Masyarakat Menolak Eksistensi KST Papua
Oleh : Rebecca Marian )*
Masyarakat Papua menolak eksistensi kelompok separatis dan teroris (KST) karena mereka bersalah. KST selalu meneror masyarakat sampai menimbulkan korban jiwa. Amatlah salah jika ada klaim yang menyatakan bahwa rakyat mendukung kelompok separatis tersebut. Penyebabnya karena masyarakat membenci KST, karena selalu menyakiti orang asli Papua.
Kelompok separatis dan teroris (KST) Papua adalah gerombolan bersenjata yang merupakan kaki-tangan OPM (organisasi Papua merdeka). Mereka ngotot untuk membelot dan tidak mau menuruti segala peraturan dari pemerintah. Namun malah meneror masyarakat demi mewujudkan permintaannya yakni memerdekakan diri dan membentuk Republik Federal Papua Barat.
Akhir-akhir ini muncul klaim dari KST bahwa mereka didukung oleh rakyat Papua. Namun hal ini langsung dibantah oleh Pendeta Jupinus Wama. Menurut Pendeta Jupinus, salah besar jika KST dicintai rakyat. Kenyataannya, mereka justru melakukan aksi teror, tak hanya ke warga sipil tetapi juga ke aparat keamanan. Bahkan KST tega menggauli dan melecehkan gadis-gadis Papua. Sungguh tidak berperikemanusiaan.
Masyarakat Papua memang tidak menyukai KST sama sekali dan klaim mereka hanya hoaks. Tidak ada yang mau hidupnya selalu dipenuhi ancaman dan KST ketika melakukan teror tidak sekadar membawa senjata api. Mereka juga sampai mengusir penduduk karena rakyat tidak mau mendukung KST dan mengibarkan bendera bintang kejora.
KST tidak hanya mengancam keselamatan warga, tetapi juga melakukan pembunuhan secara sengaja. Sudah banyak korban dari rakyat sipil, mulai dari murid, guru, hingga tenaga kesehatan yang jadi korban kekejaman KST. Mereka kehilangan nyawa gara-gara serangan KST padahal keberadaan orang-orang itu sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Apalagi yang diserang juga anak kecil yang tak berdosa, bahkan dipotong jarinya.
Serangan KST menunjukkan bahwa mereka tidak menyukai kemajuan di Papua. Buktinya guru dan tenaga kesehatan dibunuh, padahal tenaganya sangat diperlukan rakyat. KST juga menyerang pekerja proyek Jalan Trans Papua. Hal ini juga jadi bukti bahwa kelompok separatis ini anti kemajuan, padahal Papua amat butuh modernitas agar masyarakatnya hidup makmur.
Sementara itu, Kepala Suku Besar Kabupaten Puncak Abelom Kogoya menyatakan bahwa dirinya menolak kedatangan KST di daerahnya. Ia tidak ingin ada konflik bersenjata di Kabupaten Puncak. Apalagi setelah ada penyerangan dan menyebabkan delapan orang warga meninggal dunia. Abelom turut menghadiri pemakaman salah satu korban yakni Beby Tabuni dan mengecam keras serangan KST.
Sebagai seorang kepala suku, Abelom menolak KST karena mereka sangat tega menghabisi rakyatnya. KST tidak pandang bulu dalam menyerang. Baik pendatang maupun orang asli Papua, bisa diserang dengan senjata api dan memakan korban jiwa. Selain itu mereka juga sering mengambil harta dan makanan rakyat Papua sehingga perbuatannya termasuk tindakan kriminal.
Oleh karena itu ia mendukung penangkapan anggota-anggota KST karena telah merugikan rakyat Papua, khususnya suku di Kabupaten Puncak. KST harus diberantas agar Papua tetap aman tanpa takut serangan senjata tajam maupun senjata api. Jangan sampai KST membuat rakyat ketakutan dan merugikan karena mereka tidak bisa bekerja dengan tenang.
KST tidak pernah mendapat simpati masyarakat karena mereka memaksa untuk mengibarkan bendera bintang kejora (sebagai lambang west Papua) pada ulang tahun OPM, tanggal 1 Desember. Rakyat tidak mau melakukannya karena setia pada Indonesia dan benderanya hanya merah putih, tidak ada jenis lain.
Sementara itu, masyarakat Papua juga tidak mau bergaul dengan KST karena yang mereka serang bukan hanya pendatang, tetapi juga orang asli Papua. Betapa mereka tega membunuh saudara sesukunya sendiri dan KST selalu menuduh bahwa yang dibunuh adalah mata-mata aparat. Padahal hanya warga sipil biasa.
Masyarakat Papua tidak mau mendukung KST karena mereka punya rasa nasionalisme yang tinggi. Papua adalah bagian dari Indonesia, sejak masa orde lama. Tidak ada yang namanya kemerdekaan karena memang lebih enak jadi bagian dari NKRI. Apalagi di masa pemerintahan Presiden Jokowi, Papua amat diperhatikan, sehingga masyarakat makin cinta Indonesia.
Jika ada anggota KST maka masyarakat langsung menghubungi aparat keamanan agar dilakukan penangkapan. Mereka tidak mau menampung anggota KST karena takut akan kecipratan hukuman dan terkena kasus. Meski anggota KST menakutkan tetapi mereka spontan menelepon aparat agar ada penangkapan sesegera mungkin dan tidak khawatir akan digertak oleh kelompok separatis tersebut.
Lagipula, warga Papua juga anti KST karena jadi penghianat bangsa dan memalukan orang di Bumi Cendrawasih, karena image-nya jadi buruk. Papua seharusnya menjadi tempat yang damai. Bukan tempat kerusuhan seperti yang dicitrakan oleh KST.
Masyarakat amat anti KST karena kelompok separatis itu selalu merugikan. KST tidak pernah didukung oleh warga sipil dan orang asli Papua. Sebaliknya, rakyat anti KST karena mereka melakukan berbagai tindak kriminal. Mulai dari penyerangan dengan senjata api, pembunuhan warga sipil dan aparat, juga perusakan fasilitas umum.
)* Penulis adalah kontributor Mahasiswa Papua tinggal di Jakarta