Sendi Bangsa

Mendukung Pemberantasan Terorisme di Indonesia

Oleh : Reza Pahlevi )*

Terorisme adalah permasalahan yang masih bercokol di Indonesia. Kelompok teroris sangat licik karena bekerja secara gerilya. Pemberantasan teroris menjadi agenda yang sangat penting, karena tujuannya untuk menjaga kedamaian di Indonesia.

Terorisme adalah tindakan yang penuh dengan kekerasan, untuk mencapai maksud yang diinginkan. Contoh dari terorisme adalah pengeboman di kawasan Sarinah, Jakarta, dan pengeboman di Bali. Kelompok teroris sangat nekat karena mereka mengorbankan dirinya sendiri sebagai ‘pengantin bom’ dan peledak itu dilekatkan di dalam pakaian, saat melakukan terorisme.

Jika ada teroris di Indonesia, maka perdamaian akan jadi kacau-balau. Mereka melakukan pengancaman di sejumlah rumah ibadah dan membuat masyarakat waswas karena tak bebas untuk memasukinya. Ketika Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi bhinneka tunggal ika, maka teroris malah tak menyetujuinya, karena mereka ngotot untuk mendirikan negara khilafah.

Salah satu wilayah di Indonesia yang diganggu oleh kelompok teroris adalah Poso. Ada 2 DPO yang menjadi anggota teroris, yang ditindak tegas terukur oleh aparat. Mereka adalah anggota MIT Poso yang sudah lama meresahkan masyarakat. Kapolda Sulteng, Irjen Abdul Rakhman Baso, mengatakan kedua anggota MIT Poso itu ditangkap di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

Irjen Abdul menambahkan, tindakan tegas terukur dilakukan karena ada perlawanan dari 2 anggota teroris tersebut. Dalam artian, amat wajar saat ada peluru yang dilontarkan, karena aparat yang terancam nyawanya.

Selain itu, polisi di Poso menemukan banyak barang bukti yang diamankan. Yakni  senjata api jenis revolver, bom lontong, amunisi, GPS, kompas, senter kepala dan sejumlah peralatan lain. Barang bukti ini disiapkan oleh kelompok teroris, demi memuluskan aksi mereka saat akan membuat kekacauan.

Satgas di Poso memang makin gencar melakukan penangkapan terhadap anggota teroris. Mereka sigap dan menyisir sampai ke wilayah yang terpencil. Tujuannya agar mengamankan masyarakat dan mencegah pengeboman. Juga memastikan bahwa perdamaian di Indonesia, khususnya Sulawesi, selalu terjadi.

Jangan sampai ada pengeboman di wilayah Sulawesi, yang dilakukan oleh kelompok teroris. Karena korbannya selalu dari masyarakat sipil yang tidak bersalah. Jika tidak ada korban jiwa atau luka-luka, maka kerugian juga dirasakan oleh pemilik bangunan. Karena tempatnya hancur-lebur setelah terkena serangan bom.

Bagaimana bisa kelompok teroris menyiapkan bom lontong? Polisi terus memburu siapa otak di balik pembuat bom tersebut, agar ia bisa langsung dijebloskan ke dalam bui dan tidak membuat kekacauan lagi. Teroris seringkali sudah dicuci otaknya, oleh karena itu mereka tega merencanakan pengeboman ke saudara setanah airnya sendiri.

Mengapa sampai ditemukan senjata api milik teroris, padahal kenyataannya masyarakat sipil dilarang keras memiliki senjata api,  sekecil apapun? Diduga, senpi itu didapatkan dari pasar ilegal, entah online maupun oflline. Jika bukan buatan Indonesia, bisa saja senjata api itu impor. Siapa yang memasoknya? Bisa jadi itu dari sumbangan anggota teroris luar negeri.

Penangkapan teroris menjadi misi penting bagi polisi. Tak hanya di Poso, namun juga daerah lainnya. Pemberantasan teroris dilakukan secara spartan, agar jumlah mereka menyusut dan hilang sama sekali dari Indonesia. Terorisme adalah tindakan yang sangat keji dan tak bisa diampuni, karena mereka tega untuk menghilangkan nyawa milik korban yang tak bersalah.

Pemberantasan teroris amat didukung oleh masyarakat. Karena mereka sangat jengah dengan aksi para teroris yang seenaknya sendiri dan mengancam dengan senjata api, serta bom molotov dan bom lontong. Jangan sampai kelompok teroris melebarkan sayapnya dan malah meracuni pikiran anak-anak dan ABG, untuk mengikuti mereka.

)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini

Show More

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih