Lidah Prabowo Keseleo Sebut Gelar Nabi Muhammad
Oleh : Aldo Indrawan (Pemerhati Sosial Politik di Jakarta)
Deliknews.com – Presiden Joko Widodo atau Jokowi merupakan salah satu pejabat negara yang datang ketika Aksi 212 berlangsung di lapangan Monumen Nasional pada 2 Desember 2016. Aksi tersebut adalah runtutan aksi serupa yang sebelumnya terjadi. Seperti yang diucapkan Ketua Dewan Pembina Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI kala itu, Habib Rizieq Shihab, tujuan Aksi 212 yakni meminta agar Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok ditahan terkait kasus penistaan agama.
Selanjutnya Majelis Hakim yang diketuai Dwiarso Budi Santiarto membacakan putusan bahwa Ahok terbukti bersalah melakukan penodaan agama dan dihukum selama 2 tahun penjara. Lalu Aksi 212 dianggap telah selesai dengan hasil bahwa Ahok telah menerima hukumannya. Alasan ini juga yang membuat GNPF MUI yang diketuai KH Bachtiar Nasir dibubarkan.
Tetapi dewasa ini muncul GNPF Ulama yang diketuai Yusuf Muhammad Martak, dimana GNPF-U sama sekali tidak terikat dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kegiatan GNPF-U tidak lagi sebagai penjaga fatwa MUI, namun sudah bergeser ke arah politik praktis.
Reuni Akbar 212 di Monumen Nasional pada 2 Desember 2018 kemarin merupakan bagian dari tujuan politik GNPF-U. Pada acara ini, masyarakat awam sama sekali tidak memahami bahwa kegiatan yang diikutinya tidak lagi bertujuan syariah dan dakwah. Tetapi telah memasuki ranah politik, terutama sebagai bekal menyongsong Pilpres 2019 mendatang.
Secara sederhana Aksi 212 yang pada mulanya terkait dengan membela agama untuk menghadapi Ahok, beralih atau telah berubah dan dilencengkan demi tujuan Pilpres 2019 menghadapi Jokowi. Hal ini diperkuat melalui Ijtima Ulama yang digelar GNPF-U dan Persaudaraan Alumni (PA) 212 bahwa menetapkan Prabowo Subianto sebagai calon presidennya.
Namun ada hal menggelitik dalam Reuni Akbar 212 beberapa waktu lalu, yang erat kaitannya dengan Prabowo Subianto. Ketika berpidato dalam acara Reuni Akbar 212 beberapa hari lalu, Prabowo salah mengucapkan gelar Nabi Muhammad SAW. Seharusnya Rasulullah Sallaallahu Alaihi Wassalam, namun oleh Prabowo diucapkan “Sallaallahu hulaihi wassalam”.
“Saudara-saudara sekalian, salawat dan salam kita tujukan kepada junjungan kita, baginda nabi besar Muhammad Rasulullah hullaihi wassalam, yang telah memberi kita agama dan peradaban,” begitu perkataan Prabowo Subianto.
Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Andre Rosiade menyatakan bahwa ucapan Prabowo itu hanya keseleo. “Namanya juga keseleo ya manusia itu kan tempat salah dan khilaf,” kata Andre Rosiade pada 3 Desember 2018.
Padahal gelar Nabi Muhammad sangat sering diucapkan oleh umat Muslim. Seharusnya Prabowo Subianto sebagai salah satu calon presiden yang dipilih berdasarkan Ijtima Ulama dan berdiri di depan jutaan umat Islam yang menghadiri Reuni Akbar 212 mampu dengan fasih dan lantang mengucapkan gelar Nabi Muhammad tanpa keseleo.
Perlu digarisbawahi juga bahwa pernyataan Juru Bicara BPN juga salah. Dikarenakan keseleo adalah kondisi yang sering diakibatkan oleh cedera pada bagian tubuh yang memiliki sendi dan tulang. Sedangkan lidah manusia sama sekali tak memiliki sendi maupun tulang, jadi mana bisa keseleo.
Sebagai seorang calon pemimpin yang katanya diusung umat Muslim, jiwa serta karakter seorang muslim sejati harus ada pada dirinya. Bagaimana ingin memimpin atas nama Islam jika dirinya saja tidak fasih mengucapkan gelar Nabi Muhammad? Seharusnya bagi seorang yang dianggap dekat dengan Islam, gelar nabi bukanlah hal yang baru sehingga salah dalam pengucapannya.
Seorang pemimpin muslim adalah contoh bagi rakyatnya, sebagaimana rakyat ialah cerminan dari pemimpinnya. Jika calon pemimpin saja hanya mengatakan dirinya muslim namun tidak tahu bagaimana muslim yang sebenarnya, apalagi dengan rakyat yang akan dipimpinnya. Bisa-bisa rakyat salah arah dan tersesat.