Warta Strategis

Manfaat Kunjungan PM China Secara Ekonomi dan Politik

Oleh : Alan Akim )*

 Indonesia akan kedatangan perdana menteri  China Li Keqiang  yang akan dijadwalkan melakukan lawatan ke Indonesia pada 6-8 Mei 2018.  Lawatan ini menurut  Kementerian China merupakan atas undangan Presiden Joko Widodo sebagai sebuah kunjungan balasan. Kedatangan itu harus disambut baik karena akan meningkatkan kerja sama strategis diantara dua negara. Indonesia bisa bersinergis  dengan China untuk membagun kebangsaan yang kuat.

Kunjungan Li  Keqiang adalah kunjungan kedua kalinya waktu menjabat wakil PM  2008. Kunjungan  ini akan merencanakan  tidak lanjut  inisiatif  Jalur Sutera dan Jalur Maritim Abad ke 21,  One Belt and One Road (satu sabuk satu jalur) di Indonesia. Pokok pembahasan lain, adalah proyek pembagunan  jaringan kereta api cepat  Jakarta-Bandung  kerjasama perdangangan  China-Indonesia.

Hubungan kedua ini semakin mesra di bawa masa Jokowi. Hubungan kedua bukan karena kesamaan ideologis  melainkan karena kepentingan ekonomi. Maka jangan kaitkan hubungan kedua karena dengan isu –isu SARA  lain. Berbeda dengan masa SBY hubungan keduanya tidak jelas , SBY lebih banyak melakukan kerja sama dengan Barat.

Menurut Muradi  seorang pengamat milter , Indonesia bisa memanfaatkan kerja sama yang baik , pasti Indonesia  bisa memperoleh  maanfaat yang besar. Maka kalau tidak yang terjadi sebaliknya.

Dengan hadirnya  Perdana Menteri China menunjukan  kedua negara punya keseriusan yang sama  untuk membagun masa depan dua negara. Indonesia akan memperoleh manfaat yang besar terhadap kerja sama ini. Keduanya bisa saling memperkuat dalam semua lini khusus dibidang ekonomi.

Selama ini China memiliki teknologi  dan produktivitas  dalam Infrastruktur  yang akan membawa  manfaat  bagi Indonesia. Hal ini akan sangat menunjang dalam pembagunan infrastruktur Indonesia yang tertinggal.

Jika keduanya  bisa mengabungkan kedua potensi yang dimiliki akan saling memberikan manfaat yang sama. Khusus China yang mempunyai kelebihan produksi dan harga yang menarik. Dan tentu saja, hal tersebut harus dimanfaatkan oleh pemerintah untuk bisa saling menguntungkan.

Langkah-langkah pemerintah sudah tepat dalam membangun kerja sama dengan China, namun dengan catatan pemerintah harus mampu mengambil manfaat dari kerja sama. Pemerintah harus bekerja extra demi membagun Indonesia lebih baik.

Satu Sabuk Satu Jalur Sinergis Dengan Poros Maritim

Belakangan terakhir pertumbuhan ekonomi China relatif baik, dan China tetap diperhitungkan sebagai salah satu ekonomi global yang penting. Yang masih banyak melakukan investasi  ke luar negeri. Bukan rahasia lagi bahwa China mempunyai program  3 program  yakni, Jalur Maritim  Abad ke 21, satu sabuk satu jalur (One Belt One Road) dan Infrastructure investment  Bank ( AHB).

Melalui jalur sutera maritim China banyak melakukan  kerja sama dengan negara lain-lain  selama punya kaitan dengan jalur sutra martim. Selain itu China mempunyai kebijakan  sembilan garis putus (nine dash line) yang perlu untuk dibicarakan kembali.

Pertanyaan mendasarnya adalah,  apakah satu sabuk satu jalur (One Belt One Road) mempunyai sinergsitas dengan poros martim? Bagaimana dengan cita-cita Indonesia yang ingin  jadi poros martim dunia, apakah tidak kontrakdiktif?

Jawabannya adalah satu sabuk satu jalur sangat memiliki kaitan erat  dengan poros martim Indonesia. Dengan catatan Indonesia  mau dan bisa memanfaatkan peluang yang sudah ada. Kedua, tidak ada yang kontradiktif, karena keduanya bisa saling memanfaatkan sehingga terjalin hubungan yang saling menguatkan. Tujuan dari poros itulah  membagun kerja sama ekonomi yang kuat.

Sejak saat Jokowi mencalonkan sebagai presiden  mempunyai visi  poros maritim dunia.  Ada 5 elemen penting yang harus terpenuhi , yaitu budaya maritim, infrastruktur maritim, sumber daya maritim, dipolmasi maritim, dan pertahanan maritim.

Dalam konteks gagasan  poros martim  dunia memiliki kesamaan  dengan misi jalur sutra laut yang dicanangkan Tiongkok. Dalam konteks ini, Indonesia  dapat memanfaatkan komitmen Tiongkok  untuk memberikan bantuan /kontribusi  terhadap pembagunan Indonesia  untuk membagun infrastruktur  dan sumber daya  yang mendukung  di antara negara yang satu jalur dalam  sutera laut.

Namun tetap bukan tanpa tantangan, ada resiko kecil yang  harus ditanggung. Tetap ini masih jalan yang terbaik. Kekhawatiran  sebagaian orang atas menguatnya pengaruh  China mungkin sangat beralasan namun pijakan tidak kuat. Itu bisa terjadi jika tidak ada hubungan seimbang antara dua negara.

Saya yakin Presiden Jokowi mempunyai sikap yang tegas. Salah satunya dimana presiden pernah mengkritik kualitas  bus buatan China dan pembangkit listrik  tenaga uap  yang dibagun para kontraktor  dan teknisi dari China.

Pada titik ini, jalur sutera maritim mempunyai visi yang sama untuk membagun ekonomi yang kuat, dan semuanya kembali pada negara masing-masing untuk mengoptimalisasikannya.

 

)* Pengamat Politik Muda  dan Hukum Tata Negara

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih