Sendi Bangsa

Empat Pilar Ideologi ISIS

Oleh: Alwi Abdurrahman Shihab)*

 

Lahirnya Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) merupakan fenomena pergerakan kelompok ektrimis yang didominasi oleh negara-negara timur tengah seperti halnya Irak dan Suriah. Pada tanggal 29 Juni 2014, kelompok ini menyatakan dirinya sebagai negara Islam sekaligus kekhalifahan dunia yang dipimpin oleh khalifah Abu Bakr al-Baghdadi dan berganti nama menjadi ad-Dawlah al-Islāmiyah. Sebagai kekhalifahan, ISIS mengklaim kendali agama, politik, dan militer atas semua Muslim di seluruh dunia, dan keabsahan semua keamiran, kelompok, negara, dan organisasi tidak diakui lagi setelah kekuasaan khilāfah meluas dan pasukannya tiba di wilayah mereka.

Melihat fenomena tersebut, diidentifikasi terdapat empat pilar ideologis yang melandasi lahirnya organisasi ISIS, seperti: Filsafat, Tasawuf, Syiah, dan Nasrani. Keempat isu tersebut dijadikan sasaran dan aksi anarkis dalam membangkitkan semangat serta mewujudkan dan mendirikan khilafah oleh Abu Bakar Al-Bhagdadi. Ia merupakan pelanjut pimpinan yang sudah tewas sebelumnya ketika memaksakan keinginanya untuk mendirikan khilafah. Khilafah yang dicita-citakan oleh ISIS dapat diwujudkan dengan melenyapkan keempat pilar tersebut.

Berbeda dengan empat pilar Indonesia yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika yang dikembangkan dan disosialisasikan, yangmana konsensus tersebut cenderung sebagai dasar berwarganegara dan berbangsa, serta bersifat lebih islami dan manusiawi. Hal ini dikarenakan keempat konsensus Indonesia tersebut, sarat dengan nilai-nilai keberagaman dan tidak satu pun muatannya yang bertentangan dengan unsur dasar dalam islam, yaitu akidah, syariah, dan akhlak

Menyimak empat unsur yang mendasari ideologi pemberontakan ISIS, lahir sebuah pertanyaan, mengapa mereka sangat tidak senang dan membenci empat hal tersebut? kelompok ISIS menjadikan empat hal tersebut sebagai sesuatu yang harus mereka lawan, yang  dalam praktiknya mereka menghalalkan berbagai macam cara yang keji dan tidak manusiawi. Mereka membakar banyak warga yang tidak berdosa atas nama jihad yang salah kaprah.

Di satu sisi, mewaspadai pengaruh negatif berkembangnya ideologi ISIS yang menentang empat hal tersebut hanya karena dianggap dengan prinsip tauhid versi mereka, tidak serta merta melahirkan keberpihakan dan mendukung ideologi tersebut atas nama tauhid semata. Aspek tauhid sangat prinsipil dalam beragama, dalam Al-Quran ada banyak firman Allah SWT yang menegaskan bahwa menduakan tuhan masuk kedalam golongan orang yang musyrik dan dosanya tidak akan diampuni oleh Allah SWT. Namun demikian, Allah memerintahkan hambanya untuk terus memperbaiki hubungan dengan sesama makhluk ciptaannya, bukan hanya kepada yang seakidah, akan tetapi juga kepada seluruh manusia dan bahkan kepada tumbuhan dan binatang, semuanya harus dipelihara dan dilestarikan.

Di sisi lain, jumhur ulama menguraikan komponen yang terdapat dalam ajaran Islam adalah tauhid, syariah, dan akhlak. Ketiga komponen tersebut saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya. Akidah tanpa akhlak adalah seumpama sebatang pohon yang tidak dapat dijadikan tempat berlindung saat kepanasan dan yang buahnya tidak dapat dipetik. Karenanya aksi brutal yang mengabaikan indahnya persaudaraan dan persatuan seperti yang dilakukan oleh anggota ISIS jelas mengotori konsep ketauhidan, terutama terkait empat hal diatas.

Sebaliknya, akhlak tanpa akidah hanya akan menjadi bayangan bagi benda yang tidak tetap, yang selalu bergerak. Oleh karena itu, Islam memberikan perhatian yang serius terhadap pendidikan akhlak. Karena Rasullah SAW dalam sabdanya menegaskan bahwa, “Aku diutus tidak lain dan tidak buka hanyalah untuk menyempurnakan akhlak”. Rasullah diutus bukan untuk menyempurnakan pandangan, aliran, mazhab, dan pendapat.

 

)* Mantan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Indonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu

Show More

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih