Sendi Bangsa

Merawat Kebinekaan, Menjaga Nilai-Nilai Luhur Bangsa

Membangun Semangat Nasionalisme Pemuda

Oleh : M. Mucharom Syifa )*

Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa

Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Sampai akhir menutup mata

Siapa yang tak pernah mendengar lirik lagu yang satu ini? Lagu yang memiliki makna mendalam tentang sejarah Indonesia. Bagi orang Indonesia, sejak sekolah dasar mereka diajari menyanyikan lagu Indonesia Pusaka.

Dalam lagu tersebut, terdapat penggambaran sejarah. Sejarah betapa sejak dulu Indonesia adalah rumah bagi bangsa yang memiliki keragaman suku, etnis, bahasa, budaya dan adat istiadat.

Negara Kesatuan yang terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil hingga pulau besar yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Inilah yang menjadikan bangsa Indonesia memiliki Semboyan Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beda tapi tetap satu jua, ya itulah artinya. Semangat persatuan dalam bingkai perbedaan sebagai upaya merawat keutuhan negara kesatuan republik Indonesia.

Terdapat makna tersurat maupun tersirat dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yaitu bahwa bangsa Indonesia mengakui, mencintai, dan menghargai adanya keanekaragaman jauh sebelum nama Indonesia itu sendiri ada.

Keanekaragaman sendiri bukanlah pemicu kehancuran, keretakan, dan ketegangan, melainkan adalah alat pemersatu bangsa. Persatuan dan kesatuan bangsa yang dapat terwujud apabila kita mengamalkan nilai-nilai yang terkandung  dalam semboyan bangsa ini.

Semangat tersebut sudah tertulis dalam lembar sejarah perjuangan rakyat Indonesia. lihatlah, ketika para pemuda bersatu dari berbagai daerah mengucapkan ikrar setia berupa sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Mereka berjanji bertanah air satu, berbangsa satu, berbahasa satu bangsa Indonesia.

Mereka bangga karena memiliki bangsa yang sangat tak ternilai harganya. Dimana terdapat warisan luhur yang menjadi anugerah bangsa ini. Dalam sejarah bangsa ini, jasa pemuda sangatlah besar bagi negara Indonesia. Mereka menjadi penggerak pejuang kemerdekaan.

Para pemuda dengan berani mendesak Soekarno untuk memproklamasikan kemerdekaan. Maka pada tanggal 17 Agustus 1945, terjadilah peristiwa yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia yaitu Proklamasi Kemerdekaan di jalan Pegangsaan timur. Sebuah cita-cita yang amat luhur bagi bangsa ini.

Tidak bisa dipungkiri lagi, pemuda selalu mampu memberikan kontribusi bagi perubahan bangsa yang lebih baik. Sebagaimana Soekarno pernah berucap “Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia.” Hal ini menunjukan bahwa peran pemuda dalam memajukan bangsa sangatlah besar.

Oleh karena itu menjaga dan memperjuangkan kebhinnekaan agar tetap menjadi warna dan nuansa keragaman. Karena merupakan kewajiban dan tanggung jawab kita semua sebagai pewaris Indonesia merdeka.

Membiarkan intoleransi, diskriminasi, persekusi, dan segala ancaman atas kebebasan beragama/ berkeyakinan sebagai salah satu ruh kebhinekaan secara nyata merupakan pengkhianatan atas amanat kebangsaan yang dimandatkan kepada kita sebagai penerus dan pengisi kemerdekaan Indonesia.

Membangun Semangat Nasionalisme Pemuda

Namun sekarang, semangat nasionalisme pemuda tampaknya memudar, tertidur dan ditidurkan. Sangat jarang kita temui (kelompok) pemuda yang sungguh-sungguh memikirkan dan memperjuangkan bangsa ini.

Tidak sedikit organisasi mahasiswa dan kepemudaan yang meskipun memakai simbol-simbol kebangsaan dan selalu mengatasnamakan demi rakyat, namun dalam kenyataannya lebih mementingkan kelompoknya daripada kepentingan bangsanya. Lebih parah lagi ketika organisasi tersebut terkontaminasi oleh kepentingan politik penguasa (seniornya).

Sangat tidak mungkin seseorang yang asyik dengan diri sendiri, bisa mencintai bangsanya. Pemuda yang apatis dan anasionalis tersebut tidak bisa disalahkan juga. Karena, hal ini tidak berdiri sendiri, tapi ada hubungan kausalitas. Banyak faktor yang menyebabkan memudarnya semangat nasionalisme generasi muda.

Pertama, kurangnya penanaman nilai-nilai kebangsaan. Upaya membangun semangat nasionalisme yang tidak didasarkan pada sikap kritis, kreatif, dan ilmiah, hanyalah menghambur-hamburkan waktu.

Kedua, pengaruh media di tengah-tengah arus globalisasi. Media hari ini (khususnya media elektronik: televisi) ikut berkontribusi dalam menidurkan semangat nasionalisme generasi muda.

Lihatlah, seringkali media  memuat tayangan-tayangan yang cengeng, mistis, lebay, dan kepentingan politik-ekonomi segelintir elite. Tayangan-tayangan ini membuat penonton lupa “daratan”.

Ketiga, minimnya keteladanan dari pemimpin. Perilaku pemimpin yang korup dan mengkhianati rakyat telah meracuni pemuda.

Keempat, minimnya ruang bagi pemuda untuk mengembangkan potensi dan kepemimpinannya. Membangun semangat nasionalisme itu membutuhkan proses. Semangat nasionalisme seseorang bisa muncul dan berkembang ketika dirinya diberi tanggung jawab.

Menghangatnya wacana tentang pemuda dan kebangsaan belakangan ini setidaknya mengandung makna bahwa ada upaya menumbuhkan semangat nasionalisme pemuda demi masa depan bangsa yang lebih baik.

Masa depan bangsa ini ada di tangan pemuda. Bangsa Indonesia akan tetap ada selama semangat nasionalisme itu tetap ada. Oleh karena, jika kita masih menginginkan keberadaan bangsa ini, maka nasionalisme pemuda harus dibangun(kan).

Cara paling strategis dalam membangun(kan) nasionalisme pemuda adalah lewat pendidikan. Pendidikan yang kritis, kreatif, dan mengabdi untuk kepentingan bangsa. Selain itu, nasionalisme harus dibangun dari dalam dan oleh pemuda itu sendiri untuk kepentingan bangsanya.

Di sinilah tugas organisasi mahasiswa dan kepemudaan dinantikan. Terakhir, keteladanan pemimpin, pemerintah dan tokoh masyarakat, akan menjadi inspirasi bagi pemuda.

Oleh sebab itu, marilah kita sebagai pemuda yang akan menjadi penerus bangsa. Bersama-sama terus bersinergi dalam membangun bangsa dan merawat warisan luhur. Agar generasi muda juga dapat menikmati kekayaan bangsa Indonesia.

 

)*Mahasiswa IAIN Pekalongan dan Aktif di LPM Al Mizan.

Tulisan sebelumnya juga dipublikasikan di Qureta.

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih