Nawacita: Membangun Indonesia dari Perbatasan
Oleh: Ahmad Sobari )*
Apa yang akan anda pikirkan ketika mendengar kata “perbatasan”? sebuah wilayah yang penuh akan hiruk pikuk ekonomi? Ataukah sebuah kondisi diam ? dimana fasilitas dan roda kehidupan masih terbatas dan senjang apabila dibandingkan dengan Ibukota?
Kini ditangan Presiden Jokowi, dengan bermodalkan program Nawacitanya yang menegaskan akan mengutamakan pembangunan halaman depan Indonesia atau yang dalam hal ini perbatasan nampaknya bukan isapan jempol belaka. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kondisi dan perkembangan terkini, dimana halaman depan Indonesia seperti halnya perbatasan NKRI dengan Malaysia, NKRI dengan Timor Leste, serta NKRI dengan Papua Nugini yang mungkin saat ini tidak hanya menjadi sebuah objek foto semata. Namun kebahagiaan berselimut kebanggaan sebagai warga Indonesia merupakan tujuan awal penghapusan rasa dilupakan oleh Ibu Pertiwi.
PLBN Entikong
Rabu, 21 Desember 2016 silam, merupakan hari dimana warga sekitaran Entikong, Kab. Sanggau, Kalimantan Barat, harus berbangga. Didampingi sejumlah menteri kabinet, Presiden Joko Widodo berhasil meresmikan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong yang dikenal sebagai salah satu pos perbatasan yang memiliki kegiatan ekonomi paling sibuk se-Indonesia.
Inisiatif pembangunan ini digagas oleh Presiden Jokowi berkat rasa empatinya terhadap kondisi PLBN Entikong dua tahun silam. Saat itu kondisi bangunan PLBN masih sangat buruk apabila dibandngkan dengan pos negara tetangga Malaysia. Hal tersebutlah yang membuat Presiden Jokowi geram, sehingga bersama dengan kabinetnya Presiden Jokowi langsung menegaskan untuk tidak hanya membangun halaman depan Indonesia di daerah Entikong saja, namun, beberapa wilayah perbatasan seperti Timor Leste dan Papua Nugini menjadi next target kunjungan Presiden Jokowi sekaligus memperbaiki kondisi PLBN yang harusnya menjadi ikon kebanggan warga Indonesia.
PLBN Atambua
Mungkin tak semua warga Indonesia tahu jelas terkait posisi dan kondisi halaman depan Indonesia di wilayah Atambua. Atambua yang merupakan daerah perbatasan antara NKRI dengan Timor Leste merupakan salah satu PLBN yang menjadi perhatian langsung bagi Presiden Joko Widodo.
Peresmian PLBN Atambua yang telah disahkan pada 12 Desember 2016 silam patut menjadi kebanggaan Atambua. PLBN Atambua yang juga dikenal sebagai PLBN Motaain, merupakan salah satu PLBN yang memakan biaya pembangunan infrastruktur sekitar 82 miliar dan berdiri di atas lahan seluas 8,03 ha dengan luas bangunan mencapai 8,554,12 meter persegi. Tak Cuma pos, namun ketersediaan tempat karantina, pemeriksaan imigrasi, bea cukai, hingga pasar rakyat khusus perbatasan kini menjadi salah satu fasilitas yang mendukung aktivitas pertumbuhan ekonomi penduduk disekitar perbatasan.
PLBN Lainnya
Tidak hanya Entikong dan Atambua, masih ada beberapa PLBN perbatasan RI yang kini masih dalam tahap pembangunan dan patut dibanggakan oleh masyarakat perabatasan. Seperti PLBN Terpadu Wini, Kab. Timor Tengah Utara, NTT, PLBN Terpadu Motamasin, Kab. Melaka, NTT, serta PLBN Skouw, Kota Jayapura, Papua Indonesia saat ini masih dalam proses pembangunan dan pengembangan. Segenap penambahan beberapa fasilitas dan pelebaran bangunan menjadi fokus pemerintah dalam mempercantik NKRI.
Tak hanya itu, seperti halnya di PLBN Wini juga dilengkapi dengan beberapa gudang sita berat dan ringan, lapangan penimbunan, check point, monumen Garuda, gerbang lintas batas, hingga helipad sekalipun yang diharapkan dapat mendukung dan mempermudah pemerintah dalam melakukan kontrol dan meningkatkan aktivitas perekonomian di wilayah perbatasan Wini.
Dengan adanya perbaikan dan pembangunan di beberapa PLBN oleh pemerintah, diharapkan dapat menghilangkan rasa minder yang selama ini menyelimuti warga Indonesia di beberapa kawasan perbatasan. Selain itu, dengan dilengkapinya beberapa gedung dan alat penunjang juga diharapkan dapat mendukung kegiatan kontrol pemerintah dalam mengantisipasi aktifitas illegal. Terus dukung pemerintah dalam membangun halaman terdepan Indonesia, karena wilayah perbatasan juga bagian dari NKRI. Majulah tanah airku.
)* Mahasiswa FISIP Universitas Indonesia