Tidak bisa dibayangkan jika Prabowo yang memimpin negeri ini. Ada kontribusi di balik bilik suara dari penentang ideologi bangsa. Apakah ini yang dimaksud dengan Indonesia akan bubar versi Prabowo? Diam dan perlahan kepingan puzzle itu semakin terlihat. Korelasi dari berbagai pesimisme dan kontoversi adalah rekayasa busuk yang sudah diagendakan.
Pancasila harga mati. NKRI selamanya. Jangan biarkan pendompleng kekuasaan berjaya di negeri ini. Di bilik suara nanti, ingatlah bahwa “Prabowo menerima dukungan HTI dan PKI, mereka yang menentang Pancasila, perusak jati diri bangsa”. Seraya memohon kepada Yang Maha Kuasa agar memberi nalar sehat pada Indonesia. Indonesia jaya selamanya.
)* Penulis adalah Pemerhati sosial politik