Polemik Politik

Hasil Pemilu Memang Penting, Namun Menjaga Persatuan Juga Tak Kalah Penting

Oleh : Rika Yusuf )*

Pemilu serentak telah usai dilaksanakan, sudah saatnya masyarakat Indonesia menanti dengan sabar, akan hasil pemilu yang akan diumumkan pada 22 Mei nanti. Namun Isu miring juga belum juga reda, serangan hoax maupun fitnah, hingga ajakan people power sudah kerap menjadi berita diberbagai media.

            Pasca Pemilu usai, umat muslim tengah masuk pada bulan Ramadhan, dimana sudah sepatutnya, umat muslim menjaga semangat ukhuwah dan tidak mempolarisasi masyarakat lebih jauh.

            Pemilu memang penting bagi sebuah negara yang menganut demokrasi, namun persatuan sebagai satu bangsa juga tak kalah penting.

            Terlepas dari apapun hasil yang nanti akan diputuskan, kita tentu berharap agar KPU tetap mengedepankan kejujuran dalam penghitungan suara. Karena kemenangan yang didapat dengan kejujuran akan sangat berarti bagi kita semua.

            Pemilu merupakan salah satu cara untuk membentuk sebuah pemerintahan yang adil dan benar – benar mewakili rakyat serta memperkokoh persatuan bangsa. Karena itulah seluruh pihak yang terlibat sudah semestinya menjalankan peran secara mulia, baik itu pengawas, peserta pemilu, maupun pendukungnya agar senantiasa meredakan kegaduhan yang tak kunjung usai.

            Terkait hasil quick count, tentu wajar jika tidak semua pihak dapat menerimanya, namun alangkah lebih bijak jika seluruh masyarakat tetap berpikir jernih dan tenang. Sudah sepatutnya pula kita tidak lantas menarik kesimpulan terlebih dahulu sebelum segala tahapan di KPU berakhir.

            Yang paling penting pada saat ini adalah, seluruh masyarakat agar mampu memandang bahwa semua adalah bersaudara sebangsa dan setanah air. Apapun perbedaan tidak boleh menyebabkan ada yang terpinggirkan. Siapa pun nanti yang ditetapkan oleh KPU sebagai pemenang harus menunjukkan sikap kenegarawanan dengan merangkul semua pihak baik yang sekubu maupun yang berlawanan.

            Untuk yang kalah dalam pemilu, tentu hal tersebut dapat disikapi dengan sikap legowo. Karena bukan berarti yang kalah dalam pemilu tidak memiliki peran dalam menebar kebaikan bagi bangsa dan negara.

            Pada kesempatan sebelumnya, Ketua International Conference for Religious and Peace (ICRP) Musdah Mulia mengatakan, bahwa masyarakat harus lebih dewasa dalam menyikapi proses demokrasi lima tahunan yaitu pemilu maupun pilpres. Jangan sampai perbedaan pilihan membuata bangsa terpecah dan saling bermusuhan.

            Ia juga menyayangkan, hanya karena Pemilu, hubungan silaturahmi anak bangsa menjadi terputus. Hal tersebut tentu sulit untuk dibayangkan jika sebuah keluarga bernama Indonesia terpecah – pecah karena beda pilihan dalam memilih pemimpin maupun wakil rakyat.

            Musdah juga mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang Istimewa dan sangat Indah dibanding dengan negara lain. “Seluruh anak bangsa jangan sampai mudah diadu domba oleh kelompok tertentu yang ingin menghancurkan NKRI.”

            Belum lama ini, sejumlah 100-an aktivis dari Komite Aksi Mahasiswa dan Pemuda untuk demokrasi (KAMI) telah melakukan unjuk rasa di depan kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU). Mereka menyatakan agar semua pihak tetap bersama dalam perdamaian dan persatuan.

            “Semua pihak harus menahan diri dan tetap menjaga kondusifitas jelang dan saat pengumuman resmi hasil Pemilu 2019. Tanggal 22 Mei 2019 saat penetapan rekapitulasi harus disikapi dengan penuh tanggungjawab,” tutur Rifki selaku Korlap KAMPUD ketika berorasi.

            Tentu menjadi sebuai ironi tatkala sekelompok orang menuding KPU atau pemilu curang karena tak bisa menerima kekalahannya pada Pemilu serentak ini. Rifki juga mengatakan bahwa jika pihak yang kalah menuding pemilu curang, tentu hal tersebut harus disertai bukti, tidak sekedar tudingan semata.

            Ia juga berharap agar para elite politik dapat memberikan edukasi kepada warga dalam kehidupan berdemokrasi. Ia juga mengatakan jika menemukan bukti akan selisih hasil pemilu, silakan bawa ke jalur konstitusional, seperti ke Bawaslu maupu Mahkamah Konstitusi (MK).

            Pada bulan Ramadhan ini, sudah semestinya kita dapat menahan amarah untuk senantiasa menjaga kondusifitas politis dengan menghormati hasil pemilu.

            Tentunya, segala bentuk penggiringan opini melalui narasi provokatif dan sesat yang bertujuan utnuk mengganggu legitimasi dan kinerja KPU, sudah sepantasnya dilawan dan ditolak. Seperti menolak seruan people power yang nyatanya, hal tersebut bukanlah langkah konstitusional dalam mengadukan sengketa pemilu.

)* Penulis adalah pengamat sosial politik

Show More

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih