Mewaspadai Aksi Teror di Bulan Ramadhan dan Jelang Idul Fitri
Penulis : Ridho Nugroho*)
Serangan teroris selama bulan Ramadhan dan jelang Idul Fitri 1440 H berpotensi terjadi mengingat Indonesia pernah mengalami hal tersebut. Aparat keamanan dan masyarakat tidak boleh lengah terhadap aksi tersebut dan terus bersinergi dalam menekan penyebaran paham radikal dan teror.
Paham radikalisme yang memicu aksi teror dapat mempengaruhi seseorang akibat ketidaknyamanan dengan situasi Negara dan demokrasi yang ada di dalamnya. Mereka umumnya juga merasa bahwa sistem yang ada tidak berpihak kepada kehidupannya.
Radikalisme seringkali dikaitkan dengan terorisme, karena radikalisme merupakan embrio lahirnya terorisme. Kelompok radikal dapat melakukan cara apapun agar keinginannya tercapai, termasuk meneror pihak yang tidak sepaham dengan mereka.
Walaupun banyak yang mengaitkan radikalisme dengan agama tertentu, pada dasarnya radikalisme adalah masalah politik dan bukan ajaran Agama. Radikalisme mendambakan perubahan secara total dan bersifat revolusioner dengan menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis lewat kekeraan (violence) dan aksi-aksi yang ekstrem.
Bulan Ramadhan adalah waktu yang dinantikan kaum muslimin untuk meningkatkan ketaqwaannya melalui berpuasa dan beribadah dengan khusyuk. Namun di tengah kesucian bulan ini, masyarakat wajib waspada akan munculnya teror dari kaum radikal yang ingin memecah belah persatuan bangsa. Di pandemi Corona juga kaum radikal mulai menyebarkan pengaruhnya agar masyarakat merasa khawatir dalam beribadah.
Ketika memasuki bulan Ramadhan, kita semua berharap bisa menjalaninya dengan penuh kedamaian. Semua hal negatif berusaha dibungkam karena bisa mengurangi esensi puasa. Kaum muslimin juga rajin berburu pahala dengan rajin mengaji dan makin sering bersedekah, serta memberi beras zakat kepada fakir miskin.
Akan tetapi dalam beberapa pekan terakhir, Polri tengah gencar melakukan penangkapan terhadap anggota teroris di sejumlah wilayah. Seperti di Serang, Banten Densus 88 berhasil menangkap tiga orang terduga teroris. Kasus ini diperkirakan merupakan hasil pengembangan dari penangkapan teroris di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur. Dugaan sementara, para terduga teroris ini merupakan anggota dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Jawa Timur.
Brigjen Dedi di Mabes Polri mengatakan, “Ada kepercayaan di kelompok tersebut bahwa bila melakukan ‘amaliyah’ (aksi teror) di bulan Ramadhan, kalau mereka bomber, mereka meninggal dalam keadaan syahid”.
Melihat kejadian setiap tahun yang selalu berulang, penangkapan anggota teroris masif dilakukan oleh aparat pada saat bulan Ramadhan dan menjelang Idul Fitri. Para teroris telah siap untuk berbaiat pada bulan Ramadan dengan keyakinan surga sebagai balasannya.
Aksi terorisme yang terjadi di bulan Ramadhan dan jelang Idul Fitri cukup membuat masyarakat jadi cemas ditambah saat ini pandemi Corona belum juga berakhir. Banyak masyarakat yang merasa takut untuk berjalan sendirian, karena buktinya kejahatan juga meningkat di bulan-bulan ini. Para peneror yang merupakan kaum radikal tak pernah ragu untuk menembak polisi, padahal mereka adalah pengayom masyarakat.
Tak heran jika beberapa hari sebelum bulan puasa dan selama Ramadhan, ada banyak pos pengamanan di jalan besar dan tempat-tempat strategis lainnya. Mereka sudah siap mengamankan masyarakat di bulan suci ini, agar tidak ada lagi peristiwa pengeboman yang merusak kedamaian Ramadhan.
Oleh karena itu, jika kalian melihat sesuatu yang mencurigakan, misalnya kumpulan orang di rumah kontrakan yang jarang bersosialisasi dan tingkahnya aneh, segera lapor ke pihak berwajib. Jangan paranoid, karena siapa tahu mereka adalah kaum radikal yang sedang berkumpul untuk mengadakan aksi teror. Satu informasi dari kalian bisa menyelamatkan banyak orang, dan polisi akan menindak dengan tegas jika memang terbukti ada teroris di sana.
Kaum radikal memang harus diberantas agar mereka tidak menebar teror lebih banyak lagi. Tentunya, masyarakat juga perlu untuk mewaspadai adanya ancaman-ancaman aksi terorisme selama bulan Ramadhan dan menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri.
*) Penulis adalah kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia