Menoleh Eksistensi ISIS di Marawi
Oleh: Ahmad Sarkawi )*
Kota Marawi merupakan ibu kota provinsi Lanao Del Sur di Pulau Mindanao, Filipina. Masyarakat Marawi biasa disebut Maranao dan berbicara dalam bahasa Maranao. Mereka dinamai begitu berdasarkan Danau Lanao, yang mana disebut Ranao dalam bahasa itu, di mana Marawi City terletak di tepi danau itu. Kota ini juga disebut Ibu Kota Musim Panas Selatan karena elevasi yang lebih tinggi dan iklim dingin.
Dewasa ini, Kota Marawi menjadi salah satu topik yang terkenal bebas dikalangan publik tatkala isu keberadaan kelompok Islamic Stater Iraq and Syria (ISIS) yang menguasai kota tersebut.
Kondisi Kota Marawi Terkini
Krisis Marawi semakin mendalam setelah serangan udara militer Filipina menewaskan 11 tentaranya. Serangan udara yang salah sasaran ini telah diakui otoritas militer Filipina. Seperti yang dilaporkan oleh Reuters, Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana, mengatakan bahwa serangan tersebut ditujukan untuk mengebom sejumlah basis kelompok pro-ISIS, Maute, di Marawi. Namun bom yang dilemparkan dari udara justru mengenai sejumlah pasukan Filipina, yang menyebabkan 11 orang anggota Tentara Filipina tewas. Lorenzana mengatakan hal tersebut dalam jumpa pers di Manila, Kamis 1 Juni 2017.
“Kadang-kadang dalam kekacauan perang seperti ini, banyak hal bisa terjadi. Kecelakaan juga bisa terjadi, seperti ini,” ujar Lorenzana.
Serangan udara yang kemudian mencelakai tentara Filipina pada Rabu malam, lanjut Lorenzana, ditujukan untuk menewaskan para milisi garis keras. Akan tetapi, lanjut Lorenzana, ada kesalahan yang menyebabkan bom meledak di dekat pasukan Filipina. “Kesalahan bisa saja dibuat orang di darat atau si pilot itu sendiri, salah sasasan,” ujar Lorenzana. Ia menambahkan bahwa insiden itu sedangan diinvestigasi.
Memasuki hari ke-10 pertempuran melawan ISIS di Marawi, kekuatan kelompok Maute-ISIS dinilai oleh sebagian pemerintah Filipina mulai melemah. Namun demikian, kelompok tersebut masih belum mau menyerah karena beberapa dari kelompok tersebut masih bertahan di sejumlah hutan di Marawi.
Kekhawatiran Pemerintah Filipina
Tewasnya 11 tentara Filipina beberapa waktu silam, menambah jumlah korban tewas sejak perang melawan ISIS-Maute dilangsungkan sejak 23 Mei 2017. Berdasarkan data yang dilansir oleh Reuters, jumlah korban tewas dari pihak militer Filipina bertambah menjadi 38 orang. Sementara dari kelompok sipil 19 orang dan kelompok teroris 120 orang.
Masih belum berakhirnya krisis di Marawi telah membuat banyak kalangan khawatir. Termasuk pemerintah Filipina khawatir krisis di Marawi akan dijadikan pintu masuk berdirinya ISIS Asia Tenggara. Apalagi sejumlah milisi Maute merupakan anggota ISIS dari Timur-Tengah. Di kawasan tersebut, kekuatan ISIS mulai melemah setelah pasukan Irak dan koalisi berhasil memukul mundur ISIS dari Mosul. Begitu juga dengan kekhalifahan ISIS di Suriah semakin melemah setelah pasukan Assad dan juga koalisi internasional membombardir basis ISIS di Raqqa.
Menteri Pertahanan Filipina Lorenzana mengatakan, milisi Maute terdiri dari berbagai kewarganegaraan. Mereka berasal dari Arab Saudi, Malaysia, Indonesia, Yaman, dan Chechnya. Keberadaan milisi asing inilah yang membuat Filipina menilai bahwa konfik di Marawi didalangi ISIS untuk mendapatkan dukungan mendirikan kekhalifahan di Asia Tenggara.
Rencana ISIS di Filipina
berdasarkan data intelijen Filipina, Maute merupakan bagian dari jaringan ISIS yang ingin mendirikan kekhalifahan di Asia Tenggara. Banyak anggota milisi Maute berasal dari luar Filipina. Jumlah mereka mencapai antara 400-500 orang, termasuk warga Malaysia, Indonesia, Pakistan, Arab Saudi, Chechnya, Yaman, India, Maroko, dan Turki.
Filipina Selatan selama ini sering menjadi medan perang antara pasukan pemerintah dan kelompok garis keras pro-ISIS, Abu Sayyaf. Namun, insiden perebutan wilayah baru kali ini dilakukan kelompok Maute yang disusupi teroris asing. Maute, sama dengan Abu Sayyaf, menyatakan dukungannya untuk setiap pada ISIS. Mereka juga mendistribusikan pesan-pesan ISIS yang disampaikan dari kantor berita Amaq.
Letak geografis Pulau Mindano dengan perbatasan Indonesia bagian Sulawesi Utara merupakan salah satu ancaman tersendiri bagi Indonesia secara langsung. Maraknya kelompok dan gerakan di Indonesia yang konon mendukung pergerakan ISIS di Marawi, menjadi daftar tugas tambahan bagi Pemerintah Indonesia.
Ditengah situasi dan tensi politik dalam negeri yang baru saja menurun, berpotensi dimanfaatkan oleh sebagian kelompok kepentingan guna membuat kegaduhan dan instabilitas politik dan keamanan di Indonesia.
Oleh karenanya, tak sulit membendung gerakan ektrimis dan radikal yang berpotensi berkembang di dalam negeri. Cukup dengan semangat persatuan dan kesatuan, serta peningkatan sikap awas disekeliling kita. Karena peranan masyarakat selaku agent of information dapat menjadi bahan telaah bagi petugas keamanan baik polisi maupun TNI dalam mengantisipasi potensi kejahatan terorisme di Republik ini. Jayalah Indonesia.
)* Penulis adalah Mahasiswa FISIP Universitas Indonesia