Menolak Provokasi Rasis
Oleh : Abner Wanggai )*
Kematian George Floyd rupanya menimbulkan kecaman dari masyarakat Amerika terutama dari kaum kulit hitam. Selain itu, Seorang Pendeta asal Indonesia yang terlibat dalam aksi protes kematian George Floyd di Amerika Selatan menuai kecaman dari warganet. Dalam aksi protes tersebut, ia berpidato yang menyinggung terkait dengan diskriminasi di Indonesia. Masyarakat Indonesia pun menolak tegas pidato tersebut karena apa yang terjadi di Indonesia tidak seperti apa yang dibicarakan pemuka agama tersebut.
Diketahui pendeta asal Indonesia tersebut bernama Oscar Surjadi yang bermukim di Portland, Oregon. Dalam pidatonya di tengah aksi di Pioneer Square, Surjadi mendapatkan atensi positif dari warga Amerika karena orasi dan doanya terkait dengan keadilan bagi seluruh umat manusia.
Namun, rupanya video yang beredar di youtube dan twitter tersebut rupanya mendapatkan kecaman utamanya dari warganet asal Indonesia. Pasalnya, pada awal pidato, dia mengatakan “tahu apa itu prasangka dan diskriminasi” karena berasal dari Indonesia.
Surjadi mengatakan, saya kira saya bisa lari jauh dari Indonesia dan datang ke sini untuk menghirup kebebasan. Tapi saya melihat beberapa hari lalu, hati saya meleleh. Tuturnya.
Diketahui Surjadi telah menjadi pemimpin City Blessing Church di Portland, Oregon, sejak 1998. Belum diketahui apakah Surjadi masih berstatus sebagai WNI atau sudah pindah kewarganegaraan.
Mengetahui hal tersebut, netizen twitter asal Indonesia menyebutnya sebagai “pengkhianat” karena menganggap bahwa Indonesia telah difitnah oleh Pendeta tersebut.
Salah seorang pengguna twitter mencuitkan, bahwa apa yang diucapkan harus dipertanggungjawabkan, hal ini menyangkut harkat dan martabat bangsa Indonesia.
Selain itu ada juga yang mencuitkan, Oscar Surjadi mengklaim adanya diskriminasi yang dilakukan orang-orang pribumi terhadap WNI keturunan China di Indonesia dengan ungkapan “I can Breath”
Kecaman juga dicuitkan oleh Imam Masjid di New York asal Indonesia Shamsi Ali, dia mengatakan bahwa apa yang terjadi di Amerika terkait kematian George Floyd, tidak bisa disamakan dengan apa yang ada di Tanah Air.
Menurut Shamsi, diskriminasi di Amerika Serikat berlangsung secara sistemik terhadap masyarakat kulit hitam.
Shamsi menuturkan, justru surga bagi minoritas itu sesungguhnya ada di Indonesia. Selain secara konstitusi dan falsafah negara mereka terjamin, kaum minoritas juga mamiliki posisi yang sangat terhormat di Indonesia.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya hari libur nasional bagi perayaan hari besar keagamaan. Bahkan yang lebih penting kita dapatkan bahwa teman-teman minoritas di Indonesis memiliki posisi terhormat di kehidupan publik, baik pada posisi politik maupun perekonomian.
Hal ini dibuktikan dengan adanya warga Papua yang pernah mendapatkan posisi penting di pemerintahan, seperti Freddy Numberi yang pernah menjabat sebagai menteri perikanan.
Di Indonesia pula, kaum minoritas mendapatkan pengamanan dari kepolisian saat merayakan hari besar keagamaan. Oleh karena itu apa yang dikatakan Oscar Surjadi dalam Orasinya tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Shamsi menuturkan, hentikan memburuk-burukkan negeri sendiri. Indonesia memang bukan negara yang sempurna. Tapi jangan kasus-kasus yang ada, justru digunakan untuk menjelekkan negeri sendiri. Ia mengatakan bahwa dengan segala kekurangan yang ada, Indonesia merupakan negara yang paling toleran terhadap kaum minoritas
Pria 52 tahun ini mencontohkan kesetaraan yang ada di Indonesia untuk seluruh umat beragama : hari libur keagamaan semua agama. Di New York, Shamsi harus berjuang selama 7 tahun untuk memperoleh hak libur umat Islam saat Idul Fitri dan Idul Adha, itupun hanya ada di Kota New York.
Shamsi juga mengajak kepada diaspora dan WNI di luar negeri untuk tidak menjelekkan Indonesia di negeri orang.
Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan perwakilan mereka di Amerika Serikat akan mencari tahu peristiwa yang memicu kecaman tersebut. Juru bicara kemenlu RI Teuku Faizasyah berharap agar yang bersangkutan bisa segera memberikan klarifikasi atas perkataannya.
Terkait aksi-aksi demonstrasi di AS, WNI pada umumnya mematuhi imbauan perwakilan Indonesia di AS untuk tidak ikut turun ke jalan.
Faizasyah mengatakan, kantor perwakilan RI akan mencari tahu lebih jauh ihwal asal usul Suryadi. Surjadi juga belum diketahui apakah masih memegang kewarganegaraan Indonesia atau sudah menjadi Warga Negara Amerika Serikat.
Kasus ini menunjukkan bahwa sudah semestinya kita tidak menjaga martabat bangsa di kancah dunia, dan menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi toleransi terhadap berbagai suku, bangsa dan agama.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta