Menjaga toleransi keagamaan Menjelang Natal dan Tahun Baru
Oleh : Ahmad Pahlevi
Menjelang Tahun Baru dan Perayaan Natal, warga diimbau untuk saling menjaga toleransi antar umat beragama. Hal ini dilaksanakan dalam rangka menjaga harmoni masyarakat dan menciptakan situasi kondusif menjelang akhir tahun.
Sudah selayaknya memberikan toleransi antar umat beragama. Terlebih saat perayaan hari keagamaan yang berbeda dengan yang kita anut. Bukan hanya bagus buat kerukunan, namun dapat menekan adanya permusuhan serta kemungkinan adu domba karena perbedaan keyakinan. Mengingat masalah agama dinilai cukup rawan. Dari masalah sepele saja bisa membesar seolah tak ada jalan keluar.
Menjelang perayaan Natal biasanya umat kristiani akan menggelar sejumlah kegiatan keagamaan. Misalnya saja dengan menghadiri gereja-gereja melakukan misa hingga acara lainnya. Sehingga jika tak menumbuhkan toleransi yang kuat kemungkinan terjadi perselisihan karena beda anutan akan terjadi. Belum lagi potensi lain yang mampu memicu masalah menjadi lebih besar.
Jika untuk tahun baru sendiri bersifat lebih netral. Sebab, semua agama dapat menikmati acara pergantian tahun ini. Tak ada sesuatu yang sifatnya mengikat jika agama tertentu tak boleh mengikuti kegiatan Tahun Baru, selama konsepnya benar. Apalagi Perayaan Tahun Baru ini hanyalah berupa euforia kegembiraan menyambut tahun anyar dengan berbagai macam harapan dan impian.
Sebelumnya,Presiden Jokowi mengatakan, bahwa Indonesia menjamin warga negara untuk memeluk suatu agama. Itu sebabnya, pemerintah melarang organisasi masyarakat yang akan melakukan sweeping terhadap kegiatan keagamaan.
Mantan walikota Solo tersebut meminta semua pihak untuk menjaga toleransi dan kerukunan jelang perayaan Natal dan tahun baru. Hal ini ia sampaikan dalam acara rapat terbatas Persiapan Natal 2019 dan Tahun Baru 2020.
Ia mengharapkan agar Kita semua harus terus memperkuat nilai-nilai toleransi, kerukunan, serta nilai-nilai persaudaraan di antara sesama anak bangsa. Sehingga dalam menjelang Natal dan tahun baru akan memberikan kenyamanan, rasa aman kepada seluruh masyarakat.
Sejalan dengan pernyataan Presiden, Menteri Agama Fachrul Razi juga mengimbau kepada Ormas agar tidak melakukan kegiatan sweeping sepihak menjelang perayaan Natal dan tahun baru. Dia meyakini jika masyarakat di Indonesia saat ini mampu menghargai satu sama lain.
Kendati sering kali ditemukan narasi-narasi negatif jelang hari Raya Natal, hal tersebut hanyalah isu yang berkembang di masyarakat. Dia pun berharap apabila perayaan Natal dan Tahun Baru 2020 di Indonesia akan dapat berjalan dengan lancar tanpa aksi razia yang dilakukan oleh sejumlah organisasi masyarakat.
Pengkondisian ini juga diterapkan oleh aparat keamanan. Yang mana pihak TNI dan Polri akan mengapresiasi peran kelompok masyarakat yang turut serta menjaga keamanan menjelang perayaan Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 serta mampu menunjukkan kerukunan antarumat beragama. Masyarakat pun dilarang untuk melakukan razia atau swepping selama perayaan Natal dan Tahun Baru karena tindakan tersebut adalah wewenang aparat penegak hukum.
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengatakan, perlu ada kolaborasi antara TNI, Polri, beserta seluruh komponen masyarakat guna menjaga kondusivitas keamanan menjelang kedua kegiatan besar tersebut. Namun, komponen masyarakat ini harus bisa berkoordinasi dengan TNI maupun Polri agar tidak melanggar prosedur standar operasi (SOP).
Hadi menyebutkan, bahwa kerja sama dapat dilakukan melalui pemberdayaan komponen masyarakat. Masyarakat bukan bertindak sebagai aparat penegak hukum, namun sebagai bentuk gotong royong yang merupakan budaya luhur bangsa.
Hadi menambahkan, saat ini telah ada sejumlah komponen masyarakat seperti remaja masjid ataupun Banser yang turut menjaga keamanan saat ibadah di gereja sedang berlangsung. Hal ini tentunya menunjukkan rasa toleransi antarumat beragama yang harus terus dan wajib untuk dipertahankan. Namun, tetap saja partisipasi ini harus tetap didampingi oleh pihak TNI dan Polri agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Terkait fokus pengamanan, Hadi menerangkan, wilayah gereja di seluruh Indonesia akan menjadi titik pengamanan yang diperketat selama perayaan Natal tahun 2019. Antisipasi aksi teroris pun menjadi salah satu ancaman yang perlu menjadi perhatian serius dalam pengamanan Natal dan juga Tahun Baru.
Menciptakan toleransi antarumat beragama memang sangat fundamental. Mengingat hal ini akan mampu memperkuat kestabilan nasional yang berguna bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Tentunya kita tak mau bukan jika kestabilan nasional ini rusak hanya karena masalah yang sepele? Mari membuka diri dan menumbuhkan rasa toleransi guna memperkuat keberagaman di Nusantara.
Penulis adalah pengamat sosial politik