Sendi BangsaSosial BudayaWarta Strategis

Mewaspadai Aksi Teroris Manfaatkan Situasi Pandemi Covid-19

Oleh : Raavi Ramadhan)*

Di tengah proses upaya pencegahan wabah covid-19, masyarakat diminta untuk tetap waspada dengan adanya aksi radikalisme dan terorisme.

            Belum lama ini aksi teror telah terjadi di Poso, dimana 2 orang anggota MIT menyerang petugas Polisi secara brutal dengan senjata rakitan. Berita tersebut tentu harus menjadi trigger bagi masyarakat agar tetap waspada dengan kemungkinan adanya aksi radikalisme di tengah wabah pandemi virus corona.

            Masyarakat secara umum juga harus semakin bijaksana dan fokus atas penanganan covid-19 dan jangan terjebak pada isu yang memantik sikap intoleransi, karena sikap intoleransi ini merupakan awal dari munculnya radikalisme.

            Fokus pemerintah dan sebagian masyarakat terhadap penanganan wabah corona, bisa jadi menjadi celah bagi kaum radikal untuk menyebarkan ideologinya, apalagi melalui social media semua orang bisa mengaksesnya.

            Jika diselidiki lebih lanjut, motif dari gerakan radikal ini bermotif keagamaan yang salah arah, para radikalis akan terus berjuang sampai sistem khilafah dapat menggantikan demokrasi, meskipun hal tersebut harus merengut korban sesama warga negara.

            Jangankan dengan agama lain, dengan yang se-agama saja mereka yang berpikir radikal sudah berani mengkafirkan orang yang tidak sepaham. Hal ini tentu saja tidak sejalan dengan slogan rahmatan lil alamin.

            Selama pandemi corona, mereka akan terus menyalahkan pemerintah dan memojokkan pemerintah yang gagal dalam menangani wabah corona. Hal ini menjadi salah satu pintu masuk bagi mereka untuk merekrut anggotanya. Caranya tak lain adalah dengan membujuk agar calon anggotanya tidak percaya pada pemerintah dan memilih untuk percaya pada sistem khilafah.

            Kebijakan PSBB yang dibenturkan dengan kewajiban beribadah membuktikan bahwa hal ini dapat menimbulkan ketidakpercayaan warga negara kepada pemerintah. Sebagian dari mereka yang berpikir radikal, masih saja ada yang beribadah di masjid.

            Tentu masyarakat harus berhati-hati dengan ujaran, hidup dan mati ditangan Allah, jika meninggal di masjid karena corona, hal itu menjadi jihad. Tentu saja ini merupakan kesalahan pola pikir yang berbahaya.

            Penerapan PSBB dengan slogan ‘dirumah saja’ tentu merupakan bentuk kepedulian pemerintah untuk menangani wabah virus corona serta mencegah agar wabah covid-19 tidak menyebar.

            Peneliti Senior Balitbang Kementerian Agama (Kemenag), Abdul Jamil Wahab mengatakan, kelompok radikalisme bisa mengambil keuntungan dari situasi wabah saat ini.

            Abdul mengatakan, kita tidak boleh abai dengan isu radikalisme ini. Karena jika dibiarkan maka hal tersebut dapat mengancam ideologi dan keamanan negara.

            Ia menilai, aksi radikalisme memang tidak mudah dihilangkan. Karena secara konsep, kelompok radikalime ini bertopeng agama dengan tujuan mengganti ideologi negara.

            Mereka memiliki motif, bagaimana mengganti pancasila dengan ideologi yang mereka yakini, yaitu khilafah islamiyah.

            Kebijakan PSBB yang berimbas pada menurunnya perekonomian nasional, juga dapat digunakan untuk memberi persepsi kepada masyarakat bahwa kebijakan pemerintah itu lemah.

            Pemerintah melalui kementerian agama juga telah menghimbau untuk tidak menyelenggarakan tarawih berjamaah ataupun sholat jumat di masjid. Jika hal ini disalah artikan, tentu saja bukan tidak mungkin reaksi negatif akan muncul dari mereka yang masih menganut ideologi radikalisme.

Upaya pemerintah dalam mengatasi radikalisme di Indonesia adalah dengan membangun kesadaran bahwa perbedaan antar manusia adalah fitrah ciptaan Tuhan. Selain itu, diperlukan juga untuk membumikan Pancasila.

            Masyarakat Indonesia dari berbagai suku haruslah kompak menolak paham radikal yang sudah jelas merugikan banyak pihak. Pancasila sebagai dasar negara sudah final dan tidak dapat diganggu-gugat oleh ideologi apapun.

            Jika dibiarkan, tentu kelompok radikal ini akan sangat mudah dalam melakukan perekrutan anggota barunya. Tentu saja hal ini semakin jelas menunjukan bahwa radikalisme merupakan ancaman nyata yang perlu diwaspadai bersama.

            Memang saat ini kita tengah berfokus pada penanganan wabah covid-19, tetapi jangan sampai kita mudah terprovokasi untuk mudah membenci.

            Saat ini memang tidak ada pilihan lain selain patuh terhadap protokol pemerintah untuk menerapkan turut serta dalam Pembatasan Sosial Berskala Besar, dan tidak keluar rumah jika memang tidak untuk kepentinga mendesak.

            Radikalisme masih menyisakan akar yang bisa saja tumbuh dan menembus celah kelemahan pemerintah. Tentu saja segala gerakan untuk membenci pancasila dan ajakan untuk bersikap intoleran haruslah diwaspadai.

)* Penulis adalah kontributor Lembaga studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI)

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih