Generasi Muda Perlu Aktif Tangkal Radikalisme
Oleh : Dodik Prasetyo )*
Anak muda perlu dimotivasi lagi untuk ikut aktif dalam menangkal radikalisme. Tujuannya agar tidak ada lagi ABG ingusan yang terjebak bujuk rayu dari kaum radikal. Jangan sampai terorisme merambah ke anak-anak muda dan merusak masa depan mereka serta menghancurkan Indonesia tercinta.
Akhir-akhir ini radikalisme dan terorisme menjadi bahan pembicaraan. Penyebabnya karena ada pengeboman di Makassar dan penembakan di Mabes Polri, dalam waktu yang berdekatan. Miris sekali saat pelakunya diketahui masih berusia belia (25 tahun). Berarti terorisme dan radikalisme sudah merambah ke dunia anak muda.
Antonius Benny Susetyo, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarahan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyatakan bahwa pemerintah harus merangkul anak-anak muda secara maksimal melawan paham dan aksi radikal. Jika semua generasi muda mampu memahami dan mempunyai nilai semangat persatuan dan keberagaman, maka kelompok teroris tak bisa bergerak bebas.
Dalam artian, untuk mencegah pengantin bom atau pelaku radikalisme yang merupakan anak muda, maka teman yang sebayalah yang seharusnya memberi pengertian bahwa terorisme itu berbahaya. Mereka bisa saling mengingatkan, jangan sampai ada yang terperosok masuk ke jaringan terorisme dan dicuci otaknya. Lalu bertindak ngawur dengan menyerang orang lain yang dianggap musuh.
Mengapa harus sesama anak muda yang memperingatkan tentang bahaya terorisme dan radikalisme? Karena jika berkomunikasi dengan yang sebaya, mereka lebih mau mengerti dan membuka diri. Berbeda dengan jika yang menasehati adalah orang tua atau sesepuh. Biasanya anak milenial akan menutup kuping atau lari jauh-jauh, karena menganggap sedang digurui.
Benny melanjutkan, kaum muda adalah pemutus rantai dalam melawan radikalisme dan terorisme. Karena jika tidak didukung anak muda, mereka tidak akan berjalan. Dalam artian, teroris butuh generasi muda yang jadi kader baru untuk menjalankan misi, karena fisiknya kuat dan semangatnya tinggi. Namun ketika banyak pemuda menolak radikalisme, mereka akan mati kutu.
Terlebih, saat ini teroris sudah memakai dunia maya untuk mencari mangsa baru. Anak-anak muda yang lebih melek teknologi diharap memperingatkan netizen lain akan bahaya bujuk rayu teroris. Mereka mengkampanyekan gerakan anti radikalisme dan terorisme di media sosial, agar makin banyak orang yang mengerti bahayanya.
Kaum muda juga bisa bertindak progresif dengan melaporkan akun-akun media sosial yang mencurigakan, yang sekiranya dibuat oleh kelompok teroris. Selain melaporkan ke pihak pengelola sosmed, mereka juga bisa langsung menghubungi polisi siber untuk ditindaklanjuti. Sehingga teroris tidak leluasa bergerak di dunia maya.
Selain itu, anak-anak muda yang lain juga wajib waspada jika ada tawaran grup gratis yang menyodorkan embel-embel ilmu agar mudah masuk surga, semangat berjihad, neagra khilafiyah, dll. Karena ini yang paling sering ditawarkan oleh kelompok teroris. Sebagai selubung dari program mereka dalam mencari kader baru.
Pemerintah juga membuat program Duta Damai yang diselenggarakan di beberapa wilayah di Indonesia. Para duta damai akan mengkampanyekan Indonesia damai tanpa radikalisme dan menolak penyebaran terorisme. Sehingga masyarakat akan melihat apa saja bahaya paham terorisme di negeri ini.
Pencegahan seperti ini memang harus dilakukan, agar tidak ada lagi yang terkena bujuk-rayu teroris dan akhirnya mati sia-sia saat jadi bom pengantin. Jangan sampai generasi muda rusak otaknya karena paham radikalisme. Karena mereka adalah pemuda harapan bangsa dan peletak pondasi untuk masa depan yang gemilang.
Untuk menangkal radikalisme, maka anak-anak muda perlu proaktif dalam menyebarkan bahaya terorisme. Mereka bisa berkampanye di media sosial dan menunjukkan apa saja kengerian yang dibuat oleh kelompok teroris. Sehingga kaum muda yang lain akan pikir-pikir saat dibujuk kaum radikal.
)* Penulis adalah kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI)