Melawan Corona Dengan #TidakMudik Untuk Keluarga Tersayang
Oleh: Siska Aprilia (Blogger/Mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Diponegoro)
Dengan adanya Virus Corona yang terus mewabah hingga memakan banyak korban, tentu merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat secara global. Perlu disadari pemikiran yang optimis untuk menumbuhkan kesadaran tiap-tiap lapisan masyarakat di dalam melawan Covid-19 harus dibangun. Khususnya untuk segera memutus mata rantai penularan di negara yang kita cintai ini dengan tidak mudik ke kampung halaman untuk sementara waktu.
Jika kita mencintai mereka, para keluarga atau kerabat yang ada di rumah, tentu kita harus memiliki kesadaran untuk menjadi pahlawan bagi mereka dengan tidak mudik di tengah wabah pandemi Virus Corona ini. Semata-mata bukan karena kita tidak peduli kepada mereka yang ada di rumah, akan tetapi ini satu bentuk kasih sayang kita kepada mereka.
Berjuang melawan Virus Corona dengan melindungi orang-orang yang kita sayangi di rumah berawal dari sebuah pemikiran bagaimana menumbuhkan rasa solidaritas, kesadaran dan partisipasi aktif di dalam melawan Covid-19.
Optimisme Melawan Covid-19 dengan Belajar dari Kesalahan
Kita harus belajar dari sebuah kesalahan dan kecerobohan yang berakibat fatal. Bagaimana kita lihat di negara Italia yang kita kenal sebagai negara yang maju saat ini seperti hidup di negara perang. Berkecamuk dengan virus yang terus menyebar dan memakan ribuan korban. Di tengah situasi yang memburuk mereka sudah di instruksi-kan untuk segera menghentikan kegiatan massal seperti berkumpul dalam jamuan pesta. Begitu juga instruksi untuk tidak mudik dalam situasi penyebaran wabah yang masih sedikit di Italia pada saat itu.
Kesadaran untuk Tidak Mudik
Memang setiap orang ketika lama tidak bertemu dengan keluarga dan kerabat, karena merantau seperti bekerja, menuntut ilmu dan kesibukan lainnya yang mengharuskan untuk tinggal di daerah orang, tentu telah menjadi keharusan untuk mudik (pulang kampung). Hal itu juga bisa mengobati rasa rindu selama berpisah karena jarak. Hasrat untuk berkumpul bersama dengan seluruh keluarga yang disayangi merupakan sesuatu yang normal bagi para perantau.
Tetapi coba kita pikirkan matang-matang. Bermujahadah dengan bersungguh-sungguh dan bertafakkur diri melihat situasi dan kondisi yang saat ini begitu memburuk di tengah mata rantai penularan Virus Corona yang semakin meluas. Jelas ini satu pertimbangan yang harus kita tumbuhkan.
Jika kita mudik dan ternyata kita positif Corona atau bahkan disaat kita melakukan perjalanan dan terinfeksi oleh virus tersebut. Lalu kita bertemu dengan keluarga dan melakukan kebiasaan para perantau bisanya seperti; salam-salaman dan aktivitas lainnya yang secara kontak fisik itu kita lakukan bersama keluarga. Maka virus yang kita bawa akan menyebar ke seluruh keluarga. Niscaya semua dalam keluarga yang kita sayangi tersebut akan tertular virus tersebut.
Secara medis, virus corona atau Covid-19 ini sangat rentan mengakibatkan kematian bagi mereka yang lansia. Tentu mata rantai penularan Covid-19 ini akan terus bersambung dari kontak fisik yang pertama dan ke kontak fisik selanjutnya. Namun, untuk mencegahnya kita bisa melakukan beberapa kebiasaan baik, seperti sering cuci tangan, menjaga jarak (kontak fisik) dan tetap di rumah.
Maka dari itulah kita harus melawan Covid-19 ini sejak dalam pikiran. Berpikir optimis dalam melawan virus tersebut dengan melindungi orang-orang yang kita sayangi di rumah agar tidak tertular. Dengan kesadaran penuh untuk tidak mudik di tengah wabah yang masih berkecamuk ini. Mari kita menjadi pahlawan untuk melindungi diri dan menyelamatkan keluarga, tetangga, dan seluruh kerabat kita yang ada di rumah. Agar terhindar dari terhadap covid-19 maka saatnya tumbuhkan perlawanan sejak dalam pikiran dengan #tidakmudik.