Blunder Politik dan Tidak Kuatnya Kerjasama Timses Prabowo-Sandi
Nama Prabowo-Sandi menjadi bulan-bulanan di mata masyarakat Indonesia.
Oleh : Edwin Nugraha )*
Dalam beberapa bulan ini, Prabowo-Sandi dan tim suksesnya sering melakukan blunder-blunder politik yang makin membuat elektabilitasnya menurun. Dari mulai, kasus hoax Ratna Sarumpet, kasus ‘Tampang Boyolali’, kasus melecehkan pekerja ojek online, kasus Sandiaga melangkahi makam KH Bisri Syansyuri, dll. Semua itu semakin membuat nama Prabowo-Sandi menjadi bulan-bulanan di mata masyarakat Indonesia.
Terlebih lagi, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga terlihat tidak punya konsep dan strategi yang jelas untuk memenangkan Pilpres 2019. Pihak Prabowo-Sandi selama ini tidak pernah memunculkan visi dan misinya ke permukaan, melainkan hanya melakukan serangan-serangan tanpa data dan solusi terhadap kubu Jokowi. Selama ini, Prabowo hanya mengeluarkan orasi-orasi yang tidak didasarkan fakta dan data yang valid, sedangkan Sandiaga hanya keliling pasar-pasar dan berusaha untuk membangun opini terkait lonjakan harga di pasar dan sepinya pembeli.
Selain itu, koordinasi program antara Partai Politik pendukung dan BPN Prabowo-Sandi juga terlihat tidak solid, bahkan tanpa koordinasi sama sekali. Hal ini terlihat dari isu gaji guru Rp 20 juta yang dikemukakan oleh Mardani Ali Sera, malah langsung dimentahkan sendiri oleh Prabowo. Partai-partai pendukung kecuali Gerindra terlihat mulai ancang-ancang cari selamat sendiri. Mereka lebih fokus untuk mensukseskan Pemilihan Legislatif dibanding Pilpres. Sangat masuk akal karena mereka sudah ‘hopeless’ dengan elektabilitas Prabowo-Sandiaga Uno yang semakin tersungkur.
Lebih parah lagi, Hasyim Djojohadikusumo tidak bisa lagi diandalkan menjadi penyumbang potensial karena kondisi keuangannya sudah koma karena tergerus kekalahan 2x Pilpres (2009 dan 2014). Sedangkan dalam kenyataannya, janji Sandiaga Uno ternyata hanya manis di bibir saja. Komitmen akan menyediakan dana dengan memobilisasi dukungan para pengusaha ternyata juga hanya PHP. Karena pengusaha dengan kalkulasi bisnis investasi yang obyektif lebih aman mendukung Jokowi, apalagi ada Erick Thohir di kubu Jokowi. Tanpa dukungan logistik dan keuangan yang memadai secara realistis akan menyulitkan mobilitas Prabowo.
Apalagi saat ini, KH Ma’ruf Amin yang notabenenya merupakan tokoh Islam paling dihormati baik di NU, maupun seluruh umat Islam Indonesia, sekarang gabung dan menjadi Cawapres dari Jokowi. Hal ini tentunya sangatlah menggerus kantong suara umat yang selama ini merupakan andalan dari tim Prabowo. Akibatnya, banyak kelompok Islam mulai berpaling dari Prabowo Subianto dan merapat ke kubu Jokowi. Alasannya adalah Jokowi dan KH Ma’ruf Amin secara jelas lebih menunjukkan keberpihakan dan sudah berkarya nyata untuk kemakmuran Islam di negeri ini dibanding Prabowo yang belum berbuat apa-apa untuk kemaslahatan umat Islam. Apalagi ada statement secara jelas bahwa Prabowo mendukung perpindahan Kedubes Australia di Israel ke Yerusalem. Ini blunder terparah dari Prabowo dan sangat melukai hati umat Islam.
Hal itulah yang membuat, Timses dan Prabowo-Sandi menjadi panik sehingga makin banyak melakukan blunder-blunder politik yang akhirnya malah membuat elektabilitasnya makin hancur di mata masyarakat Indonesia.
*) Penulis adalah Pengamat Masalah Sosial Politik