Mewaspadai Radikalisme di Masyarakat
Oleh : Muhammad Yasin )*
Pasca kehancuran ISIS beberapa waktu lalu, disebutkan bahwa kemungkinan paham radikal berekspansi tetap ada. Maka dari itu warga diimbau untuk tetap waspada.
Mendengar nama ISIS tentunya tak perlu banyak tanya, kita pasti sangat ihwal dengan kelompok tersebut. Kelompok yang identik dengan paham garis keras serta menganut esktrimisme ini memang begitu populer. Organisasi yang mengatasnamakan Islam tersebut moncer kala unggahan-unggahan yang terkesan sadis dan tak basa basi menyebar di jagad maya. Bukan satu dua orang pengikutnya, ribuan mungkin atau lebih banyak lagi. Bahkan Indonesia pun ada mantan eks ISIS.
Masih ingat kan, eks simpatisan ISIS asal Indonesia yang akhirnya meminta pulang pasca kehancuran kelompok yang diikutinya. Sayang, pemerintah tak merestui keinginan mereka. Pasalnya, mereka sendiri yang telah memutuskan untuk meninggalkan Nusantara demi ISIS. Dan kini ISIS seolah tak mampu berdiri kemudian ditinggalkan para pengikutnya.
Hubungan antara kelompok tersebut dengan indikasi akan adanya ekspansi radikalisme dapat dibenarkan. Bisa saja bibit-bibit radikalisme yang ada di Nusantara ini terpanggil untuk membentuk kekuatan terselubung guna mendukung organisasinya kembali. Bisa saja kan? Apalagi kini radikalisme ini seolah tak pandang bulu. Pelakunya seperti tak takut Tuhan apalagi hukum. Mereka bertindak seolah tak akan ada yang berani melarangnya, miris memang. Kekhawatiran ini muncul justru akan menyerang pihak-pihak yang terlihat agamis. Mereka akan mengatasnamakan agama sebagai bagian dari solidaritas.
Maka dari itu, organisasi massa keagamaan, seperti Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan ormas lainnya di Tanah Air dinilai memiliki peran yang cukup strategis untuk ikut serta dalam mewaspadai, membendung, maupun menangkal berkembangnya idoelogi-ideologi radikal. Khususnya paham-paham kekerasan dari kelompok ISIS di Tanah Air yang sebelumnya ingin mendeklarasikan negara khilafah.
Menurut Peneliti di Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Associate, Dr Adnan Anwar MA, menuturkan bahwa ormas juga harus proaktif dalam memasukkan prioritas bahwa pencegahan untuk melarang organisasi radikal seperti ISIS ini memang layak dilakukan. Implikasinya ialah dalam membantu upaya pemerintah dalam memerangi radikalisme.
Dirinya menambahkan, tak hanya ormas saja namun tokoh agama atau mubalig yang mempunyai wawasan tentang Islam Moderat turut memiliki peranan penting dalam mencegah ideologi ekstrim tersebut di lingkungan masyarakat. Pasalnya tokoh agama atau mubalig-mubalig itu juga kerapkali terjun ke masyarakat untuk menyosialisasikan terkait bahaya dari penyebaran paham ISIS. Jika peran ormas beserta para tokoh agama ini mampu menciptakan sinergitas tentunya akan menjadi kekuatan yang mumpuni dan sulit diterjang.
Adnan-pun menggarisbawahi pentingnya upaya pencegahan dengan melakukan sejumlah sosialisasi dalam memperkuat masyarakat baik dimulai pada keluarga inti hingga masyarakat sekitar. Yakni, ideologi kekerasan seperti yang dilakukan ISIS tersebut sangatlah berbahaya. Bahkan, disebutkan pula, di beberapa negara Timur Tengah, terdapat semacam sosialisasi dari negara yang materinya dipakai sebagai pendidikan keluarga.
Disamping itu, menurutnya, lembaga pendidikan juga wajib membentengi para pelajarnya agar siswanya tidak gampang termakan bujuk rayu akan propaganda yang ISIS lakukan. Sebab, berkenaan dengan materi dan konten ini anak-anak sekolah atau pelajar tentunya sangat bergantung kepada gurunya. Oleh karena itu, pemerintah harus memberikan perhatian khusus terkait guru ini. Karena, tak menampik jika guru merupakan media yang paling efektif untuk mengedukasi cara berpikir para anak didiknya.
Sehingga, perlu adanya pembinaan serta pemantauan bagi para guru-guru. Yang mana sering juga dilakukan oleh instansi terkait, misalnya oleh lembaga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kementerian Agama. Sebab, guru merupakan sumber informasi pertama bagi para muridnya ini. Jadi, jangan sampai ada ideologi menyimpang yang tumbuh dari kalangan guru ini.
Upaya deradikalisasi yang pemerintah terapkan bisa menjadi langkah awal untuk ikut menyeterilkan penyebaran radikalisme. Termasuk mengembalikan pemahaman pihak-pihak yang telah terpapar bahayanya paham radikalisme. Selain itu, wawasan Islam moderat memang dibutuhkan pada saat ini. Sebab, perkara tersebut dapat digunakan untuk membentengi diri dari radikalisme yang seringkali menanti. Mungkin bisa saja lingkungan kita sedang kondusif, namun mewaspadai pergerakkan paham esktrimisme ini wajib untuk selalu dilakukan.
)* Penulis adalah kontributor milenial muslim bersatu