Mendukung Pembatasan Pergerakan Warga Pasca Lebaran Cegah Covid-19
Oleh: Alfisyah Dianasari )*
Penyekatan mudik lebaran akan diperpanjang sampai 31 mei 2021. Masyarakat diminta untuk menurut dan tidak melawan petugas yang berjaga di perbatasan, karena tujuannya baik. Hal ini lebih bagi guna menghindari penularan corona karena ada mobilitas massal, lebih baik mencegah pergerakan warga dengan tegas.
Pasca lebaran, banyak masyarakat yang masih ngotot ingin mudik. Apalagi ketika larangan untuk pulang kampung hanya berlaku sampai 17 mei 2021, merekapun ingin cuti dan mudik lebaran yang tertunda. Akan tetapi, mereka harus bersabar lagi karena larangan mudik diperpanjang. Tak hanya sampai 24 mei, tetapi juga sampai 31 mei 2021.
Irjen Fadil Imran, Kapolda Metro Jaya, meminta Bhabinkamtimbas di seluruh jajaran Polres hingga Polsek aktif mendata warga yang kembali maupun pendatang baru untuk mencegah penyebaran corona. Penyekatan memang diperpanjang sampai 31 mei dan belum ada perintah lanjutan untuk menghentikan penyekatan.
Sehingga aparat akan terus berjaga, tak hanya di jalan tol dan jalan antar kota/provinsi, tetapi juga sampai ke jalan tikus. Semua dilakukan bukan berarti aparat menakuti warga, karena polisi sejatinya adalah sahabat rakyat. Justru penjagaan ketat ini demi kesehatan mereka, agar tidak kena corona atau menularkan virus covid-19 ke kampungnya masing-masing.
Ada beberapa pihak yang kecewa karena batal mudik, tetapi diharap sabar. Karena ingat saat ini masih pandemi. Pergerakan massal seperti pulang kampung dilarang karena bisa meningkatkan jumlah pasien corona. Buktinya ketika jelang lebaran yang lalu, pemudik yang nekat dan tertangkap harus dites rapid dan hasilnya 4.000 orang positif corona.
Bayangkan jika larangan mudik tidak diperpanjang, maka bisa jadi akan ada ribuan pasien corona lagi yang harus mondok di Rumah Sakit. Jika terus begini, kapan pandemi akan selesai? Sabarlah dan jangan menyalahkan keputusan pemerintah, karena mereka memutuskan peraturan ini demi keselamatan rakyatnya.
Irjen Fadil Imran menambahkan, jajaran anggota Polri tetap mewaspadai penyebaran corona di masa arus balik. Polisi diminta turun ke lapangan untuk mengawasi penerapan 3T di lingkungan masyarakat (tracing, treatment, and testing). Ketika masyarakat masih nekat mudik sebelum tanggal 31 mei, maka kan diadakan lagi tes rapid acak, agar mereka diketahui reaktif covid atau tidak.
Selain itu, juga harus dilakukan tracing untuk menelusuri siapa saja yang kontak dengan mereka yang positif covid dan juga pengobatan agar virus tak lagi menular. Treatment adalah proses yang paling memusingkan ketika masyarakat tak punya kartu BPJS, karena pembayarannya hingga ratusan juta. Proses 3T ini tentu butuh waktu yang lama dan biaya sangat tinggi.
Bayangkan betapa panjang perjuangan aparat dan tim satgas covid, serta tenaga medis, jika ada 1 saja yang kena corona. Saat ada peningkatan pasien massal gara-gara banyak yang nekat mudik pasca lebaran, maka betapa pusingnya mereka. Tegakah kita nekat mudik sementara tim medis berjuang di Rumah Sakit? Seharusnya kita menahan diri dan berempati pada mereka.
Jika keadaan sudah aman, maka bisa jadi tahun depan masyarakat boleh untuk mudik lebaran. Oleh karena itu, jangan mengeluh atau marah-marah saat ada aparat yang dengan tegas berjaga di perbatasan. Jika mereka menyemprit dan menyuruh untuk putar balik, turuti saja. Demi keselamatan kita bersama.
Pencegahan corona lebih utama dan mudik yang tertunda bisa kapan-kapan saja, nanti setelah pandemi selesai. Justru ketika masyarakat masih nekat untuk pulang kampung pasca lebaran, jumlah pasien corona akan makin naik dan situasi pandemi makin berkepanjangan. Kita tak mau mederita terus seperti ini, bukan?
)* Penulis adalah warganet tingal di Bogor