Masyarakat Harus Sadar dan Disiplin Protokol Kesehatan
Situasi pandemi cenderung semakin serius yang ditandai dengan semakin banyaknya kasus positif Covid-19 di Indonesia. Masyarakat pun diminta sadar dan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan agar tidak semakin banyak lagi orang yang tertular Corona.
Pandemi memang belum berakhir, distribusi vaksin juga belum merata untuk seluruh masyarakan Indonesia, sehingga masyarakat perlu untuk terus diingatkan terkait dengan sense ofe crisis atau kewaspadaan terhadap penyebaran virus covid-19.
Namun demikian, seiring dengan berjalannya waktu, tingkat kewaspadaan masyarakat justru cenderung menurun. Kondisi inilah yang menyebabkan penyebaran virus covid-19 di Indonesia seolah tidak terbendung.
Epidemiolog dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad menyebutkan, bahwa dengan semakin bertambahnya waktu, sense of crisis akan semakin merendah, sehingga masarakat harus diingatkan, karena ada konsekuensi dari setiap tindakannya.
Hingga akhir Januari lalu, total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia telah mencapai angka 1.078.314 orang. Bertambahnya angka penularan virus pun diiringi dengan bertambahnya jumlah angka kematian.
Riris menilai, ketika transmisi virus tinggi, maka masyarakat tidak bisa hanya bertumpu pada protokol kesehatan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Protokol Kesehatan 3M menjadi tdak memadai ketika kasus positif Covid-19 berada di angka yang tinggi. Jika kondisi ini yang terjadi, maka masyarakat wajib mengurangi mobilitas agar terhindar dari virus.
Ia juga menegaskan bahwa yang membuat virus menular adalah mobilitas manusia. Semakin tinggi mobilitas, virus akan semakin bisa menular.
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian dan Konsultasi Pembangunan Kesehatan (LKP2PK), Ardiansyah Bahar juga mendorong masyarakat agar mendukung semua kebijakan dari pemerintah supaya terhindar dari penularan virus Covid-19.
Ardiansyah mengatakan, bahwa sense of crisis tentu menjadi hal utama yang harus dimiliki oleh masyarakat, mengingat kondisi pandemi yang belum berakhir. Apalagi dengan semakin bertambahnya beban fasilitas pelayanan kesehatan dalam menangani pasien Covid-19.
Menurutnya, pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) adalah upaya untuk mengurangi mobilisasi masyarakat. Kebijakan tersebut harus dipatuhi agar mengurangi risiko penularan.
Dirinya meyakini, jika kebijakan pembatasan mobilitas dijalankan dengan baik, ditambah dengan program vaksinasi yang sukses, tentu hal ini akan berdampak pada penurunan kasus.
Namun demikian tentu saja upaya ini harus didukung dengan kedisiplinan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan.
Kabarnya, Indonesia merupakan salah satu negara yang beruntung, karena termasuk dari 40 negara pertama yang bisa melakukan vaksinasi.
Tentu saja masyarakat memiliki peran vital dalam memutus rantai penyebaran Covid-19, jika masyarakat kita patuh dan taat dalam menerapkan protokol kesehatan maka penanggulangan bencana non alam ini akan lebih cepat.
Bagaimanapun juga, protokol 3M dan Vaksinasi adalah 2 agenda yang sama pentingnya untuk menangani pandemi Covid-19.
Epidemiolog Syahrizal Syarif menuturkan, vaksin membutuhkan waktu untuk menciptakan kekebalan tubuh seseorang. Selain itu, tidak mungkin seluruh masyarakat akan dapat langsung divaksinasi karena proses pemberian vaksin akan dilakukan secara bertahap.
Syahrizal mencontohkan, meskipun saat ini terdapat puluhan vaksin, namun dari tahun 1940an, dunia mencatat kemunculan 365 penyakit baru dan hanya satu penyakit yang dapat tereradikasi (musnah) yakni cacar.
Dengan adanya fakta tersebut, Dirinya juga meminta kepada masyarakat untuk tidak perlu khawatir dengan keamanan vaksin, karena hal tersebut merupakan syarat utama dalam pembuatannya.
Pada kesempatan berbeda, wali kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menyebutkan bahwa perkembangan kasus pandemi Covid-19 di Kota Pontianak mengalami penurunan serta cenderung melandai. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil screening swab test dan kondisi rumah sakit yang ada di kota Pontianak.
Edi menambahkan, perilaku masyarakat sudah sangat familiar dengan protokol kesehatan. Masyarakat juga sudah memahami bagaimana menjaga imunitas tubuh dengan pola hidup sehat sehingga bisa melawan virus corona.
Namun demikian pihaknya terus mengikuti perkembangan kasus Covid-19 di Kota Pontianak dimana mobilitas dan aktifitas masyarakat semakin tinggi. Untuk itu tim satgas covid-19 Kota Pontianak terus melakukan monitoring.
Hal ini diperkuat dengan penuturan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak Sidiq Handanu yang mengatakan, bahwa rumah sakit yang melayani pasien Covid-19 tingkat huniannya tercatat dibawah 30%.
Tentu saja apa yang terjadi di Pontianak tersebut patut dijadikan contoh terkait ikhtiar untuk terbebas dari ancaman virus corona atau covid-19.
(Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini)