Sendi BangsaSosial BudayaWarta Strategis

Asset Soft Power Indonesia, Sebuah Kontemplasi

Penulis: M.A. Arifin

“Power”, menurut Josep S. Nye, adalah “kemampuan dalam mempengaruhi perilaku yang lain”. Soft Power adalah kemampuan dalam menjadi “menarik”, sehingga bisa bekerjasama dengan yang lain.[1] Soft power bertumpu pada beberapa sumber, antara lain, kebudayaan, nilai-nilai politik, dan diplomasi. Suatu negara memperoleh hasil yang diinginkan dalam politik internasional karena negara lain ingin mengikuti caranya, mengagumi nilai-nilainya, mencontoh sistemnya, menjadi pelindungnya, atau menjadi mitranya..[2]

Lebih lanjut, Joseph Nye mengemukakan bahwa “Soft power is the ability to get ‘others to want the outcomes that you want’ (Nye, 2004a, p.5), and more particularly ‘the ability to achieve goals through attraction rather than coercion’. Finally, Nye introduces smart power as the ‘balance of hard and soft power’ (Nye, 2005). He argues that soft power is as important as hard power, and even more so in international politics. Indeed, soft power enables a change of behaviour in others, without competition or conflict, by using persuasion and attraction.”[3]

Dalam hal ini, polugri Indonesia adalah politik bebas-aktif. Dai Bachtiar (mantan Dubes RI untuk Malaysia) menyebutkan, filosofi politik bebas-aktif sebagai mandat UUD 1945. “’Bebas” bermaksud Indonesia mengambil kebijakan dan menentukan posisinya dalam isu global tanpa intervensi dari pihak luar. Sedangkan “aktif” bermaksud Indonesia berkomitmen senantiasa ikut serta dalam upaya membangun dan menjaga perdamaian dunia.[4]

Ada beberapa asset yang bisa dipergunakan atau dimanfaatkan sebagai element dari soft power Indonesia antara lain demokrasi dan HAM, mayoritas penduduk Islam, tingkat pluralistik Indonesia yang sangat tinggi yang secara bersamaan dapat menonjolkan the Ideology of Tolerans.[5] Selain itu, latar belakang sejarah Indonesia yang merupakan founding father dari beberapa organisasi internasional antara lain ASEAN dan KAA, juga dapat dijadikan sebagai soft power Indonesia dalam melakukan diplomasi dengan negara lain. Karena dengan menjadi leader organisasi regional tersebut setidaknya dapat memberikan bargaining position kepada Indonesia di mata dunia Internasional. Tidak hanya itu, keanekaragaman budaya Indonesia dapat menjadi kekuatan lunak Indonesia. Promosi kebudayaan Indonesia bukan hanya dari pengiriman seniman daerah keluar negeri, tapi bahkan pramugarI di maskapai Indonesia sudah dibiasakan untuk berseragam Batik. Kedepannya Hal ini akan menjadi nilai tambah kita terhadap penumpang yang berasal dari luar Indonesia. Budaya merupakan karakter bangsa, sehingga jika berhasil menanamkan suatu kebudayaan kepada kebudayaan tertentu, akan memudahkan mempengaruhi dan memasuki negara tersebut, baik melalui sektor perdagangan maupun sektor-sektor lain yang potensial sesuai budayanya tersebut.

Dengan asset tersebut serta kebijakan polugri Indonesia yang bebas-aktif, maka diharapakan dapat meningkatkan soft powernya melaui “serangan budaya” kepada dunia Internasional terkait keanekaragaman budaya Indonesia. Sehingga Indonesia dapat dikenal di seluruh dunia. Namun demikian, soft power apapun yang kita miliki, tidak akan berarti banyak kalau tidak di back up atau di support oleh hard power yang memadai, terutama dalam konteks kekuatan ekonomi dan tentunya juga pertahanan ataupun militer yang diperhitungkan orang.[6]

 


[1] Siswo Pramono. 2011. Resources of Indonesian Soft Power Diplomacy. Jakarta: Jakarta Post. Diakses dari : http://www.thejakartapost.com/news/2010/06/28/resources-indonesian-soft-power-diplomacy.html.

[2] Darwanto,Herry.Soft Power(online)http://www.kemhan.go.id/kemhan/files/4b6dd7782006312fc0aa3bded9b59566.pdf. Diakses 05/08/2015

[3] Maxime Gomichon.Joseph Nye on Soft Power dalam E- International Relations Students, 2013.

[4]Keynote speech in International Scientific Conference, yang berlangsung di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), 14-15 Januari 2011

[5] Rizal Sukma. 2009. Tabloid Diplomasi : Soft Power Tidak Akan Berarti Jika Tidak Diimbangi Dengan Hard Power. Dikases Dari: http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/46-september-2008/336-soft-power-tidak-akan-berarti-jika-tidak-diimbangi-dengan-hard-power.html

[6] Rizal Sukma Peneliti CSIS. Soft Power Tidak Akan Berarti Jika Tidak Diimbangi Dengan Hard Power. Dalam http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/46-september-2008/336-soft-power-tidak-akan-berarti-jika-tidak-diimbangi-dengan-hard-power.html

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih