Masyarakat Harus Disiplin PSBB Guna Turunkan Kurva Penularan Covid-19
Oleh: Edi Jatmiko*
Hingga saat ini pandemi covid-19 masih menjadi masalah nasional, beberapa wilayah di Indonesia mengalami panen PDP karena sebagian besar masyarakat tidak mengindahkan himbauan phyisical distance ketika berada di luar rumah. Publik pun diminta tetap disiplin guna mencegah lonjakan penularan Covid-19 dan menurunkan kurva penyebaran Covid-19.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Ace Hasan Syadzily menekankan pentingnya kedisiplinan masyarakat untuk memutus mata rantai covid-19. Mulai dari kedisiplinan menjaga jarak fisik dan sosial, serta menerapkan aktifitas di rumah baik bekerja, belajar dan beribadah.
Kedisiplinan masyarakat dalam masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tentu sangat diperlukan guna mencegah virus corona semakin menyebar. Meski angka kesembuhan terhadap Covid-19 bertambah, tetapi masyarakat tetap harus waspada terhadap kemungkinan penyebaran virus.
Para peneliti alumnus Matematika Universitas Indonesia (UI) telah membuat simulasi dengan beberapa skenario. Simulasi dilakukan dengan model susceptible, infected, reported and unreported (SIRU). Salah satu anggota tim penyusun simulasi Covid-19, Barry Mikhael Cavin Sianturi mengatakan, ada 3 skenario yang disimulasikan. Apabila implementasi tersebut diikuti dengan disiplin, maka diperkirakan pada akhir puncak pandemi di Indonesia akan terjadi pada bulan Juni atau awal Juli.
Pihaknya juga berharap agar PSBB yang diterapkan oleh pemerintah dapat berfungsi sehingga bisa tertahan penyebaran infeksinya. Secara kebijakan penerapan PSBB di Indonesia sudah mulai mirip dengan Amerika Serikat dan Eropa. Namun, sayangnya gelombang mudik sulit untuk diantisipasi, mereka yang berhasil pulang ke kampung halaman, sudah semestinya melakoni isolasi mandiri selama 14 hari.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Bina Administrasi kewilayahan kemendagri safrizal menyampaikan, dari hasil evaluasi, secara angka epidemiologi, penularan virus di Jawa Barat dan Jakarta melandai. Namun, hal berbeda terjadi di Jawa Timur yang memiliki kluster baru penularan covid-19, yakni di PT HM Sampoerna di Kelurahan rungkut, kota Surabaya serta di Pondok Pesantrent Al-Falah Temboro, Kabupaten Magetan.
Tingkat penyebaran virus ini, menurut safrizal , akan sangat bergantung selama pekan mudik lebaran. Apabila orang tidak disiplin dan tetap mencuri-curi mudik, kemungkinan pasien covid akan terus bertambah karena munculnya kluster baru.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) disebutkan bahwa PSBB merupakan pembatasan kegiatan tertentu bagi penduduk dalam satu wilayah yang diduga terinfeksi virus corona. Hal ini bertujuan untuk mencegah adanya penyebaran virus corona yang lebih besar lagi.
Dalam pasal 2 Permenkes tersebut, tertulis bahwa sebuah wilayah baru bisa ditetapkan dalam status PSBB, apabila memiliki memiliki dua poin yaitu ; pertama, jumlah kasus dan/atau jumlah kematian akibat penyakit meningkat dan menyebar secara signifikan dan cepat ke beberapa wilayah. Kedua, ada kesamaan dalam hal pola penyebaran penyakit dengan wilayah atau negara lain.
Merujuk pada pasal tersebut, tentu saja wilayah Jakarta sudah memenuhi kriteria tersebut, sehingga PSBB sudah menjadi hal yang mutlak untuk diterapkan. Selain itu, DKI Jakarta telah menjadi episentrum penyebaran virus corona terbesar di Indonesia.
PSBB sendiri jangan disalahartikan sebagai lockdown, karena lockdown tidak memperbolehkan masyarakat untuk keluar rumah, lockdown juga tidak memperbolehkan pasar atau pusat perbelanjaan untuk beroperasi dan bertransaksi. Penerapan PSBB memang lebih efisien dibandingkan dengan lockdown, namun bukan berarti PSBB tersebut menjadikan masyarakat merasa lebih bebas untuk beraktifitas di luar rumah. Meski angka kesembuhan terhadap Covid-19 bertambah, tetapi masyarakat tetap harus waspada terhadap kemungkinan penyebaran virus. Sebab, bukan tidak mungkin fenomena negara-negara lain yang sudah berhasil melewati fase puncak menuju pertambahan nol juga akan mengalami pandemi gelombang kedua.
Kunci dari keberhasilan PSBB adalah disiplin dan meminimalisir pergerakan masyarakat. Daud menegaskan, masyarakat juga harus mengikuti segala prosedur dan protokol terkait pemberlakuan PSBB di BODEBEK. Jika masyarakat mengabaikannya, maka proyeksi PSBB tidak akan tercapai secara maksimal.
Di China, gelombang kedua terjadi akibat kasus-kasus impor yang berasal dari luar negara tersebut. Oleh karena itu, PSBB haruslah diterapkan secara ketat dan didukung serta dengan kewaspadaan masyarakat terhadap kemungkinan penyebaran virus corona. Selama pandemi virus corona tentu saja merpangarahi roda perekonomian di rumah yang tersendat alias thr tidak dibayar.
*) Penulis adalah aktif dalam Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini