Brexit Tidak Terlalu Berdampak Bagi Ekonomi Indonesia
Oleh : Yoga Rahmansyah Pratama )*
Polemik Brexit semakin mendalam di tengah adanya keterlambatan implementasi dan belum ada kejelasan tentang bagaimana perjanjian itu akan berakhir. Dengan munculnya semangat proteksionisme, penarikan Inggris dari Uni Eropa (EU) telah mengkhawatirkan dunia, termasuk Indonesia. Brexit tidak akan membuat Inggris menghentikan perdagangannya dengan UE. Tetapi karena akses berdampak, intensitas perdagangan antara dua pihak akan turun. Pada akhirnya, itu akan memukul ekonomi Inggris dan mempengaruhi ekspor dari negara lain.
Selanjutnya, dampak pada negara-negara berkembang dianggap tidak akan signifikan. Para ahli mengatakan, dampak Brexit terhadap Indonesia dianggap rendah dan hanya dalam jangka pendek. Terutama, Indonesia hanya memiliki kurang dari dua persen ekspor ke Inggris. Inggris telah menjadi mitra strategis Indonesia sejak 2012. Menurut data Badan Statistik, ekspor Indonesia ke Inggris hanya berjumlah US $ 806.740 ekspor pada tahun 2018, meningkat 90,52 persen. Dalam persentase Produk Domestik Bruto (PDB), ekspor Indonesia ke Inggris tidak memiliki porsi besar, hanya kurang dari 1 persen. Berbeda dengan ekspor yang kecil, impor barang Indonesia dari Inggris jauh lebih tinggi yaitu US $ 1,21 miliar. Dan Badan Koordinasi Penanaman Modal menyatakan bahwa investasi Inggris ke Indonesia bernilai $ 271,13 juta tahun lalu, atau tertinggi ke-14 di antara semua negara.
Brexit akan membuat lesu ekspor Cina ke UE. Dan pada akhirnya, ekspor Indonesia ke China akan ikut terkena dampaknya. Dampak UE ini harus diperhatikan lebih lanjut. Selain itu, perlambatan ekonomi Inggris, UE, Cina, dan India akan memberikan tekanan pada ekonomi global. Permintaan energi dan komoditas akan melemah. Tak ketinggalan, sekitar 60 persen ekspor Indonesia terkait dengan energi dan komoditas. Namun dampak Brexit pada Indonesia lebih ke pasar. Ada kerentanan di pasar uang yang dipimpin oleh Poundsterling dan Euro. Dolar AS akan mendapatkan kekuatan, dan Rupiah akan mengikuti depresi.
Gejolak di pasar modal dan pasar uang belum menjadi indikator kuat bahwa Brexit akan memiliki pengaruh signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Karena gejolak itu lebih didorong oleh faktor sentimen daripada faktor fundamental. Selain itu, Brexit akan mempengaruhi aliran investasi Indonesia dari Inggris, terutama karena pasar modal Indonesia masih didominasi oleh investor asing. Namun, kekacauan ini bersifat sementara dan akan mereda di masa mendatang. Karena meningkatnya ketidakpastian karena Brexit, investor cenderung melepaskan aset mereka dalam rupiah dan mentransfernya ke aset yang lebih aman dalam dolar AS atau emas. Ketika ketidakpastian mulai mereda dan investor dapat menghitung risiko yang muncul, dana yang keluar akan kembali ke Indonesia.
Di tengah semua itu, pemerintah percaya bahwa Brexit tidak akan merusak hubungan bilateral Indonesia-Inggris karena tetap ada kepentingan kedua negara untuk terus membangun kerja sama. Indonesia telah berjanji untuk mempertahankan hubungan baik dengan Inggris dan UE, tanpa perubahan kemitraan. Baru-baru ini, Indonesia memiliki Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) dan Penegakan Hukum Kehutanan, Tata Kelola, dan Lisensi Perdagangan (FLEGT) dengan UE. Dampak kemitraan akan terlihat setelah Inggris secara resmi menarik diri dari UE.
)* Mahasiswa S-2 Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia