Kalangan Media dan Milenial Harus Proaktif Tangkal Hoax Seputar Covid-19
Oleh : Rahmat Soleh )*
Di tengah merajalelanya pandemi Covid-19 di tanah air, banyak pula berita hoax yang bertebaran mengenai virus tersebut. Maraknya berita palsu atau hoax ini tentu saja berbahaya karna dapat menyebabkan keresahan masyarakat bahkan mungkin perpecahan di masyarakat. Pers dan Milenial diharapkan untuk aktif dalam menangkal hoax seputar Covid-19.
Founder sekaligus CEO Ruangguru, Adamas Belva Syah Devara mengatakan bahwa generasi milenial memiliki peran yang besar dalam melawan berita palsu atau hoax terkait Covid-19 yang banyak bertebaran di media sosial. Pasalnya, generasi muda kini memiliki akses informasi yang jauh lebih mudah, lebih banyak dan tidak gaptek (gagap teknologi).
Apabila mendapat berita baik dan bermanfaat, maka baik untuk disebarkan. Akan tetapi, jika mendapat berita yang sumbernya kurang terpercaya dan terindikasi palsu maka lebih baik berhenti pada kita sebagai generasi milenial dan menghimbau pada yang lain juga untuk berhenti menyebarkan berita tersebut.
Sejak dulu, sebenarnya telah banyak berita hoax yang bertebaran terkait apapun. Jika dulu tidak ada media maka berita hoax banyak beredar dari mulut ke mulut bahkan jauh lebih mengerikan karena dari setiap mulut berita selalu mendapat bumbu-bumbu tambahan. Saat media informasi adalah kertas, berita hoax banyak bertebaran di selebaran yang dibagi-bagikan. Saat telepon genggam mulai ada, berita hoax menyasar melalui pesan. Kini, banyak berita hoax bermunculan dan tersebar luas di media sosial.
Memerangi hoax adalah bagian dari upaya edukasi yang sangat penting untuk dilakukan di masa kondisi wabah yang melanda. Generasi muda bisa melakukan edukasi sederhana mulai dari lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga, teman dan tetangga. Terlebih, kini hampir setiap orang sudah menggunakan grup whatsapp di mana banyak terjadi penyebaran hoax di sana.
Mendapati fenomena ini, memang perlu ada kejelian dan sikap kritis serta skeptis terhadap berita-berita yang beredar di whatsapp yang sangat banyak kemungkinan hoaxnya. Kita sebagai generasi muda, sudah menjadi kewajiban untuk mengecek kembali sumber berita tersebut, apakah itu terpercaya dan benar adanya ataukah berita palsu. Sebab, jika bukan kita siapa pula yang akan menghentikan penyebaran hoax yang merajalela tersebut?
Peran pers dalam memerangi beredarnya hoax juga sangat penting. Pasalnya, keintegritasan sebuah media massa ditentukan seberapa kredibel berita yang ditayangkan.
Mantan Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo, mengatakan bahwa media massa memang harus menjadi sumber informasi yang terpercaya bagi masyarakat. Ketika banyak beredar berita hoax mengenai Covid-19 maka sikap yang diambil oleh media adalah menjadi penjernih atau pencerah bagi masyarakat dari berita-berita palsu itu.
Saat banyak beredar informasi yang menyebabkan kepanikan masyarakat dan hal semacamnya. Maka media berperan sebagai pihak yang harus menjelaskan duduk perkara tersebut seperti apa.
Menurut Yosep, hoax-hoax ini dapat dibantah dengan menanyai sumber-sumber terpercaya seperti pemerintah dan pihak-pihak terkait.
Kementerian Komunikasi dan Informatika telah mencatat ada 385 hoax yang beredar terkait Covid-19 dan sudah dicabut, seperti pada permasalahan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang merasa pernyataannya digiling media.
Media massa memang dapat berperan dalam mengedukasi masyarakat terkait banyaknya berita hoax yang marak bertebaran.
Keresahan demi keresahan yang tercipta di masyarakat, lantaran berita hoax Covid-19 yang beredar memang harus segera ditangkal. Tidak hanya anak muda saja, tidak hanya pers saja. Semua pihak terkait dan pemilik informasi yang kredibel juga harus memiliki keterbukaan supaya berita palsu yang beredar dapat dipatahkan. Terlebih, mengingat memang banyaknya hoax, maka sikap percaya mentah-mentah harus mulai disingkirkan.
)* Penulis adalah kontributor The Jakarta Institute