Kaprodi Kajian Terorisme SKSG UI: KST Papua Tidak Berperikemanusiaan dan Hambat Pembangunan Papua
Papua, LSISI.ID – Peristiwa pembantaian 8 karyawan PT. Palapa Ring Timur Telematika di Kabupaten Puncak Papua oleh Kelompok Separatis Teroris Papua (KST Papua) merupakan hal yang tidak dapat diterima oleh akal sehat dan tidak berperikemanusiaan.
Hal tersebut disampaikan Kaprodi Kajian Terorisme SKSG Papua Dr. M. Syauqillah saat di wawancara di Matoa TV (Selasa 15/3/2022).
Menurut Syaiqullah, peristiwa perusakan ataupun teror pembunuhan terhadap 8 pekerja yang sedang membangun, mengartikan bahwa KST Papua tidak memiliki rasa kemanusiaan yang di junjung tinggi di dunia dan memang apa yang dilakukan kelompok teror tidak peduli siapapun korbannya. Hal itu tentunya ini akan menghambat pembangunan yang dilakukan di Papua.
Kelompok Separatis Teroris yang ada di Papua, tentunya secara general bukan representasi masyarakat Papua, hal itu penting harus di garis bawahi. Mereka hanya kelompok yang tidak ingin masyarakat Papua Maju dan selalu menghambat semua aktivitas ataupun kegiatan yang sekiranya dapat membangun Papua menjadi lebih baik lagi, ujar Syauqillah.
Perlu tindakan adanya penegakkan hukum yang tentunya dengan mempertimbangkan bukti – bukti yang ada dan melihat aspek – aspek yang akan ditimbulkan dari pendekatan yang dilakukan, kata Kaprodi Kajian Terorisme SKSG UI.
Dalam konteks penanggulangan masalah yang ada di Papua, apa yang dilakukan oleh Pemerintah mengunakan pendekatan soft approach maupun hard approach dengan melibatkan semua komponen negara baik lembaga negara, civil society, masyarakat adat yang ada di Papua, dan kelompok agamawan sudah tepat. Selain itu juga masalah yang ada di Papua menjadi “PR” bagi seluruh elemen masyarakat untuk dapat memberikan solusinya, ucap Syauqillah.
Aksi keji yang dilakukan KST Papua dengan menewaskan 8 karyawan yang ingin membangun BTS di Kabupaten Puncak Jaya menambah panjang daftar hitam sepak terjang KST Papua yang dikenal brutal dan selalu menyebarkan rasa tidak aman ditengah – tengah masyarakat Papua, tutup Syauqillah.