Mewaspadai Penyebaran Hoax Jelang Pilkada 2020
Oleh: Rizal Arifin )*
Sejumlah wilayah di Indonesia akan menggelar Pilkada serentak di tahun 2020. Kendati demikian, Pilkada masih berpotensi diwarnai oleh politik identitas hingga berita bohong di media sosial yang dapat memicu konflik. Diperlukan dukungan luas masyarakat untuk memujudkan Pilkada Damai, sehingga pesta demokrasi tersebut dapat berjalan lancar.
Media sosial memungkinkan para netizen untuk berbagi beragam konten, berita dan informasi. Namun, tidak semua netizen paham soal etika jurnalistik atau melek literasi digital. Opini dibuat hanya berdasar asumsi yang minim fakta dan data. Berita yang membuat hati senang dan puas saat membacanya langsung disebar begitu saja tanpa dicek kebenarannya. Hal tersebut akan berdampak terhadap meningkatnya penyebaran hoax di media sosial, khususnya pada momentum politik Pilkada 2020.
Tingginya pengguna media sosial di Indonesia, tentunya turut meningkatkan resiko penyebaran konten negatif yang berisi ujaran kebencian dan hoax. Akibatnya, simpang siur berita di media sosial tak jarang menjadi ajang debat kusir berkepanjangan antar kubu yang saling berseberangan dalam mencerna satu berita.
Jelang musim Pilkada 2020 yang tensinya mulai terasa meninggi ini, siapapun rentan terpapar hoax. Apalagi hoax memiliki karakteristik berita yang muatannya hiperbola. Judul beritanya mencengangkan, dengan konten yang menimbulkan keresahan, prasangka dan keraguan.
Eksistensi hoax sangat mencederai iklim demokrasi di Indonesia yang seharusnya didasarkan oleh semangat kekeluargaan untuk mewujudkan keberlanjutan pembangunan nasional. Oleh karenanya, mari jaga diri kita dari serangan hoax. Agar Pilkada 2020 ini berjalan dengan damai dan beradab
Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini menyampaikan, setidaknya ada tiga faktor yang membuat subur munculnya hoax di media sosial, yaitu regulasi yang belum menjangkau pemberantasan hoax, pembiaran yang dilakukan oleh pasangan calon, dan lambannya respons dari lembaga penyelenggara pemilu. Terkait regulasi yang tidak bisa menjangkau praktik penyebaran hoax di media sosial dikarenakan adanya disparitas pemaknaan penegakan hukum. Pasangan Calon Peserta Pemilu juga tidak mempunyai komitmen untuk memerangi hoax. Kalaupun ada imbauan dari Pasangan Calon kepada tim sukses, pendukung, dan simpatisan mereka untuk tidak menyebarkan hoax, bahasa yang digunakan terlalu formal.
Hoax berdampak buruk terhadap iklim demokrasi dan keutuhan bangsa. Hoax dapat memecah belah persatuan. Saling tuding dan bela biasanya mengiringi penyebaran hoax. Selain itu, hoax dapat memicu konflik bahkan perang saudara. Apabila hoax tidak disikapi secara bijak, hal itu tidak hanya berpotensi memecah belah persatuan, tapi juga bisa memicu perang saudara. Hoax juga dapat merusak citra dan integritas individu. Dalam kontestasi politik, kabar hoax umumnya tak jauh dari menyerang citra atau integritas lawan politik. Bagaimanapun juga, kabar hoax yang sudah terlanjur beredar akhirnya membuat publik bertanya-tanya kembali soal sosok yang diberitakan. Ketika sebagian kelompok akhirnya percaya dengan kabar hoax, tentunya hal tersebut akan merusak citra dan integritas korban hoax yang bersangkutan.
Demi mewujudkan Pilkada 2020 yang beradab serta tanpa hoax dan provokasi, setidaknya ada beberapa hal yang dapat kita lakukan. Pertama, Menulis, berkomentar dan sebarkan konten positif. Kedua, Jangan terpengaruh dengan judul berita yang provokatif. Ketiga, Verifikasi atau laporkan konten berita yang disinyalir hoax pada portal – portal yang khusus membahas berita hoax seperti cekfakta.com, turnbackhoax.id atau stophoax.id. Keempat, Mengedukasi teman, saudara ataupun tetangga agar melek literasi digital dan paham bahaya hoax. Kelima, Melaporkan pelaku penyebaran hoax yang sekiranya dapat memicu konflik sosial pada pihak yang berwajib.
Dalam konteks pemilu, eksistensi hoax sangat mencederai iklim demokrasi di Indonesia yang seharusnya didasarkan oleh semangat kekeluargaan untuk mewujudkan keberlanjutan pembangunan nasional. Oleh karenanya, yuk jaga diri kita dari serangan hoax. Agar Pilkada 2020 ini berjalan dengan damai dan beradab.
*Pemerhati Masalah Sosial Politik