Indonesia Berhasil Jadi Negara Berpenghasilan Menengah ke Atas
Oleh : Dodik Prasetyo )*
Bank Dunia menyatakan bahwa Indonesia naik peringkat dari negara berpenghasilan menengah menjadi menengah ke atas. Hal ini adalah sebuah prestasi, karena kita masih berada di tengah pandemi covid-19. Namun kondisi finansial negara tidak terpuruk dalam resesi berkepanjangan, malah bisa bangkit dan berstatus menengah ke atas. Masyarakat pun diimbau untuk tetap disiplin terhadap protokol kesehatan guna pulihkan perekonomian Indonesia.
indonesia berhasil berubah statusnya jadi negara berpenghasilan menengah ke atas. Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementrian Keuangan Rahayu Puspasari menyatakan bahwa Republik Indonesia berhasil meningkatkan GNI (gross nationl income) dari 3.840 dollar Amerika jadi 4.050 dollar Amerika. Bank Dunia sudah menghitungnya sehingga negeri kita statusnya naik jadi menengah ke atas.
Bank Dunia membuat beberapa klasifikasi apakah sebuah negara layak dianggap sebagai berpenghasilan menengah saja atau menengah ke atas. Rinciannya seperti ini, untuk negara dengan pendapatan kecil, GNI-nya adalah 1.035 USD. Sementara negara berpenghasilan menengah ke bawah, pendapatannya 1.036 USD – 4.045 USD. Negara berpenghasilan menengah ke atas pendapatannya 4.046 USD – 12.535 USD, dan negara dengan status high income pendapatannya di atas 12.535 USD.
Prestasi Indonesia yang diraih sejak 1 juli 2020 ini tentu sebuah kabar gembira. Karena kita masih bisa meraih pendapatan yang lebih tinggi, walau di tengah pandemi covid-19. Walau di awal kuartal 2020 pendapatan per kapita hanya naik 3%, namun di bulan-bulan selanjutnya bisa bertambah.
Status Indonesia yang jadi negara berpenghasilan menengah ke atas adalah hasil dari kerja keras pemerintah selama bertahun-tahun. Pemerintah berusaha meningkatkan ketahanan ekonomi dan memiliki pertumbuhan di berbagai bidang lainnya dengan berbagai cara. Di antaranya dengan membangun infrastruktur dan mempermudah birokrasi di banyak kantor pelayanan publik.
Kementrian keuangan juga menjelaskan bahwa pemerintah berusaha mempertahankan status ini. Caranya dengan meningkatkan keran ekspor dan reformasi struktural. Juga meningkatkan kapabilitas dan kapasitas industri, serta mengurangi defisit transaksi berjalan. Selain itu, ada kebijakan untuk memperkuat sumber daya manusia melalui perlindungan sosial, program kesehatan, dan juga pendidikan.
Jika sumber daya manusia cerdas maka pelaku ekonomi juga makin cerdas, dan GNI Indonesia akan naik secara perlahan. Oleh karena itu, program pemerintah yang bertujuan meningkatkan pendidikan dan kesehatan pemuda sudah seharusnya didukung. Jangan malah dicemooh dan dibilang hanya pencitraan belaka.
Selain itu, untuk mendukung kondisi finansial Indonesia agar makin membaik, selain pembangunan infrastruktur juga ada inovasi di bidang teknologi untuk menjawab tantangan industri di masa depan. Pemerintah juga berusaha keras menjaga APBN agar tetap sehat. Semua dilakukan demi kemakmuran rakyat Indonesia.
Sebenarnya apa saja keuntungan memiliki status sebagai negara berpenghasilan menengah ke atas? Salah satunya adalah bisa menarik investor asing. Indonesia dianggap sebagai negara yang sehat dan stabil di bidang ekonomi dan keadaan politik, sehingga cocok dijadikan lahan investasi. Jadi dengan adanya tambahan investor, tentu akan menguntungkan dan membuat pendapatan per kapita semakin naik.
Jika sebuah negara berstatus berpenghasilan menengah ke atas, maka mencerminkan peningkatan daya beli masyarakat. Walau di tengah badai corona, namun kenyataannya masih banyak masyarakat yang bersemangat belanja baju dan bahan makanan jelang lebaran beberapa bulan lalu. Pun setelah lebaran, pasar dan perbelanjaan yang kembali dibuka di er new normal, mulai ramai oleh pembeli. Hal ini tentu memperlihatkan bahwa sebenarnya masih banyak orang yang kaya.
Status Indonesia yang dinilai Bank Dunia sebagai negara berpenghasilan menengah ke atas tentu sangat membanggakan. Pendapatan GNI negeri kita mencapai 4.050 USD. Naiknya status menjadi negara menengah ke atas tentu sangat menguntungkan, karena bisa mengundang banyak investor asing.
)* Penulis adalah kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI)