Mengapresiasi Sikap Negarawan Jokowi-Prabowo
Oleh : Ahmad Pahlevi )*
Sikap negarawan kembali dicontohkan oleh Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto. Pasca kemenangannya dalam Pemilu 2019, Presiden Jokowi merangkul Prabowo yang merupakan rival politiknya untuk menjadi Menteri Pertahanan. Prabowo pun menyambut gembira dan menyanggupi permintaan tersebut. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan politik tidak menjadi halangan untuk memajukan bangsa dan negara.
Berbeda dengan sebelumnya, dua rival yang beradu sengit dalam Pilpres lalu kini telah bergandengan tangan. Banyak pihak menilai hal ini merupakan sinyal persatuan bagi keduanya. Padahal, perseteruan keduanya telah banyak menuai komentar. Mulai dari relawan hingga masuk ke ranah media sosial. Dua petinggi ini kian hari kian intens diberitakan. Seiring berkembangnya kabar yang berkenaan dengan isu yang mengikutinya.
Namun, sikap legowo Prabowo untuk memutuskan bergabung dalam kabinet Jokowi ini disambut baik oleh banyak pihak. Bagi Prabowo, keputusan ini adalah wujud dukungannya akan pemerintahan yang sah dalam lima tahun mendatang. Komitmen mantan Perwira tinggi TNI ini juga patut diacungi jempol. Mengingat dirinya telah berhasil “move on” tanpa melongok ke masa lalu. Baginya yang terpenting adalah membangun negeri tercinta, Indonesia.
Keputusan yang diambil pimpinan Gerindra ini juga disambut positif oleh rekan politisinya saat maju pada pencalonan Presiden April lalu, yakni Sandiaga Uno. Pihaknya turut serta mengajak masyarakat guna mendoakan agar Prabowo mampu mengemban amanah dengan baik. Sikap yang ditunjukkan oleh Prabowo ini dianggap sebagai sinyal persatuan, bahwa semua telah rampung, kontestasi telah final. Tak lupa Sandi juga mengucapkan selamat tersebab pimpinan Gerindra tersebut menyulutkan nuansa persatuan.
Eks Cawagub DKI Jakarta itu turut mengingatkan pesan Prabowo perihal sebelum memutuskan bergabung dengan pemerintah. Pesan-pesan tersebut ialah, setelah kontestasi paripurna ada tiga hal yang menjadi landasan, yakni kecintaan akan NKRI, menghilangkan perselisihan beserta perpecahan dan melihat kedepan guna menatap masa depan. Sandi menerangkan jika pesan Prabowo ini patut dicontoh.
Sebelumnya Juru Bicara Prabowo Subianto yakni Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, jika pimpinan Gerindra ini berencana mengumpulkan kader Gerindra dari seluruh pelosok Indonesia. Hal ini bertujuan guna meminta masukan perihal sikap partai itu ke depannya. Meski telah diserahkan penuh kepada Prabowo, namun dirinya ingin mendengar masukkan dari pada kader sebagai wujud dukungannya kepada pemerintahan yang sah. Pada awalnya para pendukung Prabowo ini begitu kecewa. Yang mana dianggap telah berbalik hingga 360 derajat.
Namun, pada akhirnya mereka mengutarakan bisa mengerti dan memahami segala langkah yang diambil oleh mantan perwira tinggi TNI itu. Hal tersebut tercermin saat partai ini mempersilakan presiden beserta wakilnya untuk menyikapi kesiapan Prabowo guna membantu pemerintahannya dalam 5 tahun kedepan.
Sejalan dengan pernyataan Ahmad Riza Patria , selaku Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra ini bahwa partainya tidak dalam posisi meminta, atau menawarkan, maupun ikut campur, maupun akan mengganggu Jokowi terkait jabatan di pemerintahannya mendatang. Namun, Gerindra berkomitnen untuk siap membantu, sebagaimana yang dicontohkan oleh pemimpinnya, Prabowo. Menurut sejumlah laporan, pernyataan Prabowo akan kesiapannya mendukung pemerintah ini disampaikan di hadapan sekitar empat ribua-an kader Partai Gerindra beberapa waktu lalu. Dirinya menambahkan, apabila pihak pemerintahan atau negara membutuhkan, maka mereka akan siap berperan. Tak hanya itu, Gerindra juga tidak akan mencampuri urusan terkait keputusan Jokowi terhadap partai mana saja yang akan dipilihnya untuk bergabung.
Pro kontra dalam suatu pilihan itu biasa terjadi, terlebih dengan perihal politik. Tinggal bagaimana kita menyikapinya saja. Ada yang harus dengan gembar-gembor menyuarakan aspirasinya, emosi atau sejenisnya. Namun, ada pula yang mampu bersikap kalem dan anteng-anteng saja. Meski demikian, betul kata Pentolan Gerindra yang menyebutkan bahwa jangan terlalu fanatik terhadap pendidikan politik. Boleh saja mengelu-elukan calon dan kita, namun janganlah terlalu berlebihan. Mengingat kompetisi telah usai dan sekarang saatnya bersama membangun negeri.
Jika mantan Perwira tinggi TNI ini mampu legowo dan bersikap “ksatria” menerima kekalahan juga mendukung pemerintahan yang sah, kenapa kita tidak? Bukankah bangsa yang besar dan kuat lahir dari persatuan seluruh elemen masyarakat? Lalu, apalagi yang kita tunggu? Ini bukan soal Jokowi-Ma’ruf, bukan pula soal Prabowo, namun lebih pada membangun negeri kita tercinta. Dengan mendukung pemerintahan yang sah lima tahun kedepan, tentunya kita memberi akses untuk mereka menunjukkan kinerjanya. Toh, tak akan ada ruginya, bukan, mendukung pemerintahan yang sah ini sebagai wujud upaya menjaga keutuhan dan persatuan NKRI.
)* Penulis adalah pengamat sosial politik