Melawan Radikalisme Dengan Merawat dan Menerapkan Nilai-Nilai Kearifan Lokal
Oleh: Arifudin Siswanto (Ketua Gerakan Literasi Terbit Regional Cilacap)
Masalah radikalisme dan intoleransi menjadi sesuatu yang tidak hanya meresahkan, tetapi juga membahayakan baik bagi agama maupun negara. Terlepas dari itu semua, radikalisme juga dapat mempengaruhi psikis seseorang yang mengarah kepada sentimen negatif terhadap golongan lian yang tak sepaham dengannya.
Seiring dengan maraknya intoleransi mulai dari sindiran di media sosial, sikap diskriminatif, penghancuran rumah ibadah hingga bom bunuh diri menjadikan ide-ide tentang toleransi perlu digaungkan kembali. Toleransi menjadi unsur sangat penting dalam persatuan dan kesatuan Indonesia.
Menjunjung Bhinneka Tunggal Ika sebagai perwujudan toleransi perlu ditanamkan sejak dini bagi setiap warga negara Indonesia. Toleransi menjadi kunci penting dalam menangkal seluruh paham-paham yang ingin menggeser Pancasila termasuk paham radikal yang terus gencar disuarakan baik secara langsung maupun lewat media sosial.
Dalam mereduksi dampak radikalisme, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irjen Boy Rafli Amar mengungkapkan caranya dengan memperkuat nilai-nilai luhur bangsa dengan nilai-nilai kearifan lokal. Kearifan lokal akan menjadi media introspeksi diri yang selalu menjadi alaram untuk mengingatkan betapa pentingnya persatuan dan kesatuan. Nilai luhur bangsa tidak terlepas dari sejarah perjuangan para pejuang yang bersatu padu dalam perbedaan untuk memerdekakan Nusantara.
Radikalisme, pada dasarnya, berusaha untuk menciptakan sebuah tatanan masyarakat yang baru, dengan cara-cara yang berbahaya. Sangat kontradiktif dengan tawaran yang diberikan. Tatanan baru radikalisme menawarkan ketenteraman dan kedamaian bagi seluruh masyarakat. Semua permasalahan negara dapat teratasi melalui hukum-hukum yang mereka percaya. Namun demikian, dengan pemikiran yang jernih, bagaimana mungkin suatu kelompok menawarkan ketenteraman tapi melalui jalan kekerasan. Sangat tidak masuk akal.
Cara-cara yang berbahaya itu bisa terbagi menjadi beberapa elemen, mulai dari mengkafirkan Agama orang lain, Budaya orang lain dan meyakini bahwa satu-satunya yang benar adalah apa yang dipeluk dan dianggapnya benar.
Ini adalah prinsip yang berbahaya karena bisa menciderai kehidupan masyarakat dari kelompok yang paling kecil yakni keluarga, hingga yang paling besar yakni Negara.
Disisi lain, radikalisme melegitimasikan korban-korban yang jatuh akibat pemaksaan kehendak tersebut. Kasus Bom Bali, Bom Thamrin, dan Bom Surabaya adalah contohnya.
Yang berarti, siapa saja bisa menjadi korban. Korban dari usaha legitimasi tadi, sejatinya merupakan ancaman kebebasan dan kedamaian yang sedang diusahakan untuk digapai oleh masyarakat Indonesia.
Lantas, secara teknis apakah kearifan lokal ini bisa mencegah terorisme dan radikalisasi ditengah-tengah masyarakat? Jawabannya iya dan benar.
Mengapa? Karena secara teknis, kearifan lokal adalah Visi hidup dan Kode Etik masyarakat, yang secara tidak langsung mempunyai kekuatan yang merekatkan satu orang dengan orang lain, dan menjadi kontrol moril untuk terus memelihara hubungan antara satu orang dengan orang lain.
Sangat penting untuk terus menjaga dan memelihara kearifan lokal. Fungsinya tidak saja sebatas pada artinya, tetapi lebih besar dari itu. Implementasi dari kearifan lokal-lah yang paling penting melindungi persatuan Indonesia. Bahkan bisa menjadi “zirah” bagi Indonesia untuk terus mempertahankan ketenteraman dan kesatuan Nasional.
Tidak ada kata terlambat, mulai saat ini kita berbenah diri dari diri pribadi terlebih dahulu dan terus berusaha untuk mengajak orang sekitar ikut ke dalam duta pemersatu bangsa yang tidak mudah terprovokasi paham paham radikal maupun umpan-umpan yang ditebar oleh kelompok ekstrimis. Cerdas dan bijak dalam bermedia sosial juga tak kalah penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Maka dari itu, mulai sekarang jauhi dan hindari provokasi dan propaganda radikalisme dengan meningkatkan patriotisme dan nasionalisme demi Indonesia yang damai dan maju.