KAMI Memecah Belah Perdamaian
Oleh : Lola Ariesty )*
Keberadaan KAMI ditolak oleh banyak orang di berbagai daerah di Indonesia. Mereka anti terhadap organisasi ini karena dianggap memecah perdamaian. Selain itu, KAMI juga melanggar protokol kesehatan karena saat deklarasi mengundang banyak orang. Padahal mereka adalah tokoh publik yang seharusnya memberi contoh yang baik.
Saat berpidato, para anggota Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia berjanji ingin menyelamatkan negri Ini tapi sayangnya ia tak punya contoh konkrit bagaimana caranya. Masyarakat kecewa karena mereka hanya bisa bicara tanpa membantu penanganan efek corona, namun menuntut agar rakyat diselamatkan. Padahal anggota KAMI adalah tokoh yang punya koneksi dan uang.
Sayangnya kelebihan uang mereka tak disalurkan untuk hal yang baik. Masyarakat jadi menolak deklarasi KAMI tahap selanjutnya di beberapa kota di Indonesia. Karena KAMI seakan hanya bisa pamer kelebihan dan menuntut pemerintah. Namun lupa bahwa sebuah masalah bisa cepat diselesaikan jika bekerja sama, dan mereka tak mau ikut cawe cawe.
Di Sukoharjo, puluhan orang berunjuk rasa di depan gedung DPRD untuk menolak deklarasi KAMI yang akan diadakan di sana. Mereka bergabung dalam Serikat Rakyat Sukoharjo. KAMI ditolak masuk daerah tersebut karena dianggap haus kekuasaan dan merupakan gerakan makar. Selain itu KAMI bisa memecah perdamaian di Indonesia karena hobi mengadu domba.
Di Bandung juga ada penolakan deklarasi KAMI, bahkan demo diadakan 2 kali. Yang pertama di depan Gedung Sate, dan kedua di halaman hotel yang akan dibuat tempat deklarasi. Masaa menuntut KAMI pergi dari Jawa Barat karena dkhawatirkan menimbulkan klaster corona di hotel. Karena deklarasi akan dihadiri ratusan orang dan protokol kesehatannya dipertanyakan.
Sementara di Boyolali, massa yang tergabung dalam Masyarakat Peduli Boyolali (MPB) mengadakan aksi damai di tepi Alun-Alun Kidul. Mereka menolak hadirnya KAMI karena dianggap sebagai provokator rakyat. MPB ingin agar rakyat Indonesia bersatu dalam kedamaian. Jadi jangan ada yang mendukung KAMI karena bisa memecah belah bangsa.
Agus Priyanto, koordinator aksi menyatakan bahwa Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia tidak sesuai dengan visi dan misi MPB. Organisasi itu jangan sampai masuk karena akan merusak kedamaian dan situasi kondusif di Boyolali. Dkhawatirkan jika KAMI mengadakan deklarasi, sikap masyarakat akan terbelah dan mengakibatkan perpecahan dan berujung konflik tajam.
Penolakan KAMI di banyak kota menunjukkan bahwa organisasi ini tidak mendapat simpati rakyat. Bagaimana mereka bisa menyelamatkan Indonesia, kalau tidak mau bekerja sama dengan pemerintah? Malah bisanya hanya pamer kemampuan berpidato lalu mencaci maki kebijakan pemerintah. Sungguh tak elok karena mereka adalah tokoh senior tapi tak bisa menjaga omongannya.
Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia juga tidak bisa menunjukkan langkah apa yang dilakukan untuk menyelamatkan Indonesia. Karena rakyat butuh kejelasan dan tentunya pekerjaan. Jika saja mereka membuka perusahaan dengan industri padat karya, maka akan jelas menolong masyarakat, karena jumlah pengangguran bisa berkurang secara drastis.
Para tokoh KAMI dianggap bagaikan sosok Sengkuni yang jadi penghianat bangsa. Karena mereka mendesak agar presiden dimakzulkan. Selain itu, masyarakat juga diprovokasi untuk membenci pemerintah yang mereka anggap zalim. Padahal sebenarnya KAMI-lah yang playing victim dan menganggap dirinya korban, padahal adalah pelaku pemecah kedamaian.
Jika KAMI sudah ditolak di berbagai kota, mau diapakan lagi? Seharusnya mereka instropeksi mengapa tidak mendapat dukungan rakyat. Karena masayrakat sudah cerdas dan tidak mudah terhasut oleh pengaruh buruk mereka, yang mengajak untuk memusuh pemerintah. Jangan ada lagi yang terkena bujukan KAMI karena bisa memecah perdamaian Indonesia.
)* Penulis adalah pengamat sosial politik, aktif dalam Literasi Politik Milenial Bangkit