Larangan Mudik Mengantisipasi Lonjakan Kasus Covid-19
Oleh : Dodik Prasetyo )*
Mudik di tahun 2021 dilarang kembali dan kita diminta untuk tetap sabar. Karena pelarangan ini demi keselamatan bersama. Daripada ada lonjakan kasus corona di Indonesia, lebih baik mudik dilarang. Masyarakat diminta untuk kooperatif dan mematuhi aturan dari pemerintah.
Ramadhan selalu diiringi dengan idul fitri, dan biasanya di minggu ke-empat bulan puasa, jalan tol sudah dipenuhi oleh masyarakat yang pulang kampung. Namun pemerintah memutuskan untuk melarang mudik pada tanggal 6 hingga 17 mei 2021. Aturan ini tak hanya berlaku untuk anggota TNI, Polri, dan pegawai negeri, tetapi juga untuk seluruh rakyat Indonesia.
Sebenarnya kita semua shock karena pemerintah dengan tegas melarang mudik lebaran pada tahun 2021. Pasalnya, tahun lalu seluruh WNI juga dilarang pulang kampung. Ketika pelarangan terjadi lagi, tentu ada gejolak di masyarakat. Namun mereka yang paham penyebab pelarangan ini akan legowo dan berusaha berbahagia walau lebaran di rumah saja.
Presiden Jokowi menyatakan bahwa pemerintah melarang mudik lebaran untuk mencegah penyebaran corona. Hal ini berkaca dari pengalaman yang lalu, kala 4 kali long weekend lalu jumlah pasien covid melonjak drastis. Yakni setelah idul fitri 2020 dan libur panjang di bulan agustus, akhir oktober-awal november, dan libur akhir tahun.
Penjelasan dari presiden sangat melegakan masyarakat. Karena mereka diberitahu alasan pelarangan mudik. Pemerintah bukannya bertindak gegabah dengan melarang tradisi yang ada di masyarakat, melainkan membuat aturan ini demi keselamatan bersama. Berarti presiden benar-benar memikirkan keselamatan dan kesehatan rakyatnya.
Bayangkan saja jika masyarakat tidak dilarang mudik lalu terjadi serangan corona gelombang kedua. Tentu akan makin merepotkan karena pandemi tidak akan berakhir secepatnya. Ingatlah bahwa mobilitas massal akan menyebarkan virus covid-19, apalagi jika Anda tinggal di daerah berzona merah. Akan berpotensi menularkan corona ke daerah lain.
Jika yang ketularan adalah orang tua atau kerabat lain di kampung, alangkah sedihnya. Apalagi jika mereka punya penyakit bawaan, akan lebih susah untuk sembuh. Lagipula, saat ada komorbid, maka pasien corona akan lebih beresiko tinggi dan bisa-bisa kehilangan nyawa. Anda tidak ingin orang tua bernasib seperti ini, bukan?
Kalaupun tidak menularkan, maka Anda juga berpotensi jadi OTG pasca pulang mudik. Ketika kelelahan menyetir selama berjam-jam ditambah kurang tidur karena asyik bepergian, maka virus covid-19 akan mudah mengintai. Karena kondisi tubuh sedang drop sehingga mudah tertular corona.
Apalagi berkaca dari jumlah pasien corona di Indonesia yang masih cukup tinggi. Menurut data tim satgas covid-19, tiap hari ada lebih dari 4.000 orang yang terjangkit virus covid-19. Sementara jumlah total pasien ada lebih dari 1,5 juta orang. Jika pasca mudik jumlah pasien bertambah 2 kali lipat, akan sangat mengerikan.
Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati? Pelarangan mudik adalah salah satu upaya untuk mencegah penularan corona. Jadi yang diutamakan adalah faktor kesehatan masyarakat. Kita diharap mengerti dan membatalkan tiket mudik, daripada nanti kena corona dan malah habis banyak uang untuk pengobatannya (karena tidak punya BPJS).
Sudahlah, lebih baik lebaran di rumah saja daripada nekat pulang kampung sebelum tanggal 6 mei atau pasca 17 mei. Lagipula, aparat lebih ketat menjaga jalan raya dan jalan tol, jadi semua pemudik yang tetap melintas akan dihalau dan disuruh untuk kembali ke rumah masing-masing. Daripada balik kucing dan menghabiskan bensin, lebih baik stay at home.
Ikhlaskan bahwa tahun ini kita tidak bisa pulang kampung. Orang tua juga pasti mengerti alasannya, karena menuruti anjuran pemerintah. Ketika rindu mendera, lebih baik telepon atau video call. Semoga pandemi segera berlalu sehingga tahun depan kita bisa mudik bersama-sama.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini