Pemberantasan Terorisme Berlanjut, Upaya Polri Patut Diapresiasi
Oleh : Muhammad Ridwan )*
Beberapa waktu yang lalu Polisi berhasil menangkap terduga teroris yang merupakan anggota Jamaah Anshorut Daulah (JAD) Sumatera Barat. Densus 88 berhasil menangkap Novendri yang diketahui menerima aliran dana dari seorang aktor intelektual yang dikenal Saefullah. Namun saat ini, Saefullah diketahui masih berada di Afganistan.
Atas pengungkapan tersebut, Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menyampaikan bahwa pihaknya akan kembali melakukan pemetaan para napi terorisme dan deportan Suriah di Indonesia.
Dedi mengungkapkan bahwa Novendri telah memetakan beberapa wilayah Padang. Ia ditengarai akan melancarkan teror pada HUT Republik Indonesia, 17 Agustus 2019 mendatang. Aksi teror tersebut rencananya akan dilakukannya khususnya di daerah Sumatera Barat.
Lokasi yang dipetakan adalah kantor kepolisian dari mulai Polda Sumbar, Polresta Padang, hingga Pos Polisi Lalulintas.
Tak hanya itu, Novendri juga diketahui turut serta dalam merakit bom yang akan digunakan. Dedi juga mengatakan bahwa Novendri telah mengintai sejumlah anggota polisi untuk dijadikan target penyerangan dan perebutan senjata.
Dalam merencanakan dan melakukan aksi teror, Novendri tidak bekerja sendiri. Sejumlah rekannya kini juga masih dalam pengejaran oleh Tim Densus 88.
Tim Densus 88 Anti Teror berhasil meringkus Novendri di Rumahnya yang beralamat di Jalan perintis Kemerdekaan, Berok Nipah, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang.
Selain Novendri, Tim Densus 88 juga turut menyita barang bukti berupa laptop, paspor, lima keping CD tentang kajian Daulah, satu buku tauhid Aman Abdurrahman, satu buah panci kecil, lima buah gulungan kawat, satu buah sambungan pipa kecil dan sebagainya.
Dirinya juga memiliki koneksi dengan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Untuk JAD Indonesia, Dedi Novendri memiliki koneksi dengan MIT (Mujadihin Indonesia Timur), JAD Lampung dan Sibolga, serta JAD Bekasi.
Terduga teroris Novendri ternyata dikendalikan oleh seseorang bernama Saefullah alias Daniel alias Chaniago. Saefullah juga telah ditetapkan sebagai Daftar Pencarian Orang (DPO) oleh pihak kepolisian.
Dugaan Polisi menyebutkan bahwa Saefullah saat ini berada di sebuah wilayah yang dikenal dengan Khurasan. Sebuah area yang berada di irisan antara Iran, Uzbekistan dan juga Afganistan.
Dedi menuturkan, pasca runtuhnya kekuasaan organisasi ISIS di Iraq dan Suriah, beberapa anggota ISIS melipir ke beberapa wilayah di sekitar sana. Salah satu wilayah yang potensial ialah Khurasan.
Tentu bukan tanpa alasan para teroris memilih khurasan, hal ini dikarenakan tempat tersebut merupakan area abu – abu tanpa kontrol langsung dari pemerintah.
Dedi juga mengatakan, bahwa Saefullah juga mengendalikan pelaku teror lain, seperti Yoga yang merupakan JAD Kalimantan Timur yang telah ditangkap pada Juni 2019 lalu. Yoga ditengarai menggantikan peranan Andi Baso yang merupakan penghubung antara ISIS dengan JAD di Indonesia atau Filipina.
Andi Baso diketahui memiliki kemampuan dalam merekrut anggota, saat ini Andi diyakini masih tinggal di Filipina.
Ancaman terorisme nyatanya masih saja ada di beberapa wilayah yang ada di Indonesia, penangkapan demi penangkapan para teroris, tentu menunjukkan bahwa eksistensi terorisme baik secara aktif dan masif, masih saja merebak di kalangan masyarakat.
Mengingat bahwa mereka sangatlah pandai dalam rekrutmen, ancaman sosial juga menjadi peringatan tersendiri. Dimana masyarakat harus bijak dalam menerima kajian – kajian yang bernada provokatif.
Jangan sampai semangat jihad yang digelorakan oleh salah satu pihak, lantas disalah artikan dengan bergabung bersama organisasi terorisme yang sangat anti terhadap demokrasi di Indonesia.
Kita tentu harus memahami, tidak ada agama yang tidak mengajarkan perdamaian, ajakan provokatif untuk mengajak membuat bom tentu hanya akan menimbulkan konflik horizontal. Kita harus terus sadar bahwa terorisme haruslah dilenyapkan dari Indonesia.
Para teroris cukup ahli dalam merekrut anggotanya, mereka tentu akan mencari seseorang yang dirasa siap untuk menjadi bagian teror dan menebar ketakutan.
Masyarakat tentu harus memiliki upaya agar terhindar dari paham terorisme / radikalisme. Pendidikan akan wawasan kebangsaan tentu bisa menjadi pintu yang bisa dilalui oleh para siswa yang sedang duduk di bangku SD SMP SMA.
)* Penulis adalah pengamat sosial