BEM UI Ditunggangi Kelompok Kepentingan
Oleh : Reza Pahlevi )*
BEM UI sedang viral karena mengkritik Presiden habis-habisan. Publik otomatis kaget karena tidak ada angin tidak ada hujan, mereka langsung memberi pernyataan keras terhadap Presiden Jokowi. Lantas ada dugaan bahwa ada kelompok yang menunggangi BEM, agar melancarkan kritik dan menyerang RI-1.
Indonesia adalah negara demokrasi dan sejak orde baru tumbang, masyarakat menikmati euforia dalam menyatakan pendapat. Penyebabnya karena dulu mereka benar-benar takut untuk bersuara, karena ancaman petrus atau yang lain. Sedangkan sekarang sudah diperbolehkan.
Namun sayangnya kegembiraan masyarakat untuk berbicara di depan umum sudah kebablasan, seperti yang dilakukan oleh para mahasiswa yang tergabung dalam BEM UI. Mereka mengedit foto Presiden Jokowi lalu menuduh beliau hanya lips service. Spontan masyarakat kaget karena tiba-tiba mereka menyerang presiden dengan tuduhan yang buruk.
Presiden Jokowi sendiri santai saat dituduh seperti itu. Namun orang-orang di sekitar beliau yang tidak terima, karena perilaku mahasiswa tidak berdasarkan data dan fakta. Mahasiswa yang mengkritik dituding tidak menjunjung tinggi sopan santun, karena usia presiden tentu jauh lebih tua daripada mereka.
Malah ada dugaan bahwa BEM UI mengeluarkan kritik pedas karena disusupi oleh kelompok kepentingan. Mereka sengaja menyuruh para mahasiswa untuk mengedit foto dan mengkritik presiden, dengan alasan menegakkan demokrasi. Padahal tujuannya hanya untuk menjatuhkan nama baik presiden di hadapan rakyat.
Jika ada kelompok kepentingan yang menyuruh para mahasiswa maka ini adalah strategi mereka, karena yang disalahkan adalah anak-anak muda itu. Para mahasiswa menjadi tameng, padahal pelaku sebenarnya adalah oknum di kelompok kepentingan. Oknum sengaja melakukannya karena ingin bersiap menuju Pilpres 2024, karena takut presiden akan dicalonkan kembali.
Padahal sudah jelas bahwa Presiden Jokowi tidak setuju usulan jabatan 3 periode, dan yang menyatakannya bukan beliau, melainkan orang lain yang jadi penghasut. Sehingga oknum itu marah lalu melakukan strategi lain, dengan menghasut para mahasiswa untuk mengkritik presiden. Jika mahasiswa dianggap agent of change maka akan lebih didengar oleh masyarakat, begitu anggapan sang oknum.
Masyarakat sendiri tidak percaya dengan tuduhan BEM UI, karena mereka merasakan sendiri bahwa Presiden Jokowi benar-benar bekerja keras demi kemakmuran Indonesia. Buktinya walau di masa pandemi yang sulit, tetap membuat proyek strategis nasional, karena akan berdampak positif bagi mobilitas masyarakat. Pajak yang dikeluarkan oleh rakyat dikembalikan lagi untuk rakyat dalam bentuk infrastruktur.
Kelompok kepentingan sengaja menunggangi para mahasiswa di BEM UI karena mereka memang mudah tersulut emosi, diprovokasi sedikit akan langsung marah dan mengkritik. Buktinya pada saat demo akhir tahun lalu, mahasiswa yang demo disusupi oleh provokator yang disuruh oleh kelompok kepentingan. Sehingga demo berakhir dengan rusuh.
Kelompok kepentingan yang menunggangi para mahasiswa sengaja melakukannya agar merusak kedamaian di Indonesia. Para mahasiswa juga mengakui bahwa kegiatan mereka saat itu disusupi oleh oknum dari kelompok kepentingan. Sehingga tak heran saat ada BEM UI yang mengkritik, otomatis ada dugaan bahwa statement ini dikeluarkan karena provokasi dari kelompok kepentingan, karena mereka pernah berkontak lama.
Seharusnya para mahasiswa, tidak hanya BEM UI, sadar bahwa kelompok kepentingan hanya memanfaatkan nama mereka untuk memprovokasi. Jangan malah terpengaruh oleh omongan para oknum lalu menghujat habis-habisan. Penyebabnya karena saat ini sudah ada UU ITE dan pasal penghinaan presiden yang bisa menjerat mereka, walau presiden sendiri tidak berniat untuk mengusut kasus ini.
Ketika BEM UI ditunggangi oleh kelompok kepentingan yang diduga dari oknum Parpol, maka seharusnya mereka malu. Sebagai mahasiswa seharusnya mereka melakukan hal-hal yang lebih berguna seperti bakti sosial untuk menolong korban pandemi Covid-19. Bukannya hanya bermain di media sosial dan menyebar fitnah.
)* Penulis adalah warganet tinggal di