Operasi Intelijen dan Upaya Rizieq Shihab Mempertahankan Dukungan
Kepercayaan terhadap Rizieq Shihab diyakini tergerus setelah dirinya ditangkap aparat kepolisian Arab Saudi.
Jakarta, via Alinea.id–Habib Rizieq Shihab dinilai berupaya menjaga nama baik di mata para pengikutnya, di tengah peristiwa pemasangan bendera bertuliskan kalimat tauhid di kediamannya di Arab Saudi. Rizieq sempat ditangkap aparat kepolisian setempat karena keberadaan bendera tersebut.
Duta Besar RI untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel, menyatakan Rizieq sempat ditahan oleh pihak kepolisian wilayah Mekkah. Ia juga menjalani pemeriksaan di Kantor Mabahis `Aamah atau intelijen umum karena keberadaan bendera tersebut.
Bendera hitam dengan tulisan kalimat tauhid itu, dianggap sebagai lambang terorisme dan ekstremisme oleh pemerintah Arab Saudi. Rizieq diduga terlibat dengan kelompok-kelompok tersebut.
Operasi intelijen
Namun kuasa hukum FPI sekaligus kuasa hukum Rizieq Shihab, Sugito Atmo Prawiro, menyebut peristiwa ini merupakan rekayasa. Menurutnya, ada permainan intelijen untuk menyudutkan Rizieq.
“Pasti ada permainan intelijen di dalamnya, karena ini konspirasi tingkat tinggi. Karena semuanya tersusun rapi,” kata Sugito kepada reporter Alinea.id, Kamis (8/11) malam.
Dugaan ini dilatarbelakangi latar belakang perisitiwa yang disebutnya ganjil. Menurutnya, ada pihak lain yang sengaja memasang bendera tersebut di rumah Rizieq, memfotonya, dan melaporkannya ke pihak keamanan Mekkah.
Hal yang sama diungkapkan Rizieq dalam video yang diunggah channel Youtube Front TV pada Jumat (9/11). Menurut Rizieq, setelah melakukan aksinya, pelaku bersembunyi di salah satu gedung yang berada di sekitar rumah Rizieq.
Rizieq mengatakan, hal tersebut membuat kepolisian Arab Saudi marah dan tersinggung. “Karena sebetulnya menurut mereka, apa yang mereka lakukan terhadap saya hanya rutinitas biasa. Ada poster dipasang di sebuah rumah, kemudian dia panggil penghuni rumah, ditanya, itu merupakan rutinitas standar yang biasa dilakukan oleh kepolisian Saudi Arabia,” kata Rizieq menerangkan.
Imam besar FPI ini menggarisbawahi, dirinya merupakan korban dalam peristiwa ini. Menurutnya, kepolisian setempat juga menempatkan dirinya sebagai korban.
“Pihak keamanan Saudi Arabia ini mereka cukup cermat cukup teliti, cukup cerdas, cukup santun dan kooperatif, dan mereka cukup jeli di dalam menggali daripada keterangan-keterangan tersebut, sehingga mereka memutuskan saya ini sebagai korban,” katanya.
Seperti Sugito, Rizieq menduga pelakunya melakukan operasi intelijen untuk menjatuhkan dirinya. Dia pun mengingatkan agar pihak-pihak yang melakukan hal ini untuk menghentikannya.
“Kepada semua pihak, saya ingatkan jangan bermain-main untuk melakukan suatu gerakan intelijen di negara lain, karena itu satu pelanggaran yang sangat serius dan hukumannya juga sangat-sangat serius.”
Badan Intelijen Negara (BIN) membantah tudingan ini. Juru bicara BIN Wawan Purwanto mengatakan, tidak ada bukti yang menguatkan adanya keterlibatan intelijen Indonesia dalam peristiwa ini.
Lagi pula, kata dia, pihak Arab Saudi akan bertindak jika intelijen Indonesia melakukan operasi di negara mereka.
“Saudi adalah negara berdaulat yang tidak bisa diintervensi oleh Indonesia. Operasi intelijen di negara lain adalah dilarang,” kata Wawan.
Ketua SETARA Institute, Hendardi, menilai tudingan adanya operasi intelijen itu sebagai hal yang tak mendasar. Menurutnya, tidak logis, tudingan tersebut juga hanya fantasi, ilusi, yang diduga dilakukan sebagai bentuk politisasi untuk menempatkan Rizieq sebagai korban.
Menurutnya, hal ini sengaja dilakukan untuk mempertahankan pengaruh Rizieq di mata para pengikutnya. Bagi Hendardi, Rizieq berusaha agar tetap menjadi tokoh yang diperhitungkan dalam konstalasi politik Indonesia.
“Cara ini juga merupakan upaya melanggengkan pengaruh pada para pengikutnya, sehingga tetap berada dalam satu barisan dan imamah terhadap Rizieq Shihab, yang ujungnya adalah untuk kepentingan politik praktis dalam Pilpres 2019,” kata Hendardi.
Pengaruh Rizieq tergerus
Pengamat politik dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad mengatakan terpasangnya bendera di kediaman Rizieq tersebut, dapat menggerus dukungan dan kepercayaan terhadap Rizieq. Bagi para pihak yang sejak awal bertentangan dengan Rizieq, peristiwa ini diyakini akan memperkuat sentimen anti-Rizieq.
“Kalau informasi mengenai penangkapan itu secara valid sampai ke publik, dukungan pada Rizieq akan tergerus,” kata Saidiman kepada reporter Alinea.id, Jumat (9/11).
Menurut Saidiman, hal ini disebabkan inkonsistensi yang diperlihatkan Rizieq terhadap bendera berlafaz tauhid. Di satu sisi, Rizieq memerintahkan para pendukungnya di tanah air memasang bendera tersebut. Namun di sisi lain, kata Saidiman, Rizieq justru menuding pihak lain yang melakukannya.
“Alih-alih bertahan dengan misalnya menyatakan “apa yang salah dengan bendera itu,” malah mencari-cari pihak lain yang melakukannya. Tidak nampak sikap seorang ksatria yang patut dijadikan panutan di situ,” katanya.
Berdasarkan riset Alinea.id, sentimen positif terhadap Rizieq Shihab memang mengalami penurunan setelah adanya peristiwa ini. Perbincangan seputar Rizieq di jagat Twitter, berada di posisi paling tinggi pada Rabu (7/11), dengan 2.355 cuitan. Saat itu, pemberitaan seputar Rizieq di media massa tengah gencar. Jumlah cuitan ini melonjak tajam ketimbang cuitan pada Senin (5/11) dengan 71 cuitan dan Selasa (6/11) yang hanya 149 cuitan.
Dari 2.355 cuitan yang diunggah pada Rabu (7/11), 1.133 cuitan di antaranya menunjukkan sentimen positif. Adapun cuitan dengan sentimen negatif hanya berjumlah 569.
Namun setelahnya, yaitu Kamis (8/11), cuitan tentang Rizieq mengalami penurunan menjadi 1.062. Namun perbedaannya sudah tampak jelas. Dari jumlah tersebut, terdapat 396 yang berisi sentimen positif. Sisanya, atau 537 cuitan berisi sentimen negatif.
(Author : Gema Trisna Yudha , Rakhmad Hidayatulloh Permana , Dimeitri Marilyn – Alinea.id)